Jumat, 01 Maret 2013

Hukum Khusyu' Dalam Shalat

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Bagaimana hukumnya bila setiap hari melaksanakan sholat tapi hati kurang khusyu' dan terkadang fikiran kemana-mana. apakah mendapat pahala ato sholat x sia2 ..?

Alhamdulillah setelah sebelumnya saya membuat catatan Shalat khusyu' pada posting sebelumnya ada juga sesuatu yang harus saya tulis mengenai bagaimana hukumnya shalat orang yang tidak khusyu' ...?

Shalat Khusyu' Menurut sebagian orang adalah konsenstrasi penuh dengan memusatkan hati , pikiran dan perasaan pada saat melewati setiap tingkah / rukun shalat dari mulai takbiratul ikhram sampai dengan salam hanya dan hanya kepada Allaah Subhanahu Wata'ala. lantas bagaimana dengan mereka yang masih dan sedang berada dalam beban pikiran dan perasaan , terlebih ketika hati sedang tidak karuan , hutang menumpuk , pekerjaan belum beres , masalah dimana - mana da sebagainya . 

Apakah shalat mereka masih diterima ....? Apakah shalat mereka syah ...?

Dalam Al Quran Allah Subhanahu Wata'ala Berfirman :

"Peliharalah semua shalat mu dan peliharalah shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah dalam shalatmu dengan khusyu'. Jika kamu dalam keadaan takut bahaya, maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman, maka sebutlah Allah (shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui"

Khusyuk dalam shalat sangat diutamakan, namun karena kelemahan manusia, Allah tidak menjadikannya sebagai syarat sah shalat. Shalat seseorang tetap sah, (dengan catatan hanya untuk membatalkan shalat tepat waktu) meskipun tidak khusyuk / dalam perjalanan / ditengah suatu ancaman, dan kemudian diganti dengan shalat yang lebih sempurna dengan kekhusyu'an. Namun, sebagai seorang mukmin yang baik, mestinya kita berusaha meraih kekhusyukan itu. Apalagi Rasulullah saw bersabda, “Orang yang shalat itu bermunajat dengan Rabb-nya.”
Kita mesti harus berusaha untuk menghadirkan hati di dalam shalat, oleh karena Ber-munajat hanya dapat sempurna dengan cara menghadirkan hati. dan haram hukumnya lalai dalam shalat karena hal tersebut adalah hal yang sia - sia sebagaimana rasulullah Sholallaahu 'Alaihi Wasallam Bersabda :

كَمْ مِنْ قَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صَلاَتِهِ التَّعَبُ وَالنَّصَبُ

“Betapa banyak orang yang mengerjakan shalat namun ia hanya mendapatkan lelah dan capek dari shalatnya itu.’ (Hadits shahih diriwayatkan oleh ad-Darimiy; juga Ahmad dan Ibnu Majah dengan lafal yang mirip)

Beliau juga bersabda,

لَيْسَ لِلْعَبْدِ مِنْ صَلاَتِهِ إِلاَّ مَا عُقِلَ مِنْهَا

Seorang hamba tidak mendapatkan bagian shalat kecuali bagian yang dia berakal pada saat mengerjakannya, misal saat sujud saja dia mengingat Allaah Subhanahu Wata'ala maka pahala yang diterimanya adalah pahala untuk sujud , misal dalam melaksanakan shalat hanya khusyu' saat ruku' maka pahala yang didapat adalah pahala ruku' saja.

Kesimpulannya berusahalah untuk menjalani sesuatu , memberikan sesuatu , mengerjakan sesuatu , dengan sungguh - sungguh jangan setengah - setengah karena hasilnya juga akan setengah - setengah.

Berikut beberapa tips shalat khusyuk

Pertama, mempersiapkan shalat dan menghadirkan keagungan Allah. Agar kita dapat mengerjakan shalat dengan khusyuk, janganlah kita memulai shalat kecuali jika kita benar-benar sudah siap. Bukan berarti tidak berangkat ke masjid untuk shalat berjamaah atau menunda-nunda pelaksanaan shalat, tetapi kita mesti bersiap-siap beberapa saat sebelum shalat kita tunaikan. Segera menghentikan segala aktivitas begitu adzan dikumandangkan. Bahkan sebagian ulama' salaf menyarankan untuk sudah berada di masjid saat adzan dikumandangkan, adzan adalah batas akhir.

Begitu mengambil air wudhu, mestinya jasad dan batin kita siapkan untuk pelaksanaan shalat. Berbagai kesibukan dan aktivitas duniawi tidak lagi menggelayuti hati kita. Fokus kita sudah harus shalat. Benak kita mesti sudah dipenuhi dengan kesiapan untuk berdiri di hadapan Allah. Kalbu kita mesti bersiap-siap untuk melakukan munajat agung.

Keagungan Allah mesti hadir dan bertahta di hati kita. Dengan begitu, kita tidak akan main-main dalam melaksanakan shalat. Bukankah tidak ada orang yang bermain-main saat menghadap dan berbicara dengan seorang raja atau presiden. Dalam shalat seseorang menghadap Allah, Maharaja yang Mahasuci Mahasempurna Mahakuasa Mahaagung dan Mahamulia.

Kedua, mengingat rendah-sepelenya dunia dibandingkan akhirat. menghadirkan rasa, bahwa kita pasti menghadap Allah untuk mendapatkan balasan atas amal-amal kita. Dalam sebuah hadits qudsi dinyatakan, “Wahai hamba-Ku, hanyasanya itulah amal-amal kalian. Aku menghitungnya untuk kalian kemudian Aku berikan balasannya. Barangsiapa mendapati kebaikan, hendaklah dia memuji Allah; sedangkan barangsiapa yang menghadapi selain itu, janganlah dia mencela siapa pun kecuali dirinya sendiri. (HR. Muslim, at-Tirmidziy, Ibnu Majah, Ahmad)

Mengerti hakikat nilai dunia akan sangat memnbantu seseorang untuk mengerjakan shalat khusyuk.

Ketiga, mengerjakan shalat dengan perlahan, santai, tetapi serius. Tergesa-gesa dapat merusak shalat kita.

Abu Hurairah bertutur, “Kekasihku (Rasulullah saw) berpesan kepadaku supaya dalam shalatku aku tidak mematuk seperti ayam jantan, tidak menolah-noleh seperti seekor anjing hutan, dan tidak duduk seperti seekor kera” (HR. Ahmad, ath-Thayalisi, dan Ibnu Abu Syaybah; menurut Syekh al-Albani, hadits ini hasan)

Terdapat banyak kesimpulan yang kita dapat dari keterangan Al Quran dan Hadits diatas yang pada hakekatnya adalah Islam adalah agama yang mudah dan sangat memudahkan , tidak berat dan memberatkan , karena itu permudahlah jangan kamu persulit , berilah sesuatu yang menggembirakan dan jangan membuat mereka lari.

Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar