RAHASI DOA PALING BAIK DAN PALING UTAMA
Manusia
memiliki fitrah cinta harta, anak, istri, dan kenikmatan hidup dunia.
Jika bisa memilih, manusia lebih senang bergelimang harta, anak, dan
istri daripada hidup miskin, banyak hutang, dan kesusahan. Islam sendiri
memperbolehkan umatnya untuk memohon kepada Allah banyak harta, anak,
istri, dan kenikmatan hidup duniawi lainnya.
Nabi SAW sendiri
pernah mendoakan para sahabat agar dikaruniai banyak anak, kekayaan,
panjang umur, banyak ilmu, dan kenikmatan hidup dunia maupun akhirat
lainnya. Nabi SAW juga memohon kepada Allah SWT kemenangan dalam
peperangan-peperangan yang beliau terjuni. Beliau SAW juga memohon
banyak perkara dunia dan akhirat, dan hal itu disebutkan dalam
hadits-hadits shahih.
Doa agar dikaruniai banyak harta dan anak adalah hal yang disyariatkan dalam Islam. Sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih:
عَنْ أَنَسٍ قَالَ : (( دَخَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ عَلَيْنَا وَمَا هُوَ إِلا أَنَا وَأُمِّي وَأُمُّ حَرَامٍ
خَالَتِي فَقَالَ : قُومُوا فَلأُصَلِّيَ بِكُمْ ، فِي غَيْرِ وَقْتِ
صَلاةٍ ، فَصَلَّى بِنَا ، ثُمَّ دَعَا لَنَا أَهْلَ الْبَيْتِ بِكُلِّ
خَيْرٍ مِنْ خَيْرِ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ ، فَقَالَتْ أُمِّي : يَا
رَسُولَ اللَّهِ خُوَيْدِمُكَ ادْعُ اللَّهَ لَهُ ، قَالَ : فَدَعَا لِي
بِكُلِّ خَيْرٍ وَكَانَ فِي آخِرِ مَا دَعَا لِي بِهِ أَنْ قَالَ :
اللَّهُمَّ أَكْثِرْ مَالَهُ وَوَلَدَهُ وَبَارِكْ لَهُ فِيهِ ))
Dari Anas bin Malik RA berkata: “Nabi SAW mengunjungi rumah kami, dan
saat itu yang berada di rumah hanyalah saya, ibuku, dan bibiku Ummu
Haram. Beliau SAW bersabda: “Shalatlah kalian, aku akan memimpin kalian
shalat!” Saat itu bukanlah waktu untuk melaksanakan shalat wajib. Maka
beliau mengimami kami (shalat sunah), kemudian beliau mendoakan untuk
kami sekeluarga seluruh kebaikan di dunia dan akhirat.
Ibuku
berkata: “Wahai Rasulullah, pembantu cilikmu ini, berdoalah kepada Allah
untuk kebaikannya!” Maka Nabi SAW mendoakan untukku semua bentuk
kebaikan. Di akhir doanya, beliau SAW berdoa: “Ya Allah, perbanyaklah
hartanya dan anaknya, dan berkahilah untuknya!” (HR. Bukhari no, 6203,
Muslim no. 1055, Tirmidzi no. 217, Nasai no. 859, dan Abu Daud no. 517)
Berdoa agar dijadikan orang yang banyak ilmu juga disyariatkan dalam Islam. Sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : (( ضَمَّنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ اللَّهُمَّ عَلِّمْهُ الْكِتَابَ ))
Dari Ibnu Abbas RA berkata: “Rasulullah SAW merangkul saya dan berdoa
‘Ya Allah, ajarkanlah kepadanya Al-Kitab (Al-Qur’an).” (HR. Bukhari no.
75, Muslim no. 4526, dan Tirmidzi no. 3760)
Berdoa agar mata pencahariannya diberkahi juga disyariatkan dalam Islam. Sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : (( اللَّهُمَّ بَارِكْ لَهُمْ
فِي مِكْيَالِهِمْ وَبَارِكْ لَهُمْ فِي صَاعِهِمْ وَمُدِّهِمْ يَعْنِي
أَهْلَ الْمَدِينَةِ ))
Dari Anas bin Malik RA bahwasanya
Rasulullah SAW berdoa: “Ya Allah, berkahilah bagi penduduk Madinah
timbangan mereka! Berkahilah bagi penduduk Madinah sha’ (takaran
sebanyak empat tangkupan dua telapak tangan orang dewasa, sekitar 2,5
kg) dan mud (takaran sebanyak tangkupan dua telapak tangan orang dewasa,
sekitar 6 ons) mereka!” (HR. Bukhari no. 2130)
Dalam hadits shahih juga disebutkan kebolehan mengharapkan panjang umur dan kelapangan rizki:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : (( مَنْ سَرَّهُ أَنْ
يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ
رَحِمَهُ ))
Dari Anas bin Malik RA berkata: “Saya telah
mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa senang apabila rizkinya
dilapangkan dan usianya dipanjangkan, maka hendaklah ia menyambung tali
kekerabatan.” (HR. Bukhari no. 2067, Muslim no. 4638, dan Abu Daud no.
1443)
***
Sekalipun seorang muslim boleh berdoa kepada
Allah SWT agar dikaruniai banyak harta, anak, istri, suami, dan
kenikmatan hidup duniawi lainnya; Islam juga mengajarkan kepada umatnya
untuk memohon kepada Allah SWT permohonan yang lebih utama dan mulia
daripada semua kenikmatan duniawi tersebut. Sebagaimana dijelaskan oleh
hadits yang shahih:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ : (( قَالَتْ
أُمُّ حَبِيبَةَ زَوْجُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
“اللَّهُمَّ أَمْتِعْنِي بِزَوْجِي رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَبِأَبِي أَبِي سُفْيَانَ ، وَبِأَخِي مُعَاوِيَةَ” ،
فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَدْ سَأَلْتِ
اللَّهَ لآجَالٍ مَضْرُوبَةٍ ، وَأَيَّامٍ مَعْدُودَةٍ ، وَأَرْزَاقٍ
مَقْسُومَةٍ ، لَنْ يُعَجِّلَ شَيْئًا قَبْلَ حِلِّهِ ، أَوْ يُؤَخِّرَ
شَيْئًا عَنْ حِلِّهِ ، وَلَوْ كُنْتِ سَأَلْتِ اللَّهَ أَنْ يُعِيذَكِ
مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ أَوْ عَذَابٍ فِي الْقَبْرِ كَانَ خَيْرًا
وَأَفْضَلَ ))
Dari Abdullah bin Mas’ud RA berkata: “Ummu
Habibah RA istri Nabi SAW pernah berdoa: “Ya Allah, berilah aku
kebahagiaan dengan suamiku Rasulullah SAW, bapakku Abu Sufyan, dan
saudaraku Mu’awiyah.” Maka Nabi SAW menegurnya: “Engkau telah memohon
kepada Allah waktu-waktu (usia) yang telah ditetapkan, hari-hari yang
telah ditentukan, dan rizki-rizki yang telah dibagi. Allah SWT
sekali-kali tidak akan menyegerakan sesuatu hal sebelum waktunya tiba
dan Allah sekali-kali tidak akan menunda sesuatu jika telah tiba
waktunya yang telah ditetapkan. Jika engkau meminta kepada Allah SWT
agar Allah melindungimu dari adzab neraka atau adzab kubur, maka hal itu
lebih baik dan lebih utama bagimu.”
(HR. Muslim no. 4814 dan Ahmad no. 3517)
Nabi SAW mengutamakan untuk dirinya sendiri dan anggota keluarganya
kebaikan akhirat atas kebaikan duniawi, meskipun memohon kedua kebaikan
tersebut sama-sama disyariatkan dalam Islam. Apalah nilainya banyak
harta, anak, istri, dan fasilitas hidup duniawi lainnya jika di akhirat
tidak selamat dari adzab kubur dan adzab neraka? Jika selamat dari adzab
kubur dan adzab neraka, niscaya semua kesusahan hidup di dunia tidak
akan ada rasanya sedikit pun di akhirat. Semuanya terasa ringan, bahkan
tidak terasa dan teringat sedikit pun.
Di sinilah rahasia
kebahagiaan hidup yang sesungguhnya. Oleh karenanya, Nabi SAW menasehati
istrinya bahwa selamat di alam kubur dan alam akhirat itu ‘lebih utama
dan lebih baik’ dari nikmat suami yang shalih (sekalipun suami itu
Rasulullah SAW, makhluk yang paling mulia dan dicintai oleh Allah SWT),
orang tua yang shalih, dan saudara kandung yang shalih.
Dalam
hadits shahih dijelaskan bahwa ketika istri-istri Nabi SAW meminta
tambahan uang belanja dapur, Nabi SAW memberi sanksi mereka dengan tidur
di ‘ruang sekretariat’ masjid selama satu bulan penuh, tanpa tidur di
rumah para istri beliau. Hal itu sampai menimbulkan rumor bahwa Nabi SAW
menceraikan istri-istri beliau. Untuk memastikan kebenaran berita
tersebut, sahabat Umar bin Khathab RA meminta izin untuk menemui Nabi
SAW. Umar RA bercerita:
“Saya masuk ke ruangan Rasulullah SAW.
Beliau saat itu sedang berbaring di atas sebuah tikar, maka saya duduk.
Beliau merapatkan syal beliau, dan beliau tidak mengenakan selimut
apapun selain syal tersebut. Ternyata anyaman tikar itu membekas pada
lambung beliau. Pandangan mataku tertuju kepada lemari Rasulullah SAW.
Di dalam lemari itu saya hanya mendapati tepung gandum sebanyak
kira-kira satu sha’. Di pojok ruangan, saya juga melihat tepung gandum
dalam bakul anyaman daun. Ada juga kulit yang telah disamak, digantung
di dinding. Maka meneteslah air mataku.
Rasulullah SAW
bertanya, “Kenapa engkau menanggis, wahai Ibnu Khathab?” Aku menjawab,
“Wahai nabi Allah, bagaimana saya tidak menangis sedangkan anyaman tikar
ini membekas di kulit Anda. Di lemari Anda, saya hanya melihat tepung
gandum ini. Padahal Kaisar Romawwi dan Kisra Persia hidup bergelimang
buah-buahan dan sungai-sungai. Anda adalah Rasul Allah dan makhluk
pilihan-Nya, namun lemari Anda seperti ini.”
Maka Rasulullah SAW menjawab,
يَا ابْنَ الْخَطَّابِ أَلا تَرْضَى أَنْ تَكُونَ لَنَا الآخِرَةُ وَلَهُمْ الدُّنْيَا ، قُلْتُ : بَلَى
”Wahai Ibnu Khathab, apakah engkau tidak rela jika bagian kita adalah
kenikmatan akhirat dan bagian mereka adalah kenikmatan dunia?”
Saya menjawab, “Tentu saya rela.” (HR. Muslim no. 2704, juga diriwayatkan oleh Bukhari dan lain-lain dengan lafal yang mirip)
Dalam hadits yang lain dijelaskan:
وعَنْ عَائِشَة رضي الله عنها قالت : (( دَخَلَتْ عَلَيَّ اِمْرَأَة
فَرَأَتْ فِرَاش النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَبَاءَة
مَثْنِيَّة ، فَبَعَثَتْ إِلَيَّ بِفِرَاشٍ حَشْوه صُوف ، فَدَخَلَ
النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَآهُ فَقَالَ : رُدِّيهِ
يَا عَائِشَة ، وَاَللَّه لَوْ شِئْتُ أَجْرَى اللَّه مَعِي جِبَال
الذَّهَب وَالْفِضَّة ))
Dari Aisyah RA berkata: “Seorang wanita
bertamu ke rumahku, maka ia melihat kasur Rasulullah SAW terbuat dari
kain yang dibelah dua. Maka ia mengirimkan kepadaku sebuah kasur yang
berisikan bulu domba. Suatu ketika Rasulullah SAW masuk ke rumahku dan
melihat kasur hadiah yang empuk tersebut, maka beliau SAW bersabda:
“Kembalikanlah kasur empuk itu, wahai Aisyah. Demi Allah, jika aku mau,
niscaya Allah akan menggelontorkan kepadaku gunung emas dan perak.” (HR.
Al-Baihaqi dalam Dalail an-Nubuwah dan Abu Syaikh dalam ats-Tsawab.
Hadits ini dinyatakan hasan oleh syaikh al-Albani dalam Shahih
at-Targhib wa at-Tarhib. Hadits ini memiliki banyak hadits penguat
dengan lafal yang mirip)
Saudaraku yang tercinta, muslimin dan muslimat…
Jika Anda memohon kepada Allah SWT limpahan nikmat berupa kelapangan
harta, anak shalih, istri shalihat atau suami shalih, kesehatan,
kepandaian, dan beragam kenikmatan duniawi lainnya…
Janganlah Anda lupa untuk memohon kepada Allah SWT nikmat yang lebih agung dan lebih utama…
Itulah nikmat akhirat, yaitu keselamatan dari siksa kubur dan siksa neraka….
Semoga Allah SWT menyelamatkan kita semua dari kedua siksa akhirat tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar