Rabu, 17 April 2013

Doa Indah Para Hamba Allah yang Terpilih

dakwatuna.com - Doa adalah senjata orang mukmin dan tiang (pilar) agama serta cahaya langit dan bumi (HR. Abu Ya’la). Pernahkah mendengar hadits tersebut? Tentu sering bukan? Ya, karena doa adalah otaknya (sumsum/intinya) ibadah, sesuai hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi. Oleh karena itu, kita dianjurkan untuk banyak berdoa pada Allah. Bukankah Allah memerintahkan kita sebagai hamba-Nya yang lemah untuk senantiasa berdoa pada-Nya?
Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk ke neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (Q. S. Ghaafir [40]: 60).
Apabila kita tak pernah meminta apapun pada Allah, bukankah itu termasuk dalam kesombongan? Dan, jangan sampai kita termasuk golongan hamba yang dimurkai-Nya karena kesombongan itu. “Barangsiapa tidak (pernah) berdoa kepada Allah maka Allah akan murka kepadanya.” (HR. Ahmad)
Na’udzubillahi min dzalik! Semoga kita bukanlah termasuk orang-orang yang sombong.
Doa yang indah pun telah dicontohkan oleh para Nabi dan Rasul, bahkan doa-doa tersebut diabadikan dalam Al Quran. Suatu saat saya pernah menghadiri majelis ilmu, sang pembicara berkata “jika Allah mengabadikan doa-doa orang shalih dalam Al Quran, berarti Allah suka sekali dengan doa tersebut” (kurang lebih seperti itu yang saya ingat). Mari kita belajar doa yang indah dari para hamba Allah yang mulia!
Doa Nabi Musa AS yang diabadikan dalam Surat Al Qashash ayat 16, yang artinya “Musa berdoa, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri maka ampunilah aku. Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Doa ini dipanjatkan ketika Nabi Musa menyesal atas perbuatan yang terpaksa ia lakukan. Tak hanya itu, ketika menghadapi Fir’aun, Nabi Musa berdoa “Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, agar mereka mengerti perkataanku” (Thoha [20]: 25-28). Doa tersebut tidak asing lagi bagi kita. Bukankah doa tersebut sering kita baca ketika akan memulai berbicara di khalayak ramai?
Doa Nabi Ayyub AS ketika ditimpa suatu penyakit yang tidak kunjung sembuh, namun Nabi Ayyub tetap bersabar. Nabi Ayyub pun mengadukan semua itu pada Allah Yang Maha Penyayang, beliau berdoa, “Ya Tuhanku, sungguh aku telah ditimpa penyakit dan Engkau Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang” (Al Anbiyaa’ [21]: 83). Dan Allah pun mengabulkan doa Nabi Ayyub!
Ingatkah ketika Nabi Yunus yang pergi dari kaumnya dalam keadaan marah karena kaumnya tidak mendengar seruannya? Kemudian, Nabi Yunus dibuang ke laut dari kapal karena namanya keluar sebanyak tiga kali undian. Nabi Yunus AS pun ditelan oleh ikan besar, dan dalam perut ikan yang gelap gulita itulah Nabi Yunus berdoa, “Tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang yang berbuat aniaya” (Al Anbiyaa’ [21]: 87). Doa Nabi Yunus dikabulkan Allah, Allah menyelamatkannya, dan ikan pun terdampar di daratan, Nabi Yunus dikeluarkan dari perut ikan besar itu.
Berkata Ibnu Taimiyah, “Di antara seagung doa ialah doa Yunus ‘alayhis-salam. Padanya terkandung dua hal: pengagungan keesaan Allah dan pengakuan akan dosa.”.
“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi” (Al A’raf [7]: 23). Itulah doa Nabi Adam AS dan Hawa, yang ikhlas bertaubat dan mengakui kesalahan mereka karena melanggar larangan Allah dan mengikuti bujuk rayu Iblis. Allah pun mengampuni dosa Nabi Adam dan Hawa.
Indah pula doa yang dipanjatkan Nabi Sulaiman AS ketika mendengar perkataan seekor semut kepada semut lainnya, saat melewati lembah semut bersama bala tentaranya (manusia, jin, dan burung). “Maka Sulaiman tersenyum lalu tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shalih” (An Naml [27]: 19).
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir”. Itulah doa Nabi Muhammad saw! Subhanallah…
Masih banyak lagi doa indah para Nabi dan Rasul yang diabadikan dalam Al Quran. Ada doa Nabi Nuh AS dalam Q. S. Hud [11]: 47; doa Nabi Ibrahim AS yang termaktub dalam Q. S. Ibrahim [14]: 40-41; doa Nabi Yusuf AS dalam Q. S. Yuusuf [12]: 101; doa Nabi Zakaria AS yang memohon kepada Allah untuk dianugerahkan keturunan, tercantum dalam Q. S. Maryam [19]: 4-6 dan Q. S. Al Anbiyaa’ [21]: 89; dan doa Nabi Isa AS dalam Q. S. Al Maaidah [5]: 114.
Kita bisa belajar dari hamba-hamba Allah yang mulia, berdoa dengan doa yang indah, merendahkan hati di hadapan Yang Maha Berkuasa, kata-kata yang santun, dan penuh pengharapan akan terkabulnya doa, serta senantiasa mengagungkan keesaan Allah. Bukankah lebih baik berdoa dengan doa yang telah dicontohkan? Bukan berarti berdoa dengan “bahasa” sendiri tidak diperbolehkan, Allah Maha Mengetahui segalanya…
“Berdoa bukan cara memberi tahu Allah apa yang kita perlukan, sebab Allah Mahatahu, Maha Bijaksana. Berdoa itu berbincang mesra agar Allah mengaruniakan yang terbaik untuk kita dengan ilmu dan kuasa-Nya yang sungguh Maha Segalanya… (Salim A. Fillah, Menyimak Kicau Merajut Makna)”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar