MENGATASI KEMACETAN KOTA
Penyebab
kemacetan kota besar tidak lepas dari banyaknya jumlah kendaraan yang
lewat tetapi tidak diimbangi dengan sarana jalan yang cukup ditambah
dengan banyaknya persimpangan jalan dan tidak tertibnya pengendara
menambah semrawutnya jalan raya. Anehnya, pelebaran jalan, pembuatan fly
over serta penambahan jalan baru hanya bisa mengatasi kemacetan
sementara, setelah itu malah makin macet!
Salah satu solusi
yang populer adalah penyediaan transportasi umum yang memadai, murah
tapi nyaman dan mudah diakses maupun mengakses segala tempat-tempat
penting.
Tapi menurut penulis masalahnya terletak pada
pengaturan tata kota yang salah atau kurang tegas kontrolnya. Kebanyakan
di kota-kota besar hampir seluruh kawasannya dijadikan sebagai pusat
bisnis yang strategis; bahkan rumah-rumah tinggal di dalam kota yang
tadinya merupakan tempat tinggal diubah menjadi tempat bisnis atau
dijual oleh pemiliknya dengan harga tinggi kepada para pebisnis.
Penduduknya sendiri memilih tinggal di kompleks-kompleks perumahan di
pinggiran kota sehingga terjadilah polarisasi dimana kawasan kota
menjadi kawasan pusat bisnis dan kawasan pinggiran dijadikan sebagai
tempat tinggal. Kalau toh ada tempan hunian di dalam kota, terutama di
gang-gang kecil, jumlahnya juga sangat tidak memadai dibandingkan dengan
jumlah pekerja pelaku bisnis di sekitar area tersebut.
Sebagai
contoh adalah berubahnya kawasan hunian di sekitar jl Riau dan Dago dan
kawasan Buah Batu di kota Bandung yang sekarang sudah menjadi pusat
bisnis FO, Kuliner dsb. Dua puluh tahun yang lalu kawasan ini masih
merupakan kawasan yang sejuk, sepi dan nyaman untuk dilewati.
Akibatnya? Setiap hari jalanan selalu dipenuhi oleh kendaraan2 yang
keluar masuk kota, terutama pada pagi dan sore hari. Pak polisi pusing
tujuh keliling mengatur lalu lintas yang semrawut, apalagi kalau habis
turun hujan dan banjir di-mana2. BBM banyak terbuang, subsidi
membengkak, terpaksa BBM dinaikkan pemerintah untuk mengurangi subsidi,
berimbas pada kenaikan harga barang. Ujung-ujungnya rakyat juga yang
menanggung akibatnya.
Ada solusi lain yang diterapkan oleh
negara-negara maju yang padat penduduknya seperti China dan Jepang,
yaitu konsep penyebaran sentra bisnis dan pemukiman di satu kawasan.
Pada konsep ini tata kota mengatur penempatan apartemen-apartemen
bercampur dengan pusat-pusat bisnis kawasan kota.
Untuk mensukseskan program ini dilakukan tiga pendekatan, yaitu
:
- Pertama mengalokasikan ring tengah kawasan kota hanya untuk
pembangunan apartemen2, tidak diperkenankan mendirikan bangunan untuk
keperluan bisnis. Dalam hal ini pemerintah harus tegas terhadap setiap
pelanggaran.
- Pendekatan kedua pemerintah memberikan insentif
kepada pebisnis apartemen, misalnya kemudahan izin IMB, pembebasan
pajak, subsidi listrik dan air dsb.
- Pendekatan ketiga adalah mensyaratkan pembangunan kombinasi antara apartemen dan pusat pertokoan di satu blok atau kompleks.
Dengan cara ini maka jarak antara karyawan dan tokonya dan pengunjung
menjadi dekat sehingga waktu tidak banyak terbuang, transportasi pribadi
maupun umum bisa dikurangi, subsidi BBM menjadi turun. Nah gak perlu
deh naikin harga BBM !
Tapi pemerintah harus siapin
matang-matang tuh infra strukturnya : air minum, listrik, saluran
pembuangan air kotor dan pengelolaan sampah yang memadai !
Semoga Bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar