Rabu, 03 April 2013

TRIK MENGHAFAL QURAN UNTUK BALITA

Saya yakin setiap orang tua mendambakan kesalihan bagi putra-putrinya. Kesalihan yang tidak hanya terhenti pada doa dan harapan semata, tapi ia menjelma menjadi sikap dan prilaku nyata dalam keseharian. Tentu, semua itu butuh proses dalam rangka melakukan konstruksi dan formulasi yang tidak instan dan tidak cukup sekadar bim salabim atau kun fayakun. Mungkin “entry point” terbaik menuju kesana adalah mengarahkan anak-anak kita yang masih di bawah usia balita (bayi lima tahun) untuk belajar al-Qur’an.
Mengapa harus pembelajaran al-Qur’an terlebih dahulu? Al-Quran sendiri dalam al-Baqarah 129; Ali Imran 164; al-Qashas 59; al-Jum’ah 2, memberikan jawaban yang cukup memuaskan, bahwa urutan belajar itu dimulai dari: (1) membaca al-Quran, (2) mengajarkan ilmu agama atau latihan membersihkan hati (akhlaq). Semua tokoh besar muslim memiliki backround pendidikan seperti itu, baru kemudian belajar ilmu yang lain.
Dalam masalah ini saya banyak terinspirasi oleh pengalaman Syeikh Abdud Da’im al-Kaheel (www.kaheel7.com) dan Bapak Mutammimul Ula (Mampang, Jakarta Selatan) yang telah sukses mencetak putra-putri mereka menjadi anak-anak penghafal. Kedua tokoh tersebut sepakat bahwa kemampuan baca al-Quran yang dimiliki anak akan secara otomatis menempa akhlaq dan intelegensinya, lebih-lebih sampai hafal. Sepuluh putra putri Bpk Mutammimul tersebut disamping hafal al-Quran juga berprestasi di sekolah mereka masing-masing. Syeikh Abd Daim merasa lebih cerdas dan bisa menjadi penulis terkenal setelah menghafal al-Quran.
Dalam hal ini saya memiliki beberapa pengalaman menarik. Putri saya yang pertama ‘Nafila Lana’ itu sejak usia empat tahun sudah dilatih hafalan, tetapi seperti kemampuan anak-anak umumnya, masih kesulitan diajari karena memang masih dalam usia bermain. Putra saya yang kedua ‘Kafa Nasrullah’ ternyata juga lebih sulit diajari membaca maupun hafalan al-Quran. Belakangan ini, saya melihat putri dari bapak Muwafik Shalih (dosen Universitas Brawijaya) yang masih kelas I SD, ternyata sudah hampir hafal juz ‘Amma. Salah satu triknya, katanya, kemana saja sang ayah ini pergi, si anak ini juga diajak. Di atas kendaraan inilah sang ayah membaca surat-surat pendek dengan tartil dan keras, sambil menyuruh si anak untuk menirukan. Begitulah kegiatan itu setiap hari dilakukan.
Saya mencoba menerapkan trik itu pada anak saya yang kedua. Setiap pagi saya harus mengantarkan mereka sekolah sejauh 7 Km yang memakan waktu 15 menit. Kebetulan saya naik motor, anak saya pertama saya bonceng di belakang dan yang kedua ada di depan. Setiap hari saya baca surat pendek mulai al-Fatihah, an-Naas s/d at-Takatsur. Untuk anak usia lima tahun, biasanya sulit diajari menghafal, apalagi menghafal sendiri. Awalnya saya baca utuh, sedikit demi sedikit saya samarkan bunyi kata terakhir tiap ayat. Ternyata, anak tanpa sadar mampu meneruskan potongan ayat tersebut. Potongan itu semakin hari semakin banyak, pada akhirnya anak saya hafal surat-surat pendek tersebut.
Keuntungan model ini, di atas kendaraan tentu anak tidak bisa bermain atau berlarian. Mau tidak mau, dia harus diam selama sekian menit tanpa aktifitas. Dalam posisi itulah, kesempatan kita sebagai orang tua melakukan “doktrinasi” hafalan al-Quran. Anak juga dilatih istiqamah membaca yang dihafal secara urut setiap hari. Artinya, kita ingin mempersepsikan pada anak bahwa hafalan itu untuk dibaca setiap hari, bukan untuk mengejar “prestasi dalam lomba” atau untuk didiamkan. Sehingga, anak pada akhirnya juga hafal urutan surat dari belakang ke depan atau sebaliknya.
Namanya anak balita, wajar bila suatu ketika dia merasa bosan, ngambek, mogok tidak mau baca. Lakukan variasi metode, misalnya melagukan bacaan yang sama dengan lagu tartil yang berbeda. Atau hanya melancarkan hafalan surat yang terakhir saja. Bisa juga orang tua memberikan iming-iming reward yang disukai anak. Intinya jangan sampai terhenti sekalipun membimbing menghafal di atas kendaraan. Masalahnya, orang tua sudah hafal juz ‘Amma belum? Kalau belum, mulailah dari sekarang orang tua menghafalkan. Trik ini menjadi alternatif bagi anak-anak balita yang “sangat” sulit diajari hafalan. Bagi mereka yang mudah diajari, mungkin trik hanya pendukung saja. Selamat mencoba semoga sukses. (Malang, 27 Mei 2010)

sumber: http://cahayaqurani.wordpress.com/2010/05/27/kiat-unik-hafal-an-al-quran-untuk-anak-balita/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar