Sabtu, 26 Januari 2013

MENGATASI KEMACETAN KOTA

Penyebab kemacetan kota besar tidak lepas dari banyaknya jumlah kendaraan yang lewat tetapi tidak diimbangi dengan sarana jalan yang cukup ditambah dengan banyaknya persimpangan jalan dan tidak tertibnya pengendara menambah semrawutnya jalan raya. Anehnya, pelebaran jalan, pembuatan fly over serta penambahan jalan baru hanya bisa mengatasi kemacetan sementara, setelah itu malah makin macet!

Salah satu solusi yang populer adalah penyediaan transportasi umum yang memadai, murah tapi nyaman dan mudah diakses maupun mengakses segala tempat-tempat penting.

Tapi menurut penulis masalahnya terletak pada pengaturan tata kota yang salah atau kurang tegas kontrolnya. Kebanyakan di kota-kota besar hampir seluruh kawasannya dijadikan sebagai pusat bisnis yang strategis; bahkan rumah-rumah tinggal di dalam kota yang tadinya merupakan tempat tinggal diubah menjadi tempat bisnis atau dijual oleh pemiliknya dengan harga tinggi kepada para pebisnis. Penduduknya sendiri memilih tinggal di kompleks-kompleks perumahan di pinggiran kota sehingga terjadilah polarisasi dimana kawasan kota menjadi kawasan pusat bisnis dan kawasan pinggiran dijadikan sebagai tempat tinggal. Kalau toh ada tempan hunian di dalam kota, terutama di gang-gang kecil, jumlahnya juga sangat tidak memadai dibandingkan dengan jumlah pekerja pelaku bisnis di sekitar area tersebut.

Sebagai contoh adalah berubahnya kawasan hunian di sekitar jl Riau dan Dago dan kawasan Buah Batu di kota Bandung yang sekarang sudah menjadi pusat bisnis FO, Kuliner dsb. Dua puluh tahun yang lalu kawasan ini masih merupakan kawasan yang sejuk, sepi dan nyaman untuk dilewati.

Akibatnya? Setiap hari jalanan selalu dipenuhi oleh kendaraan2 yang keluar masuk kota, terutama pada pagi dan sore hari. Pak polisi pusing tujuh keliling mengatur lalu lintas yang semrawut, apalagi kalau habis turun hujan dan banjir di-mana2. BBM banyak terbuang, subsidi membengkak, terpaksa BBM dinaikkan pemerintah untuk mengurangi subsidi, berimbas pada kenaikan harga barang. Ujung-ujungnya rakyat juga yang menanggung akibatnya.

Ada solusi lain yang diterapkan oleh negara-negara maju yang padat penduduknya seperti China dan Jepang, yaitu konsep penyebaran sentra bisnis dan pemukiman di satu kawasan. Pada konsep ini tata kota mengatur penempatan apartemen-apartemen bercampur dengan pusat-pusat bisnis kawasan kota.

Untuk mensukseskan program ini dilakukan tiga pendekatan, yaitu
:

- Pertama mengalokasikan ring tengah kawasan kota hanya untuk pembangunan apartemen2, tidak diperkenankan mendirikan bangunan untuk keperluan bisnis. Dalam hal ini pemerintah harus tegas terhadap setiap pelanggaran.

- Pendekatan kedua pemerintah memberikan insentif kepada pebisnis apartemen, misalnya kemudahan izin IMB, pembebasan pajak, subsidi listrik dan air dsb.

- Pendekatan ketiga adalah mensyaratkan pembangunan kombinasi antara apartemen dan pusat pertokoan di satu blok atau kompleks.
Dengan cara ini maka jarak antara karyawan dan tokonya dan pengunjung menjadi dekat sehingga waktu tidak banyak terbuang, transportasi pribadi maupun umum bisa dikurangi, subsidi BBM menjadi turun. Nah gak perlu deh naikin harga BBM !

Tapi pemerintah harus siapin matang-matang tuh infra strukturnya : air minum, listrik, saluran pembuangan air kotor dan pengelolaan sampah yang memadai !

Semoga Bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar