dakwatuna.com – Anda memimpin sebuah partai politik,
dan kini menghadapi dilema untuk menentukan keputusan dukungan dalam
Pemilihan Kepala Daerah yang akan segera berlangsung. Dua calon ini,
sama-sama memiliki kelebihan, sama-sama memiliki kelemahan. Kedua
kandidat dicela, namun juga dipuji. Pasangan Kelapa dan pasangan Ketela,
dua pasang calon Kepala Daerah yang akan maju dalam Pilkada langsung di
daerah Anda.
Pasti, pasangan Kelapa dan pasangan Ketela punya
pendukung, punya pemuja, namun juga punya lawan dan pencela. Tidak ada
satu pun pemimpin di muka bumi ini yang bebas dari celaan. Ke manapun
bandul pilihan Anda arahkan, akan selalu ada celaan dan akan selalu ada
pujian.
Dengan berbagai pertimbangan, partai Anda memutuskan untuk
mendukung pasangan Kelapa, maka Anda akan mendapatkan pujian minimal
dari dua kelompok. Pertama, kelompok pendukung pasangan Kelapa, segera
mereka mengelu-elukan Anda. Kedua, mereka yang secara politis bukan
pendukung pasangan Kelapa, namun memiliki kedekatan visi, atau kedekatan
emosi, atau kedekatan-kedekatan lain yang lebih praktis. Kelompok kedua
ini ikut memuji Anda.
Namun pada saat yang sama Anda akan dicela
bahkan dicaci maki, minimal oleh dua kelompok. Pertama, kelompok
pendukung pasangan Ketela yang menjadi lawan politik pasangan Kelapa.
Mereka segera menghujat Anda dengan berbagai cara. Kedua, mereka yang
secara politis bukan pendukung pasangan Ketela, namun memiliki kedekatan
visi atau kedekatan emosi, atau kedekatan-kedekatan corak lainnya
dengan Ketela. Mereka ini segera mencela Anda melalui media massa yang
mereka punya dan media massa yang tidak sepaham dengan dukungan Anda.
Pertanyaannya,
apakah jika keputusan partai Anda mendukung pasangan Ketela, maka Anda
akan terbebas dari celaan dan caci maki? Tidak, sama sekali tidak.
Kondisi Anda sama saja, apakah akan mendukung pasangan Kelapa atau
mendukung pasangan Ketela, Anda harus siap mendapatkan hujatan dan
celaan. Apapun pilihan Anda, selalu ada pihak yang memuji, dan selalu
ada pihak yang mencaci maki.
Bahkan andai kata Anda memilih untuk
tidak mendukung kedua pasangan yang ada, maka sebagai partai politik
Anda akan menghadapi pujian dan celaan. Keputusan partai Anda yang
netral, akan dipuji oleh kelompok yang kecewa dengan sistem, kelompok
yang kecewa dengan dua pasangan yang ada, serta kalangan lain yang tidak
memiliki pilihan terhadap dua pasangan yang maju Pilkada. Namun Anda
akan dicela oleh banyak kalangan, yang menuduh partai Anda tidak
memiliki sikap yang jelas, atau bahkan menuduh partai Anda bermain dua
kaki.
Dalam dunia politik, tidak ada satu pun keputusan yang bisa
memuaskan dan menyenangkan semua orang. Keputusan politik, selalu
memberikan ruangan untuk dipuji sekelompok masyarakat, dan dicela oleh
kelompok masyarakat lainnya.
Oleh karena itu, landasan untuk
menentukan keputusan bukan pada pertanyaan “berapa banyak orang memuji
dan berapa banyak orang mencela”, karena pujian dan celaan selalu
bertebaran di sepanjang jalan politik. Bahkan kenyataannya, orang-orang
shalih yang dipuji-puji kebaikannya, sering kalah dalam Pemilihan
Langsung. Pujian itu sering mematikan, dan celaan itu justru menguatkan.
Keputusan
yang harus Anda ambil adalah berdasarkan visi dan misi partai yang
ingin Anda realisasikan. Kemaslahatan bagi masyarakat luas harus menjadi
pertimbangan utama dalam mengambil keputusan pilihan tersebut.
Menghindari kemudharatan bagi masyarakat luas menjadi pertimbangan pada
sisi sebelahnya. Semuanya saling melengkapi dalam memutuskan pilihan.
Tentu
Anda harus memiliki studi yang mencukupi, dengan survei dan serangkaian
uji publik, untuk menjadi pertimbangan penting dalam mengambil
keputusan. Lebih penting lagi, keputusan tersebut didasarkan atas
mekanisme musyawarah yang sesuai dengan tata organisasi dalam partai
Anda. Bukan keputusan pribadi pemimpin partai. Bukan keputusan
segelintir orang yang melangkahi mekanisme dan aturan partai.
Jika
studi dan analisa mendalam sudah Anda lakukan, musyawarah sudah Anda
tempuh, keputusan sudah Anda ambil, maka tawakal saja kepada Allah.
Siapkan telinga, pikiran dan hati Anda untuk tidak bangga karena
keputusan Anda dipuji media, dan tidak kecewa karena keputusan Anda
dicela media.
Fa idza ‘azamta, fatawakkal ‘alallah. Putuskan saja, karena Anda harus memutuskan, dan nikmati saja resikonya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar