Rabu, 17 April 2013

Derajat Ikhlas

Penjelasan Tentang Tingkatan Ikhlas dan Bahaya yang Mengeruhkan Ikhlas dalam Kitab Ihya Ulumuddin

oleh:Abu Nawas Majdub
Ketahuilah, bahwa bahaya-bahaya yang mengganggu ikhlas itu sebagiannya jelas dan sebagiannya itu kuat serta tersembunyi. Dan tidak dapat dipahami perbedaan derajat-derajat dalam hal tersembunyi dan jelas kecuali dengan perumpamaan.
Paling jelas bahaya yang menggenggam ikhlas adalah riya.

Derajat yang PERTAMA: Syetan memasukkan bahaya atas orang yang mengerjakan shalat manakala ia ikhlas dalam shalatnya, kemudian seseorang masuk, lalu syetan berkata, “Baguskanlah shalatmu, sehingga org yg hadir ini memandang kepadamu dengan pandangan kewibawaan dan kebaikan dan ia tidak memandang hina kepadamu dan tidak mengumpatmu.”
Maka anggota badannya khusyu, sendi-sendinya tenang dan shalatnya baik.
Dan ini adalah riya yang tampak dan demikian itu tidak tersembunyi atas orang-orang yang pertama dari para murid murid.
 
Derajat yang KEDUA: bahwa murid itu telah memahami bahaya ini dan ia berhati-hati padanya, lalu ia berpaling dan tidak mentaati syetan dan melanjutkan shalatnya.
Lalu syetan mendatanginya dengan menampakkan kebaikan dan berkata, “Kamu adalah orang yang diikuti dan diteladani dan dipandang. Dan apa yang kamu perbuat itu membekas padamu dan orang lain mengikutimu. Maka bagimu pahala amal perbuatan mereka kalau kamu membaguskan amalmu dan atasmu dosa kalau kamu menjelekkan amalmu. Maka baguskanlah amalmu di hadapannya. Mudah-mudahan ia mengikutimu dalam kekhusyukan dan membaguskan ibadah.”
Ini adalah lebih samar daripada yang pertama. Kadang-kadang tertipu padanya orang yang tidak tertipu dengan yang pertama. Dan inu juga riya yang sebenarnya dan merusak keikhlasan.
 
Derajat KETIGA: bahwa seorang hamba berhati-hati terhadap tipu daya syetan. Maka ia membaguskan shalatnya di tempat yang sunyi agar shalatnya bagus di hadapan orang banyak. Maka dia tidak membedakan antara keduanya. Maka perhatiannya di tempat yang sunyi dan di keramaian adalah kepada makhluk.
 
Derajat KEEMPAT, dan ini adalah yang lebih halus dan lebih tersembunyi: bahwa manusia memandang kepadanya, sedang ia tengah melakukan shalat, lalu syetan lemah untuk berkata kepadanya, “Khusyuklah karena mereka”, karena syetan mengerti bahwa orang itu lebih cerdas terhadap demikian. Lalu syetan berkata kepadanya, “Berpikirlah ttg kebesaran Allah Ta’ala dengan keagunganNya dan tentang Tuhan yang kamu berada di hadapanNya dan malulah bahwa Allah melihat kepada hatimu, sedang ia lalai kepadaNya. Lalu dengan demikian hatinya hadir dan anggota badannya khusyuk dan ia menduga bahwa demikian ikhlas yang sebenarnya, padahal itu adalah tipu daya dan penipu yang sebenarnya.
Sesungguhnya khusyu, jikalau pandangannya kepada keagungan Allah, niscaya goresan ini terus menerus padanya di tempat sunyi dan niscaya hadirnya goresan hati tersebut tidak tertentu dengan keadaan hadirnya orang lain.
Tidak selamat dari syetan kecuali orang yang halus pandangannya dan bahagia dengan penjagaan Allah Ta’ala, taufiq-Nya dan petunjuk-Nya. Kalau tidak, maka syetan itu tidak meninggalkan orang-orang yang rajin ibadah kepada Allah Ta’ala. Ia tidak lalai dari mereka sekejap pun, sehingga ia membawa mereka kepada riya pada setiap gerakan, sehingga pada mencelaki mata, menggunting kumis, memakai wewangian di hari Jum’at dan memakai pakaian.
Karena itulah dikatakan, “Dua rakaat dari orang yang alim itu lebih utama daripada ibadah setahun dari orang yang bodoh.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar