dakwatuna.com - Doa adalah senjata orang mukmin dan
tiang (pilar) agama serta cahaya langit dan bumi (HR. Abu Ya’la).
Pernahkah mendengar hadits tersebut? Tentu sering bukan? Ya, karena doa
adalah otaknya (sumsum/intinya) ibadah, sesuai hadits yang diriwayatkan
oleh Tirmidzi. Oleh karena itu, kita dianjurkan untuk banyak berdoa pada
Allah. Bukankah Allah memerintahkan kita sebagai hamba-Nya yang lemah
untuk senantiasa berdoa pada-Nya?
“Dan Tuhanmu berfirman,
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya
orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk ke neraka
Jahannam dalam keadaan hina dina.” (Q. S. Ghaafir [40]: 60).
Apabila
kita tak pernah meminta apapun pada Allah, bukankah itu termasuk dalam
kesombongan? Dan, jangan sampai kita termasuk golongan hamba yang
dimurkai-Nya karena kesombongan itu. “Barangsiapa tidak (pernah) berdoa kepada Allah maka Allah akan murka kepadanya.” (HR. Ahmad)
Na’udzubillahi min dzalik! Semoga kita bukanlah termasuk orang-orang yang sombong.
Doa
yang indah pun telah dicontohkan oleh para Nabi dan Rasul, bahkan
doa-doa tersebut diabadikan dalam Al Quran. Suatu saat saya pernah
menghadiri majelis ilmu, sang pembicara berkata “jika Allah mengabadikan
doa-doa orang shalih dalam Al Quran, berarti Allah suka sekali dengan
doa tersebut” (kurang lebih seperti itu yang saya ingat). Mari kita
belajar doa yang indah dari para hamba Allah yang mulia!
Doa Nabi Musa AS yang diabadikan dalam Surat Al Qashash ayat 16, yang artinya “Musa berdoa, “Ya
Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri maka
ampunilah aku. Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah, Dialah Yang
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Doa ini dipanjatkan
ketika Nabi Musa menyesal atas perbuatan yang terpaksa ia lakukan. Tak
hanya itu, ketika menghadapi Fir’aun, Nabi Musa berdoa “Ya Tuhanku,
lapangkanlah dadaku, mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah
kekakuan dari lidahku, agar mereka mengerti perkataanku” (Thoha [20]: 25-28). Doa tersebut tidak asing lagi bagi kita. Bukankah doa tersebut sering kita baca ketika akan memulai berbicara di khalayak ramai?
Doa
Nabi Ayyub AS ketika ditimpa suatu penyakit yang tidak kunjung sembuh,
namun Nabi Ayyub tetap bersabar. Nabi Ayyub pun mengadukan semua itu
pada Allah Yang Maha Penyayang, beliau berdoa, “Ya Tuhanku, sungguh aku telah ditimpa penyakit dan Engkau Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang” (Al Anbiyaa’ [21]: 83). Dan Allah pun mengabulkan doa Nabi Ayyub!
Ingatkah
ketika Nabi Yunus yang pergi dari kaumnya dalam keadaan marah karena
kaumnya tidak mendengar seruannya? Kemudian, Nabi Yunus dibuang ke laut
dari kapal karena namanya keluar sebanyak tiga kali undian. Nabi Yunus
AS pun ditelan oleh ikan besar, dan dalam perut ikan yang gelap gulita
itulah Nabi Yunus berdoa, “Tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang yang berbuat aniaya” (Al Anbiyaa’ [21]: 87). Doa
Nabi Yunus dikabulkan Allah, Allah menyelamatkannya, dan ikan pun
terdampar di daratan, Nabi Yunus dikeluarkan dari perut ikan besar itu.
Berkata
Ibnu Taimiyah, “Di antara seagung doa ialah doa Yunus ‘alayhis-salam.
Padanya terkandung dua hal: pengagungan keesaan Allah dan pengakuan akan
dosa.”.
“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami
sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada
kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi” (Al A’raf [7]: 23). Itulah
doa Nabi Adam AS dan Hawa, yang ikhlas bertaubat dan mengakui kesalahan
mereka karena melanggar larangan Allah dan mengikuti bujuk rayu Iblis.
Allah pun mengampuni dosa Nabi Adam dan Hawa.
Indah pula doa yang
dipanjatkan Nabi Sulaiman AS ketika mendengar perkataan seekor semut
kepada semut lainnya, saat melewati lembah semut bersama bala tentaranya
(manusia, jin, dan burung). “Maka Sulaiman tersenyum lalu tertawa
karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa, “Ya Tuhanku,
anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah
Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku
mengerjakan kebajikan yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan
rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shalih” (An Naml [27]: 19).
“Ya
Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami
melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan
beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum
kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang
tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan
rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami
menghadapi orang-orang kafir”. Itulah doa Nabi Muhammad saw! Subhanallah…
Masih
banyak lagi doa indah para Nabi dan Rasul yang diabadikan dalam Al
Quran. Ada doa Nabi Nuh AS dalam Q. S. Hud [11]: 47; doa Nabi Ibrahim AS
yang termaktub dalam Q. S. Ibrahim [14]: 40-41; doa Nabi Yusuf AS dalam
Q. S. Yuusuf [12]: 101; doa Nabi Zakaria AS yang memohon kepada Allah
untuk dianugerahkan keturunan, tercantum dalam Q. S. Maryam [19]: 4-6
dan Q. S. Al Anbiyaa’ [21]: 89; dan doa Nabi Isa AS dalam Q. S. Al
Maaidah [5]: 114.
Kita bisa belajar dari hamba-hamba Allah yang
mulia, berdoa dengan doa yang indah, merendahkan hati di hadapan Yang
Maha Berkuasa, kata-kata yang santun, dan penuh pengharapan akan
terkabulnya doa, serta senantiasa mengagungkan keesaan Allah. Bukankah
lebih baik berdoa dengan doa yang telah dicontohkan? Bukan berarti
berdoa dengan “bahasa” sendiri tidak diperbolehkan, Allah Maha
Mengetahui segalanya…
“Berdoa bukan cara memberi tahu Allah
apa yang kita perlukan, sebab Allah Mahatahu, Maha Bijaksana. Berdoa
itu berbincang mesra agar Allah mengaruniakan yang terbaik untuk kita
dengan ilmu dan kuasa-Nya yang sungguh Maha Segalanya… (Salim A. Fillah, Menyimak Kicau Merajut Makna)”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar