ORANG YANG MULIA DIMATA ALLAH
Sahabat,
tentunya sahabat tau setiap manusia Allah berikan kelebihan dan
kekurangan, tidak ada manusia yang seutuhnya sempurna. Dari situ jugalah
kita bisa mengacu bahwa semua kelebihan dan kekurangan yang ada pada
diri manusia merupakan kuasa dan kehendak Allah Swt.
Kelebihan
dan kekurangan yang Allah titipkan kepada kita itu dapat berupa fisik,
materi, Ilmu, kedudukan, jabatan, keturunan dan lain-lain. Allah Swt.
sendiri telah menyebutkan bahwa manusia diciptakan beragam, hal ini
dengan tujuan agar dapat saling mengenal.
Allah berfirman :
”Hai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang
laki-laki (Adam AS) dan seorang perempuan (Siti Hawa), kemudian Kami
jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling
mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal (Al Hujuraat, 13).
Kelebihan dan kekurangan yang ada
pada diri kita merupakan nikmat. Dan nikmat-nikmat itu sendiri bisa
menjadi ujian dan cobaan bagi yang memilikinya.
Dalam konteks
ujian, kelebihan yang kita miliki dapat berubah menjadi positif atau
negatif. Jika kelebihan yang kita miliki menjadikan kita sombong,
angkuh, meremehkan orang lain, menzhalimi orang lain, maka justru
kelebihan itu akan membinasakan diri kita sendiri. Lain halnya jika
kelebihan yang kita miliki dapat membuat kita menjadi lebih bersyukur,
lebih taat kepada Allah serta memanfaatkannya secara luas untuk kebaikan
diri sendiri dan orang lain, maka kelebihan tersebut bersifat positif
karena kita mampu mengelolanya dengan baik.
Ayat diatas diperkuat lagi oleh Hadist :
Ada orang yang bertanya "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling mulia?"
Rasulullah bersabda "Orang yang paling bertaqwa
Mereka berkata "Bukan tentang hal itu yang kami tanyakan"
Beliau Bersabda "Yaitu Yusuf anak Nabi Allah, Anak Nabi Allah, Anak Khalil Allah
mereka bertanya "bukan itu yang kami tanyakan"
Beliau bersabda "Apakah tentang Tokoh Tokoh bangsa Arab yang kalian tanyakan? "kemudian Beliau bersabda
"Khiyaa ruhum fil Jaahiliyyati khiyaaruhum fil Islami idzaa faqihuu"
artinya :
Orang yang paling baik dari mereka pada masa jahiliah adalah orang yang paling baik dalam Islam jika mereka menguasai agama"
Hadist Lain lagi :
Ada dua orang bersaudara pada Masa Rasulullah Shallallahu"alaihi Wa
sallam, salah seorang dari keduanya belajar agama dengan mendatangi
majlis Nabi Shallallahu "alaihi Wa sallam, sementara yang satunya lagi
pergi menjalankan usaha. Kemudian orang yg berbisnis itu mengeluhkan
tentang saudaranya kepada Rasulullah, mendengar itu Rasulullah bersabda
La'allaka turzaqu bihi artinya Barangkali, engkau di berikan Rizki karena berkah saudaramu (yang belajar) itu.."
Sahabat..
Setiap kelebihan atau keutamaan yang telah Allah berikan kepada kita
seyogyanya kita sadari bahwa itu merupakan anugerah, bukan untuk
disombong-sombongkan hingga sampai meremehkan orang lain. Bahkan ketika
kita merasa lebih utama/mulia karena sudah menjadi seseorang yang rajin
melakukan amal ibadah, itu sendiri pun sebenarnya tidak akan banyak
berarti karena kita tidak pernah tahu apakah Allah sudah menerima atau
belum amal ibadah kita tersebut.
Sedikit Ilustrasi :
Ada seorang guru mengajari muridnya yang bener2 taat pada gurunya..,
sampai gurunya menyuruh membaca ini dan itu, menghafal ini dan itu
berdzikir ini dan itu, semuaaa.. di taati oleh muridnya yang taat itu,
suatu saat Sang murid mengamalkan suatu amalan yang bisa bikin dia
berjalan diatas air..., semua petunjuk gurunya di pratekkan oleh murid,
diamalkan oleh murid yang taat,.. satu hari Sang Guru berpergian bersama
murid yang taat, ingin ber dakwah ke desa seberang yang harus melewati
sungai yang sangat besar, lalu sampailah mereka ketepi sungai, lantas
sang Guru bertanya kepada muridnya yang taat ini,bagaimana kita mesti
menyebrang? mana jembatannya?? lalu murid yang taat itu menjawab.., oh
kita tidak perlu jembatan.., Kan Ustad mengajarkan amal yang terus saya
jalankan hingga saya bisa berjalan diatas air, lalu si murid
mempraktikkan.., dengan tenangnya dia berjalan diatas air seperti
berjalan diatas tanah hingga selama sampai seberang, tinggal Sang guru
yang bingung.. akhirnya dia putuskan untk ikut menyebrangi sungai
menyusul muridnya yang taat, tapi apa yang terjadi? Sang Guru tenggelam,
karena dia bisa menyarankan, mengajarkan, tp dia sendiri tidak
mengamalkan..
Subhanallah, Jika kita memang ingin meniru Ahlak
Rasulullah Shallahu 'alaihi wa sallam, Rasulullah selalu tawadu', rendah
hati, tidak ada kesombongan sedikitpun., selalu tersenyum , ramah
dengan siapapun..
Manusia sekarang kan beda.., sering mengganggap
orang lain rendah, gak level, merasa lebih banyak amalnya, lebih tinggi
ilmunya, lebih banyak sedekahnya dll..., Subhanallah.
Jadi
Sahabat, dimata Allah, bisa jadi pengemis diluar rumah kita itu lebih
mulia dari kita, kalau kita atasan boleh jadi bawahan kita lebih mulia
dimata Allah, kalau kita majikan, boleh jadi pembantu kita lebih mulia
dimata Allah, atau mungkin supir kita, Kalau kita guru, boleh jadi
murid2 kita lebih mulia dimata Allah, atau siapa saja yang ada di
sekitar kita.
Orang yang ujub -dengan diri dan amalannya-
merasa tinggi dan mulia dihadapan yang lain... padahal hakekatnya dialah
yang paling rendah dihadapan Allah
Semoga Allah swt.
menjadikan kita hamba yang menyadari bahwa segala kelebihan yang telah
Allah berikan merupakan titipan sekaligus anugerah dan semoga Allah
tidak menjadikan kita sombong karenanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar