Kaya Bukan Tanda Mulia, Miskin Bukan Tanda Hina
Ketahuilah
bahwa kaya dan miskin bukanlah tanda orang itu mulia dan hina. Karena
orang kafir saja Allah beri rizki, begitu pula dengan orang yang
bermaksiat pun Allah beri rizki. Jadi rizki tidak dibatasi pada orang
beriman saja. Itulah lathif-nya Allah (Maha Lembutnya Allah).
Sebagaimana dalam ayat disebutkan,
اللهُ لَطِيفٌ بِعِبَادِهِ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ القَوِيُّ العَزِيزُ
“Allah Maha lembut terhadap hamba-hamba-Nya; Dia memberi rezki kepada
yang di kehendaki-Nya dan Dialah yang Maha kuat lagi Maha Perkasa.” (QS.
Asy Syura: 19)
Sifat orang-orang yang tidak beriman adalah
menjadikan tolak ukur kaya dan miskin sebagai ukuran mulia ataukah
tidak. Allah Ta’ala berfirman,
وَقَالُوا نَحْنُ أَكْثَرُ
أَمْوَالًا وَأَوْلَادًا وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ (35) قُلْ إِنَّ
رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ
النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ (36) وَمَا أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ
بِالَّتِي تُقَرِّبُكُمْ عِنْدَنَا زُلْفَى إِلَّا مَنْ آَمَنَ وَعَمِلَ
صَالِحًا فَأُولَئِكَ لَهُمْ جَزَاءُ الضِّعْفِ بِمَا عَمِلُوا وَهُمْ فِي
الْغُرُفَاتِ آَمِنُونَ (37)
“Dan mereka berkata: "Kami lebih
banyak mempunyai harta dan anak- anak (daripada kamu) dan Kami
sekali-kali tidak akan diazab. Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku
melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan (bagi
siapa yang dikehendaki-Nya). Akan tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui". Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak
kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikit pun; tetapi orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka itulah yang
memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka
kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang Tinggi (dalam
syurga).” (QS. Saba’: 35-37)
Orang-orang kafir berpikiran bahwa
banyaknya harta dan anak adalah tanda cinta Allah pada mereka. Perlu
diketahui bahwa jika mereka, yakni orang-orang kafir diberi rizi di
dunia, di akherat mereka akan sengsara dan diadzab. Allah subhanahu wa
ta’ala telah menyanggah pemikiran rusak orang kafir tadi dalam
firman-Nya,
نُسَارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْرَاتِ بَلْ لَا يَشْعُرُونَ
“Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.” (QS. Al Mu’minun: 56)
Bukanlah banyaknya harta dan anak yang mendekatkan diri pada Allah,
namun iman dan amalan sholeh. Sebagaiman dalam surat Saba’ di atas
disebutkan,
وَمَا أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ بِالَّتِي تُقَرِّبُكُمْ عِنْدَنَا زُلْفَى إِلَّا مَنْ آَمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا
“Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang
mendekatkan kamu kepada Kami sedikit pun; tetapi orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal-amal saleh.” Penjelasan dalam ayat ini
senada dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi
Allah melihat kepada hati dan amal kalian” (HR. Muslim no. 2564, dari
Abu Hurairah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar