Selasa, 01 Januari 2013

Pelajaran Hidup Dari Penjual Mie Ayam

Saat itu hari libur, bertepatan dengan hari libur biasanya sanak saudarasaya berkunjung ke rumah. Maklum, saya anak tertua, sehingga wajar saja jikaadik dan anak-anaknya sering bermain ke rumah saya. Tujuannya jelas, menemanisaya dan suami. Kebetulan, dua anak saya tidak berada di tanah air, merekamenimba ilmu di Belanda dan Amerika. Maka, beginilah hidup kami sehari-harinya,menanam tanaman dan memperjualbelikan. Ya, saya dan suami adalah pengusahatanaman. Bisnis ini sudah berjalan sekitar delapan tahun dan Alhamdulillahberkembang pesat meski sesekali rugi tidak bisa dihindari.

Hari Minggu itu saya menawari adik dan keponakan untuk makan siang menumi ayam yang kebetulan lewat di depan komplek. Mereka setuju, karena memangsaya tahu kesukaan mereka. Berkali-kali saya membuatkan mereka mi ayam, tapiberhubung hari itu saya sedang kelelahan karena banyaknya pesanan tanaman, makasaya putuskan untuk membeli saja.

Tiba saat membayar, saya melihat penjual mi ayam tersebut tengahmemisah-misahkan uang hasil dagangan ke dalam tempat yang berbeda-beda. Satu kedalam dompet, laci, dan kaleng susu usang. Karena penasaran, saya punmemberanikan diri untuk bertanya. Namun, alangkah terkejutnya saya mendengarjawaban penjual mi ayam tersebut.

Sambil tersenyum, penjual tersebut menerangkan bahwa uang yangdidapatnya dari berjualan mi ayam sengaja dipisahkan. Uang yang masuk dompetuntuk keperluan sehari-hari, uang yang masuk laci untuk bersedekah dan menabunguntuk berqurban saat idul adha, sedangkan uang yang masuk kaleng susu untukmembiayai dirinya yang ingin berhaji ke tanah suci.

Masyaallah, saya tersentuh saat itu juga. Betapa saya jarang beramalpadahal materi yang saya miliki tentunya jauh lebih banyak dibandingkan denganpenjual mi ayam yang semangkoknya dihargai lima ribu rupiah itu. Berulang kalisaya mengucapkan terima kasih pada penjual. Terima kasih karena telah diajarkanbagaimana mengatur keuangan yang baik seperti yang diajarkan dalam agama.

Begitulah, semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari pengalamantersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar