KOMPAS.com - Testosteron merupakan hormon seks pria
yang paling penting. Kekurangan atau ketidakseimbangan hormon ini bisa
memengaruhi perkembangan seksual serta kesuburan. Salah satu penyakit
yang diacu sebagai kekurangan testosteron pada anak laki-laki adalah
hipogonadisme.
Hipogonadisme adalah penurunan fungsi testis yang
disebabkan oleh gangguan hormon. Hipogonadisme dijumpai jika didapatkan
konsentrasi hormon testosteron rendah dan bisa terjadi di segala usia,
bahkan sebelum kelahiran.
Hipogonadisme pada usia pubertas bisa
mengganggu perkembangan berbagai karakter seksual sekunder. Menurut
Dr.Em Yunir, Sp.PD-KEMD, konsultan endokrin metabolik, FKUI/RSCM, ada
beberapa ciri hipogonadisme yang patut dicurigai pada anak yang sedang
dalam usia pubertas.
Ciri tersebut antara lain belum terlihat
tumbuhnya kumis atau rambut halus, penis tidak berkembang, suara tidak
pecah, dan penampakan wajah masih seperti anak-anak atau babby face.
"Untuk
memastikannya, kita harus yakinkan apakah hormon testosteron di dalam
darahnya rendah atau tidak," ujarnya, saat acara seminar media, Jumat,
(15/6/2012).
Berdasarkan waktu kejadiannya, kata Yunir,
hipogonadisme dapat dijumpai sejak masa pertumbuhan di dalam kandungan,
masa kanak-kanak (pra pubertas), dan usia dewasa, sehingga menunjukkan
manifestasi klinis yang berbeda-beda.
Jika terjadi pada masa
pertumbuhan dalam kandungan, maka hipogonadisme akan mengganggu
perkembangan pembentukan organ seks. Sedangkan jika terjadi pada masa
prapubertas, akan mengganggu tanda-tanda seksual sekunder seperti bentuk
tubuh, perkembangan penis, otot, kematangan suara, dan rambut.
"Orangtua
harus waspada akan kelainan yang mungkin terjadi selama masa tumbuh
kembang dan mengkonsultasikan jika terdapat kecurigaan," jelasnya.
Sementara
pada pria dewasa dengan hipogonadisme, keluhan yang sering dirasakan
biasanya berupa penurunan libido, disfungsi ereksi, penurunan masa otot
dan gangguan mood yang disertai penurunan kadar hormon testosteron.
Kadar testosteron total dibawah 230 mg/dl merupakan batas untuk
memberikan substitusi testosteron.
"Pada anak laki-laki, terapi
pengganti testosteron (TRT) mampu merangsang pubertas dan perkembangan
karakteristik seks sekunder," ungkapnya.
Hipogonadisme tidak
hanya disebabkan oleh penyakit di otak atau pada testis, tetapi juga
dapat terjadi akibat penyakit-penyakit kronis tertentu seperti obesitas,
sindrom metabolik, hipertensi dan diabetes tipe 2. Tidak ada risiko
peningkatan kematian pada pasien dengan hipogonadisme, namun masalah
yang lebih sering dialami biasanya infertil dan osteoporosis.
Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat bisa membantu mencegah keterlambatan pubertas pada anak laki-laki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar