Karamah Sebagai Buah Ketaatan Anggota Tubuh
oleh:Abu Nawas Majdub
“Tidak ada cara lain yang akan dilakukan oleh hambaku yang ingin
bertakararub (mendekat) kepada-Ku yang lebih Aku sukai dibandingkan
dengan melakukan amalan-amalan sunnah, sehingga Aku menyanyanginya. Jika
Aku mencintainnya maka Aku akan menjadi telinga yang dengannya ia
mendengar, menjadi mata yang dengannya ia melihat , menjadi mulut yang
denganya ia berbicara, menjadi tangan yang dengannya ia memegang. Jika
ia berdoa kepada-Ku, Aku niscaya akan mengabulkannya. (Hadits Qudsi)
Dalam kitab al-Futuhat, Ibnu 'Arabi menyebutkan kitabnya yang berjudul
Mawaqi' al-Nujum, yang sering dipujinya sebagai kitab yang sangat bagus
dalam mengupas masalah karamah yang muncul dari anggota-anggota tubuh
yang taat. Anggota tubuh itu adalah mata, telinga, lidah, tangan, perut,
kemaluan, kaki, dan hati. Apabila masing-masing anggota tubuh menaati
hukum syara' dan dilakukan oleh orang yang bertanggung jawab, maka akan
muncul karamah. Dalam kitab tersebut disebutkan berbagai pengetahuan,
rahasia ilmu hakikat, dan manfaat ilmu syariat. Saya berusaha meringkas
sedikit tentang delapan anggota tubuh dan karamah yang muncul dari
nggota tubuh sebagai upaya untuk menyempurnakan manfaat dan untuk
mencapai tujuan kami. Dan karena Imam al-Munawi tidak menguraikan arti
dari karamah yang muncul dari anggota-anggota tubuh yang taat, dalam
penjelasan sebelumnya yang diambil dari kitab Mawaqi' al-Nujum, maka di
sini saya akan berusaha memaparkannya.
1. Mata
Di antara
karamah mata jika digunakan untuk melakukan ketaatan dan menjauhi
kemaksiatan adalah mampu melihat tamu dari jarak jauh sebelum ia datang,
bisa melihat dari balik dinding tebal, melihat Ka'bah ketika shalat,
dan lain-lain. Di antara karamah lainnya adalah dapat menyaksikan alam
malakut spiritual baik malaikat, penghuni ketinggian (mala'ul a'la),
jin, Nabi Khidir, dan para Abdal.
2. Telinga
Bila telinga
digunakan untuk melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan, karamah
yang akan muncul adalah mendengar kabar gembira bahwa sang pemiliknya
merupakan salah seorang yang diberi hidayah dan akal oleh Allah. Ini
merupakan karamah terbesar, sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah,
Sebab itu sampaikanlah kabar kembira kepada hamba-hamba-Ku, yang
mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya
(QS Al-Zumar [39]: 17-18).
Karamah lainnya adalah dapat mendengar
ucapan benda mati, sehingga terdengar semua benda bertasbih kepada Allah
dengan bahasa yang jelas, sebagaimana bahasa manusia.
3 Lidah
Ketika lidah digunakan untuk melaksanakan ketaatan dan menghindari
kemaksiatan, karamah yang akan muncul adalah mampu berbicara dan
bercakap-cakap dengan alam yang lebih tinggi (alam a'la). Jadi, apabila
seorang hamba memperoleh karamah atas telinganya, maka ia akan bisa
memanggil dan berhubungan dengan para penghuni alam yang lebih tinggi.
Apabila ia hanya sekedar berbicara dengannya, penghuni alam itu tidak
menjawabnya. Apabila terjadi pembicaraan antara dia dengan mereka, maka
kemampuannya berbicara dengan mereka adalah karamah lisan, kemampuannya
mendengar ucapan mereka adalah karamah telinga, dan kemampuannya
menyaksikan mereka adalah karamah mata. Demikian juga anggota-anggota
tubuh lainnya, karena ada hubungan antara anggota-anggota badan dan
ketaatan yang dilakukannya. Di antara karamah lainnya adalah mampu
mengatakan suatu keadaan sebelum terjadinya, memberitahukan hal-hal
gaib, dan akan munculnya benda-benda.
4. Tangan
Di antara
karamah yang akan muncul bila tangan dipergunakan untuk melakukan
ketaatan dan menjauhi kemaksiatan adalah munculnya warna putih bersih
tanpa noda di tangan ketika dimasukkan ke dalam saku seperti yang
terjadi pada Nabi Musa as, memancarkan air di sela-sela jari yang
terjadi pada Nabi Muhammad Saw., melemparkan tanah ke muka musuh,
sehingga mereka kalah. Para wali Allah dengan kehendak-Nya mengepalkan
tangan ke udara, lalu ketika mereka membukanya muncullah perak, emas,
dan lain-lain.
5. Perut
Di antara karamah yang muncul
bila perut digunakan untuk melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan
—tidak termasuk dalam kategori makr dan istidraj— adalah
terpeliharanya perut dari makanan, minuman, dan pakaian yang tidak halal
dengan munculnya tanda yang disampaikan oleh Allah. Adakalanya tanda
itu muncul dalam dirinya sendiri atau dari sesuatu yang bersifat syubhat
atau haram, sehingga ia hanya memperoleh sesuatu yang baik saja.
Dikisahkan bahwa ketika disajikan makanan syubhat kepada Al-Harits
al-Muhasibi r.a., mengucurlah keringat di sela-sela jarinya. Begitu juga
yang terjadi pada ibunda Abu Yazid al-Busthami r.a. ketika sedang
mengandung Abu Yazid, tangannya tidak pernah menyentuh makanan haram.
Pada wali lain, muncul suara yang berkata "jauhi". Wali lainnya jatuh
pingsan ketika menemukan makanan yang tidak halal. Ada juga wali yang
makanan haram di hadapannya berubah menjadi darah, berwarna hitam,
seekor babi, dan lain-lain yang Allah khususkan bagi para wali dan
orang-orang suci-Nya.
Karamah lain yang muncul karena ketaatan
perut adalah makanan yang sedikit bisa mengenyangkan orang banyak. Ini
merupakan warisan dari Rasulullah Saw. Ketika itu, Rasulullah menggelar
sebuah tikar kulit dan didatangi oleh pemilik gandum dengan memberikan
setangkai gandumnya dan pemilik biji-bijian dengan memberikan setangkai
biji-bijiannya, hingga terkumpullah sedikit makanan. Beliau berdoa agar
makanan itu diberkati, lalu orang-orang mengisi tempat yang mereka bawa
dengan makanan itu sampai penuh, sebagaimana dijelaskan dalam hadis
sahih riwayat Muslim.
Karamah perut yang lainnya adalah dapat
membuat satu macam makanan di atas piring menjadi berbagai macam jenis
makanan sesuai dengan keinginan orang-orang yang hadir di tempat itu.
Termasuk karamah perut lainnya adalah didatangi jin atau raja yang
membawakan makanan, minuman, dan pakaiannya, atau menggantungkannya di
udara.
Karamah lain dalam maqam ini adalah mampu mengubah air
minum yang asin dan pahit menjadi manis. Ibnu 'Arabi berkata, "Saya
pernah meminum minuman seperti itu dari tangan Abu Muhammad 'Abdullah
bin Ustad Al-Marwazi Al-Hajj, termasuk murid khusus Abu Madyan r.a.,
beliau selalu disebut sebagai Al-hajj al-mabrur. Makanan halal itu
adakalanya diperoleh dengan bekerja atau dengan menjauhi dosa-dosa,
seperti yang dikatakan beberapa syaikh, "Ahli ma'rifat adalah orang yang
tidak memadamkan cahaya ma'rifatnya sebagai cahaya wara'nya, maka
ketika diperoleh barang halal, sedikit saja cukup baginya. Bila ia
melaksanakan hal ini, maka tumbuh dalam batinnya keinginan melakukan
perbuatan baik yang diwujudkan Allah dalam jiwa hamba ini sebagai
karamah karena kedudukan dan kejujurannya." Dan dari kehendak kuat itu
keluar semua yang telah kami sebutkan dan banyak karamah yang belum
terlintas dalam benak manusia.
6. Kemaluan
Di antara
karamah yang dihasilkan ketika kemaluan dipergunakan untuk melaksanakan
ketaatan dan menjauhi kemaksiatan adalah anugerah dari Allah berupa
rahasia menghidupkan orang-orang mati, menyembuhkan orang yang buta
sejak lahir dan penderita lepra, dan meninggalkan semua perkara yang
membuatnya melupakan Allah. Allah berfirman, Dan Maryam puteri 'Imran
yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya
sebagian dari ruh Kami (QS Al-Tahrim [66]: 12). Dan Kami jadikan dia dan
anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam (QS
Al-Anbiya' [21]: 91). Dalam hal ini, Ibnu 'Arabi juga telah menjelaskan
secara mendalam hubungan-hubungan lain antara ketaatan anggota tubuh dan
karamah yang dikeluarkannya, hikmah-hikmah dan rahasia ilmu hakikat
7. Kaki
Di antara karamah yang akan muncul jika digunakan untuk melaksanakan
ketaatan dan menjauhi kemaksiatan ada-lah mampu berjalan di atas air,
dapat mengelilingi bumi, dan berjalan di udara. Hikayat-hikayat tentang
maqam ini sangat terkenal, saking terkenalnya hingga tidak perlu lagi
kami jelaskan di sini. Kitab-kitab kumpulan syair dipenuhi
hikayat-hikayat tentang karamah ini. Karena Allah Swt. adalah pemilik
para wali, maka Dia memunculkan semua karamah ini bersama mereka. Ibnu
'Arabi menyatakan, "Kami telah menyaksikan dengan jelas penempuh jalan
ini berjalan di atas air dan di udara, dan dapat melipat bumi."
8. Hati
Di antara karamah hati ketika digunakan untuk melakukan ketaatan dan
menjauhi kemaksiatan adalah mampu mengetahui sesuatu sebelum terjadi.
Ibnu 'Arabi berkata, "Ketahuilah anakku, Allah telah menolongmu,
menerangi hatimu, melapangkan dadamu, dan menyucikan pakaian serta
hatimu. Segala karamah yang berkaitan dengan anggota tubuh lainnya
merujuk dan kembali kepada hati. Kalau tidak ada hati, maka seluruh
anggota tubuh lainnya tidak berarti. Setiap perbuatan berasal dari hati,
kalau tidak didasari keikhlasan sebagai aktivitas hati, maka amal
tersebut bagai debu beterbangan, tidak bermanfaat dan tidak mendatangkan
kebahagiaan."
Allah berfirman, Padahal mereka tidak
diperintahkan kecuali untuk menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus (QS Al-Bayyinah [98]:
5). Dan Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya segala perbuatan tergantung
pada niat, dan tiap-tiap orang akan mendapatkan apa yang diniatkannya.
Barangsiapa berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah
kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa berhijrah kepada dunia dan
perempuan yang akan dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa yang
menjadi tujuan hijrahnya." Dari sini jelaslah bahwa sudi dan ternodanya
semua perbuatan lahir maupun batin tergantung pada hati. Jadi, gerakan
atau diamnya anggota tubuh untuk menaati syariat dan melakukan maksiat
hanya berdasarkan pada perintah dan
kehendak hati.
Gagasan
muncul pertama kali di dalam hati. Apabila hati ingin mewujudkan gagasan
itu, maka ia mempertimbangkan anggota tubuh mana yang sesuai untuk
melakukan gagasan itu, lalu hati menggerakkan anggota tubuh yang
dipilihnya untuk mewujudkan gagasan itu, baik untuk ketaatan maupun
kemaksiatan, dan atas anggota tubuh itulah pahala dan siksa diberikan.
Tidakkah kamu merenungkan bagaimana Allah menganggap pandangan pertama
kepada seorang perempuan bukan muhrim yang dilakukan tanpa sengaja dan
tidak diniati dalam hati sebagai suatu hal yang dimaafkan dan tidak
dikenai siksa?
Demikian pula ketika seorang hamba melakukan
perbuatan salah tanpa sengaja, maka Allah benar-benar telah mengampuni
perbuatannya itu, sebagaimana bila hati menghendaki dan berniat
melakukan kemaksiatan, tetapi tidak jadi melakukannya, maka niatnya itu
tidak ditulis dan tidak dihitung, selama belum dilakukan atau hanya
sebatas ucapan semata. Adapun jika hati berniat melakukan ketaatan, maka
ia akan diberi ganjaran sesuai dengan niat dan harapannya, meskipun ia
belum melakukan ketaatan yang telah diniatkannya, niatnya telah ditulis
sebagai kebaikan. Bila kamu meyakini hal ini, maka tetaplah yakin bahwa
hati adalah pemimpin raga. Seluruh karamah yang muncul dari anggota
tubuh merujuk kepada hati, dan hati itu sendiri dapat memunculkan
karamah-karamah tertentu.
Karamah hati lainnya adalah Allah
Swt. memperlihatkan kepadanya semua yang tersimpan di dunia, berupa
rahasia-rahasia, alasan dan sebab perintah-Nya, atau apa pun yang
mewujud dalam alam, baik spiritual maupun non spiritual, seperti yang
sudah dijelaskan oleh Sayyid Muhyiddin Ibnu 'Arabi dalam kitabnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar