Kemarau Panjang Akibat Dosa Manusia, Apa Solusinya ?
oleh:Abu Nawas Majdub
Al-hamdulillah, segala puji bagi Allah, penguasa alam semesta. Pencipta
dan pengatur alam raya dengan qudrah-Nya yang agung. Menundukkan apa
saja yang ada di dalamnya untuk manusia supaya mereka menjadi
khalifah-Nya di bumi dengan menegakkan ajaran dien-Nya yang lurus dan
suci yang telah disampaikan oleh hamba dan utusan-Nya Shallallahu
'Alaihi Wasallam.
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala telah
menetapkan aturan dan hukum bagi alam raya ini. Ia tunduk dan patuh
pada hukum tersebut. Di antaranya hujan, ia berjalan sesuai dengan
aturan Allah Ta'ala dan kehendak-Nya. Jika Dia menghendaki turun untuk
membasahi bumi, maka turunlah ia. Sebaliknya, jika menahan maka tak satu
tetespun yang akan turun.
Sebagai muslim, kita meyakini
dengan benar bahwa segala sesuatu tidak akan terjadi kecuali dengan
perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala. Di antaranya hujan, ia tidak akan
turun kecuali dengan perintah Allah Ta'ala. Jadi, turun dan tidaknya
hujan itu dengan kehendak dan perintah Allah 'Azza wa Jalla. Dia
berfirman,
أَمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ
وَأَنْزَلَ لَكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَنْبَتْنَا بِهِ حَدَائِقَ
ذَاتَ بَهْجَةٍ مَا كَانَ لَكُمْ أَنْ تُنْبِتُوا شَجَرَهَا أَئِلَهٌ مَعَ
اللَّهِ
"Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi
dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan
air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali
tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah di samping Allah ada
tuhan (yang lain)?" (QS. Al-Naml: 60)
Dalam ayat di atas,
Allah menjelaskan bahwa hanya Dia-lah yang menciptakan langit berikut
apa yang ada di dalamnya berupa matahari, bulan, bintang, dan malaikat;
Dia semata juga yang telah menciptakan bumi dan apa saja yang ada di
dalamnya seperti gunung, langit, sungai, pepohonan, binatang,dan
sebagainya. Dia juga menjelaskan, Dia yang menurunkan hujan dari langit
untuk manusia, yang dengan hujan itu Allah menumbuhkan kebun-kebun yang
indah karena banyaknya pepohonan dan buah-buahan yang beraneka ragam.
Padahal kalau bukan karena pemberian hujan dari Allah tersebut,
pepohonan tak akan pernah ada. Tidak ada yang melakukan semua itu
kecuali Dia. Oleh karenanya, Dia semata yang berhak disembah, karena
Dialah Tuhan sebenarnya. Sedangkan sesembahan kepada selain-Nya, adalah
sesembahan yang batil.
Allah Ta'ala berfirman tentang proses perjalanan hujan, bahwa Dia semata yang melakukannya:
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُزْجِي سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهُ
ثُمَّ يَجْعَلُهُ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلالِهِ
وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ جِبَالٍ فِيهَا مِنْ بَرَدٍ فَيُصِيبُ
بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَصْرِفُهُ عَنْ مَنْ يَشَاءُ
"Tidakkah
kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara
(bagian-bagian) nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka
kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga)
menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari
(gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya
(butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan
dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya." (QS. Al-Nuur: 43)
Hujan Adalah Nikmat
Hujan merupakan nikmat yang besar dari Allah Ta'ala. Semua makhluk
membutuhkannya, tidak terkecuali manusia. Nikmat ini, -sebagaimana yang
diterangkan Allah- menjadi sumber kehidupan semua makhluk.
وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
"Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (QS. Al-Anbiya': 30)
Dan sesungguhnya nikmat itu akan langgeng bersama syukur. Bahkan Allah
akan menambah nikmat-nikmat-Nya untuk orang yang bersyukur. Allah Ta'ala
berfirman,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu." (QS.
Al-Ibrahim: 7) Perhatikan hadits NabiShallallahu 'Alaihi Wasallam yang
diriwayatkan Imam Muslim dalam Shahihnya, dari hadits Anas bin Malik
Radhiyallahu 'Anhu,
إِنَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنْ الْعَبْدِ
أَنْ يَأْكُلَ الْأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ
الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا
"Sesungguhnya Allah sangat
Ridha kepada seorang hamba yang menikmati satu makanan lalu ia memuji
Allah (bersyukur) atas makanan itu, dan meneguk minuman lalu ia memuji
Allah (bersyukur) atasnya." (HR. Muslim dan al-Tirmidzi)
Dan
syukur itu dengan menggunakan nikmat-nikmat Allah untuk taat dan patuh
kepada-Nya. Belum cukup hanya dengan mumuji-Nya, lalu menelantarkan
perintah dan syariat-Nya, menerjang larangan dan tidak menghindarinya.
Maka jika yang terjadi demikian, nikmat itu akan diangkat dan berganti
dengan siksa.
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"."
(QS. Al-Ibrahim: 7)
Menurut imam Ibnu Katsir rahimahullah,
"Jika kamu bersyukur atas nikmat-Ku kepadamu, pasti Aku akan tambah dari
nikmat itu untukmu." {dan jika kalian kufur}, maksudnya: kalian
mengufuri nikmat-nikmat, menyembunyikan dan mengingkarinya { maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih } dan itu dengan diangkatnya nikmat
itu dari mereka dan menyiksa mereka atas kekufuran terhadap
nikmat-nikmat tadi."
Sesungguhnya hujan itu nikmat dari Allah
dan termasuk rizki bagi hamba-hamba-Nya. Nikmat Allah tidak akan
diangkat kecuali disebabkan dosa. Nikmat itu tidak akan kembali kecuali
dengan taubat dan taat. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
bersabda,
إِنَّ الْعَبْدَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ
"Sesungguhnya seorang hamba dihalangi rizkinya disebabkan dosa yang
menimpanya." (HR. Ahmad dari hadits Tsauban Radhiyallahu 'Anhu;
dihassankan al-Iraqi sebagaimana yang terdapat dalam Al-Zawaid milik
al-Bushiri (1/161) dan dishahihkan oleh al-Arnauth)
Jadi
sangat jelas, kemarau yang panjang di negeri kita ini disebabkan
dosa-dosa penduduknya. Sehingga ditahannya hujan menyebabkan banyak
masyarakat menderita, kesulitan dapat air bersih, bahkan sebagiannya
dengan terpaksa menggunakan air kotor untuk mencuci, mandi, masak, dan
minum. Gagal panen juga menghantui di beberapa daerah, sehingga
kemiskinan dan kelaparan mengancam. Bahkan di beberapa tempat dikabarkan
sudah banyak yang terpaksa mengonsumsi nasi aking (bekas), dan itupun
dengan susah payah didapatkan.
. . . Pemimpin negeri ini yang tidak
menerapkan syariat Islam sudah kita ketahui bersama. Bahkan, terlihat
anti dengannya. Buktinya, syariat diperangi dan dimusuhi. . .
Dosa Penyebab Kemarau
Dari penjelasan di atas, dosa menyebabkan diangkatnya nikmat, di
antaranya hujan. Karena itu, kita harus sadar bahwa kemarau, kekeringan,
gagal panen, kesulitan air bersih – semua ini- akibat dari dosa-dosa
kita, penduduk Indonesia. Di antara dosa-dosa tersebut, ditunjukkan oleh
hadits yang dari Ibnu Umar Radhiyallahu 'Anhuma, ia berkata:
RasulullahShallallahu 'Alaihi Wasallam pernah berdiri di hadapan kami
lalu bersabda:
يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ خَمْسٌ إِذَا
ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ وَأَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ لَمْ
تَظْهَرْ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا إِلَّا
فَشَا فِيهِمْ الطَّاعُونُ وَالْأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي
أَسْلَافِهِمْ الَّذِينَ مَضَوْا وَلَمْ يَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ
وَالْمِيزَانَ إِلَّا أُخِذُوا بِالسِّنِينَ وَشِدَّةِ الْمَئُونَةِ
وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ وَلَمْ يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ
إِلَّا مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنْ السَّمَاءِ وَلَوْلَا الْبَهَائِمُ لَمْ
يُمْطَرُوا وَلَمْ يَنْقُضُوا عَهْدَ اللَّهِ وَعَهْدَ رَسُولِهِ إِلَّا
سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ فَأَخَذُوا بَعْضَ
مَا فِي أَيْدِيهِمْ وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ
وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَّا جَعَلَ اللَّهُ بَأْسَهُمْ
بَيْنَهُمْ
"Wahai sekalian Muhajirin, lima perkara apabila menimpa kalian, dan aku berlindung kepada Allah dari kalian menjumpainya:
Tidaklah merebak perbuatan keji (seperti zina, homo seksual,
pembunuhan, perampokan, judi, mabok, konsumsi obat-obatan terlarang dan
lainnya) di suatu kaum sehingga mereka melakukannya dengan
terang-terangan kecuali akan merebak di tengah-tengah mereka wabah
penyakit tha’un (semacam kolera) dan kelaparan yang tidak pernah ada ada
pada generasi sebelumnya.
Tidaklah mereka mengurangi takaran dan
timbangan kecuali akan disiksa dengan paceklik panjang, susahnya
penghidupan, dan kezaliman penguasa atas mereka.
Tidaklah mereka
menahan membayar zakat kecuali hujan dari langit akan ditahan dari
mereka. Dan sekiranya bukan karena hewan-hewan, manusia tidak akan
diberi hujan.
Tidaklah mereka melanggar janji Allah dan janji
Rasul-Nya, kecuali akan Allah jadikan musuh mereka (dari kalangan
kuffar) menguasai mereka, lalu ia merampas sebagian kekayaan yang mereka
miliki.
Dan tidaklah pemimpin-pemimpin mereka (kaum muslimin)
berhukum dengan selain Kitabullah dan menyeleksi apa-apa yang Allah
turunkan (syariat Islam), kecuali Allah timpakan permusuhan di antara
mereka.” (HR. Ibnu Majah dan Al-Hakim dengan sanad shahih)." (HR Ibnu
Majah dan Dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam ash-Shahihah no. 106)
Negeri kita memang kaya alamnya, tapi juga kaya kemaksiatannya. Kalau
kita jujur, kemaksiatan-kemaksiatan dalam hadits di atas, semuanya ada
di sini. Misalnya zina dan homoseksual sudah dilakukan secara
terang-terangan. Tidak jarang kita lihat pelaku homo seksual atau
lesbian tidak malu-malu lagi menunjukkan aksi bejatnya, Bahkan, tidak
sedikit yang mengkampanyekannya.
Mengurangi timbangan dan
takaran yang menjadi sebab peceklik panjang juga begitu. Hampir di
setiap pasar ditemukan. Alasan yang sering dilontarkan, "kalau tidak
begini kita tak dapat untung." Seolah ini menjadi pembenar perbuatan
yang Allah haramkan.
Penyakit bakhil dengan menahan zakat dan
tidak mengeluarkannya menjadi satu problem yang belum terselesaikan.
Bahkan menurut Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), potensi zakat secara
nasional yang diperkirakan mencapai Rp100 triliun per tahun. Namun zakat
yang terkumpul oleh Baznas masih sangat kecil, kurang dari 2 persennya,
(antaranews.com, 11 Agustus 2010). Padahal zakat adalah rukun ketiga
dari rukun Islam yang lima, sesudah syahdatain dan shalat. Merupakan
kewajiban yang jelas perintahnya dalam Al-Qur'an, Sunnah, dan ijma'.
Sedangkan siapa yang mengingkari hukum wajibnya ia menjadi kafir, keluar
dari Islam.
Melanggar janji Allah berupa menegakkan tauhid
juga diingkari. Padahal bagi setiap insan, itu sudah diikrarkan saat dia
berada di alam ruh, ketika berada dalam rahim ibu yang mengandungnya.
Pelanggaran janji juga terdapat dalam pembukaan UUD 45, di dalamnya
disebutkan pengakuan bahwa kemerdekaan negeri ini atas anugerah dan
rahmat dari Allah Ta'ala. Yang seharusnya pengakuan menumbuhkan
ketundukkan kepada syariat-Nya. Tapi yg terjadi syariat Allah ditolak
dan ditelantarkan.
Pemimpin negeri ini yang tidak menerapkan
syariat Islam sudah kita ketahui bersama. Bahkan, terlihat anti
dengannya. Buktinya, syariat diperangi dan dimusuhi. Penyeru tegaknya
syariat Allah di bumi-Nya ini dianggap sebagai ancaman sehingga harus
dihabisi, sehingga sebagiannya diintimidasi, dipenjara, dibunuh, dan
dirusak nama baiknya. Akibatnya, keberkahan diangkat dari negeri yang
subur ini, perpecahan dan permusuhan yang melahirkan konflik berdarah
terus lahir.
Maksiat lainnya yang menjadi sumber bencana
adalah tersebarnya riba. Hampir sulit orang terlepas dari riba, kalaulah
tidak memakannya maka ia terkena debunya sebagaimana sabda Nabi
Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Padahal Allah sudah mengancam, jika
tersebar riba di suatu masyarakat Allah akan memerangi mereka.
Bentuknya, dengan bencana gempa, tsunami, gunung meletus, kemarau
panjang, ditahannya hujan, dililit hutang, dijajah musuh dalam berbagai
bidang seperti ekonomi, budaya, dan kebijakan politik. Allah Ta'ala
berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ فَإِنْ لَمْ
تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ
"Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa
riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika
kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa
Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu." (QS. Al-Baqarah: 278-279)
. .
. Hampir sulit orang terlepas dari riba, kalaulah tidak memakannya maka
ia terkena debunya sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
. .
Dan siapakah di antara kita yang kuat menghadapi perang dari
Allah Subhanahu wa Ta'ala?. Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla pernah
menghancurkan suatu umat dengan suara menggelegar dari Malaikat, pernah
juga Allah mengirimkan angin topan sehingga memporak-porandakan satu
negeri, kadang juga memerintahkan kepada air untuk membanjir sehingga
menenggelamkan suatu daerah. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
bersabda, "Tidaklah ada suatu kaum yang tersebar riba di dalamnya
kecuali akan ditimpakan kepada mereka paceklik yang panjang." (HR.
Ahmad)
Apa Solusinya?
Solusi dari musibah dan bencana di
atas adalah kembali kepada Allah dengan tunduk dan patuh pada
hukum-hukum-Nya, melaksanakan yang diperintahkan dan menjauhi apa saja
yang dilarang oleh-Nya. Menghalalkan yang telah Allah halalkan dan
mengharamkan apa yang diharamkannya. Menegakkan syariat-Nya di bumi yang
telah diciptakan oleh-Nya dan diamanahkan kepada kita untuk
mengelolanya. Lalu bertaubat dari berbagai dosa dan kesalahan, dan
memperbanyak istighfar.
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ
إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا
وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ
وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا مَا لَكُمْ لَا تَرْجُونَ لِلَّهِ وَقَارًا
"Maka aku katakan kepada mereka: "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu,
sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan
hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan
mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya)
untukmu sungai-sungai. Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?"
(QS. Nuuh: 10-13)
Dengan memperbanyak istighfar Allah akan
menurunkan hujan, menganugerahkan keturunan yang baik, anak shalih,
rizki halal dan banyak. Sesungguhnya taubat dan istighfar itu menjadi
cara terbaik untuk mendapatkan curahan nikmat dan hujan, serta
menghindarkan dari bencana dan musibah.
Selanjutnya Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wasallam memerintahkan kepada kita saat terjadi
kemarau dan paceklik panjang yang hujan tak kunjung datang dengan Shalat
Istisqa'. Yakni shalat yang dikerjakan untuk meminta hujan. Yang dalam
pelaksanaannya menampakkan kehinaan diri, kesengsaraan, dan sangat butuh
kepada Allah Ta'ala. Dan Alhamdulillah, shalat itu sudah dikerjakan
oleh sebagian kaum muslimin. Dan bagi daerah yang belum juga kunjung
turun hujan, sebaiknya segera ditegakkan shalat istisqa' ini. Dan semoga
Allah mengampuni dosa-dosa kita, memaafkan kesalahan kita, serta
mengangkat musibah paceklik dari negeri kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar