HAL PENYEBAB TAKABBUR
Pada
umumnya orang yang sombong adalah orang yang memiliki kebanggaan diri,
karena memiliki sifat,kemampuan atau prestasi lebih dari yang lain.
1.Ilmu
Takabbur karena ilmu sangat mudah terjadi, yaitu dengan munculnya
perasaan lebih mulia dari orang lain. Atau merasa telah mendapatkan
tempat mulia di sisi Allah dengan ilmunya (QS 58:11). Ia lebih
mengkhawatirkan orang lain daripada diri sendiri. Kesombongan karena
ilmu ini mudah terjadi karena dua hal :
ilmu yang
dipelajari bukan ilmu hakiki. Karena hakekat ilmu adalah yang mampu
memperkenalkan manusia akan Rabb-nya, keadaan ketika bertemu Allah dan
hijab yang menghalanginya dari Allah. Ilmu yang demikian akan melahirkan
sikap tawadhu’(rendah hati) bukan takabbur. QS 35:28
keadaan hati yang kotor saat menuntut ilmu, sehingga salah niatnya dan jadilah takabbur dengan ilmu yang didapatnya.
2.Amal Ibadah
Orang yang masuk dalam kehidupan zuhud (konsentrasi dalam ibadah) tidak
otomatis terbebas dari takabbur. Misalnya dengan zuhudnya itu, merasa
lebih layak dikunjungi daripada mengunjungi. Lebih layak dibantu
daripada membantu, menganggap orang lain sengsara di neraka dan merasa
hanya dirinya yang selamat. dst. Rasulullah bersabda :
“Jika kamu mendengar ada orang yang berkata : “Binasa semua manusia” maka dialah yang paling dahulu binasa.” HR Muslim.
Dengan pernyataan ini ia membanggakan diri dan meremehkan orang lain.
3.Hasab (kedudukan) dan Nasab (keturunan)
Orang yang berasal dari keluarga terhormat mudah meremehkan orang lain
yang datang dari keluarga bukan terhormat, meskipun orang itu lebih baik
ilmu dan amalnya, dan bahkan takabbur karena faktor ini sering kali
membuat ia menganggap orang lain sebagai budaknya, dan rasa keberatan
untuk berbaur dengan mereka.
Dari Abu Dzarr ra berkata: Suatu
hari pernah aku bersengketa dengan seseorang (Bilal) di hadapan Nabi.
Lalu aku berkata kepada orang itu “Hai anak hitam”. Nabi segera memotong
ucapanku: “Hai Abu Dzarr, tiada lebih baik orang putih dari yang hitam,
kecuali dengan taqwa”. Mendengar itu saya berbaring dan mempersilahkan
Bilal untuk menginjak-injak muka saya. HR Ahmad.
Dalam hadits
di atas, Rasulullah segera menegur orang yang merasa lebih baik
keturunannya. Dan Abu Dzarr segera bertaubat menyesali perbuatannya.
4.Al Jamal (ketampanan/kecantikan)
Takabbur karena faktor ini lebih banyak terjadi di kalangan wanita,
terwujud dalam celaan, atau gunjingan terhadap kekurangan fihak lain.
Aisyah ra berkata : Ada seorang wanita yang ingin bertemu Nabi, dan aku
katakan kepada Nabi dengan isyarat tanganku yang menunjukkan bahwa
wanita itu pendek. Sabda Nabi ketika itu :”Sesungguhnya kamu telah
menggunjingnya”.
Sikap ini muncul karena adanya kesombongan
dalam diri orang seperti Aisyah yang berpostur tubuh lebih baik dari
orang tadi. Sebab jika ia berpostur tubuh pendek seperti orang yang
diceritakan itu, tentu ia tidak akan mengatakannya.
5.Al Maal (kekayaan)
Takabbur karena kekayaan ini banyak terjadi di kalangan pejabat,
penguasa, pedagang, tuan tanah, dan mereka yang memilikinya. Orang yang
merasa lebih kaya meremehkan orang yang dipandang kurang kaya dengan
ucapan maupun sikap-sikap lainnya. Seperti ungkapan : “uang jajan anak
saya sehari, cukup kamu makan seumur hidupmu, dst.
Hal ini
terjadi karena ketidak tahuannya akan fadhilah (keutamaan) orang miskin
dan bahaya kekayaan. Seperti yang pernah terjadi pada pemilik dua kebun
yang congkak dan akhirnya binasa (QS. 18:34-42) atau Qarun yang akhirnya
binasa bersama hartanya (QS 28:79-81).
6.Al Quwwah (kekuatan)
Kekuatan dan kegagahan dapat memunculkan takabbur atas mereka yang lemah dan tidak berdaya.
7.Al Atba’ (pengikut/pendukung)
Banyaknya pengikut, pendukung, murid, keluarga, kerabat, dsb. sering
memunculkan kesombongan pada orang yang memilikinya. Seorang guru
menjadi takabbur karena merasa banyak muridnya. Seorang pejabat menjadi
takabbur karena banyak pengikutnya, dst.
Secara
umum, setiap nikmat yang bisa dianggap sebagai nilai lebih pada
seseorang berpotensi untuk melahirkan benih takabbur pada seseorang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar