DZIKIR-DZIKIR SPESIAL
Pada
hakekatnya, setiap lafal dzikir ma’tsur dari Al-Qur’an dan As-Sunnah
adalah spesial. Karena dzikrullah secara umum memang merupakan salah
satu bentuk amal ibadah spesial. Sampai-sampai, karena saking
spesialnya, ia dapat berfungsi sebagai penutup kekurangan dan pengganti
(dari aspek nilai dan pahala, bukan secara hukum) bagi ibadah-ibadah
lain yang terlewatkan penunaiannya.
Dari Abdullah bin Busr
radhiyallahu ‘anhu bahwa, ada seorang laki-laki berkata: wahai
Rasulullah, sesungguhnya syari’at-syari’at Islam (terasa) telah begitu
banyak bagiku (sehingga aku takut tidak mampu memenuhinya). Maka mohon
beritahukan kepadaku sesuatu (amalan) yang dapat aku jadikan sebagai
pegangan (dan yang bisa menutup kekurangan-kekuranganku dalam amal
ibadah lain)! Beliaupun bersabda: “Hendaknya lidahmu senantiasa basah
karena berdzikir kepada Allah.” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad).
Namun demikian, disaat yang sama, tetap terdapat lafal-lafal dzikir
ma’tsur yang dinilai lebih spesial diantara lafal-lafal dzikir yang ada.
Dan berikut ini sebagiannya....
1.
سُبْحَانَ الله / Subhanallah / Maha Suci-lah Allah; الحَمْدُ لِله /
Al-hamdu lillah / Segala puji bagi Allah; لاَ إلهَ إلأَّ الله / Laa
ilaaha illallah / Tiada tuhan yang berhak diibadahi kecuali Allah; الله
أَكْبَرُ / Allahu Akbar / Allah Maha Besar. Empat serangkai lafal dzikir
ma’tsur tersingkat namun sekaligus teristimewa, inilah yang harus
selalu mengisi hati sekaligus membasahi lesan setiap muslim dan
muslimah, dalam keseharian masing-masing. Baik untuk dibaca
sendiri-sendiri secara terpisah, maupun dengan cara digabung.
Dari Abu Dzar ra. bahwa, beberapa orang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam pernah bertanya kepada Beliau, “Wahai Rasulullah, orang-orang
kaya telah menguasai dan mendominasi seluruh pahala. Mereka shalat
seperti kami (yang miskin) juga shalat dan puasa seperti kami puasa.
Namun (selain itu) mereka bisa bersedekah dengan kelebihan harta mereka
(sementara kami tidak bisa)” Maka Beliau
pun bersabda: “Bukankah Allah telah menjadikan berbagai macam cara bagi
kalian agar juga bisa bersedekah (seperti mereka)? Setiap lafal tasbih
adalah sedekah, setiap lafal takbir adalah sedekah, setiap lafal tahmid
adalah sedekah, setiap lafal tahlil adalah sedekah…” (HR. Muslim).
Dan dari Abu Hurairah berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
telah bersabda: ‘Sesungguhnya membaca dzikir: Subhaanallah, al-hamdu
lillah, laa ilaaha illallah, dan Allahu akbar, adalah lebih aku sukai
daripada segala sesuatu yang terkena oleh sinar matahari.(maksudnya bumi
dan seluruh isinya)” (HR. Muslim). 2. سُبْحَانَ الله وَبِحَمْدِهِ “Subhaanallahi wa bihamdih”(Maha Suci Allah, dan Maha Terpuji-lah Dia).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa, barangsiapa
membaca dzikir ini dalam sehari 100 x, maka akan terhapuslah
dosa-dosanya, meskipun sebanyak buih lautan (HR. Muttafaq ’alaih).
3. سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ “Subhaanallahil-‘adziim” (Maha Suci-lah Allah Yang Maha Agung).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa, ada dua lafal
dzikir yang ringan di lesan, namun berat dalam timbangan (di Akherat),
dan sangat dicintai oleh Allah Dzat Pemberi rahmat, yaitu:
Subhaanallahil-’Adziim, dan Subhaanallahi wa bihamdih.(HR. Muttafaq
’alaih).
4. لّا إِلَهَ إِلاَّ أَنتَ، سُبْحَانَكَ، إِنِّي كُنتُ
مِنَ الظَّالِمِينَ “Laa ilaaha illaa Anta, subhaanaka, innii kuntu
minadz-dzaalimiin” (Tiada tuhan yang berhak diibadahi kecuali Engkau.
Maha Suci-lah Engkau. (Aku mengakui) sesungguhnya aku termasuk golongan
orang-orang suka berlaku dzalim).
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya):“Doa Dzun-Nun (Nabi Yunus as.)
yang dibaca saat berada di dalam perut ikan ialah: “Laa ilaaha illaa
Anta, subhanaka, inni kuntu minadz-dzalimiin” (lihat: QS. (Lihat: QS.
Al-Anbiyaa’: 87-88; dan lihat pula: QS. Ash-Shaaffaat: 139 – 148).
Sesungguhnya tidak seorang muslimpun berdoa dengan wasilah lafal dzikir
tersebut dalam hal apapun, kecuali Allah akan mengabulkannya” (HR.
At-Tirmdzi dan lainnya dari sahabat Sa’ad bin Abi Waqqash ra, dan
dishahihkan oleh Al-Albani).
5.
سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ، عَدَدَ خَلْقِهِ، وَرِضَا نَفْسِهِ،
وَزِنَةَ عَرْشِهِ، وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ “Subhaanallahi wa bihamdihi,
‘adada khalqihi, wa ridhaa nafsihi, wa zinata ‘arsyihi, wa midaada
kalimaatih” (Maha Suci Allah, dan Maha Terpuji-lah Dia, sejumlah makhluk
ciptaan-Nya, setingkat ridha Diri-Nya, seberat ‘Arsy-Nya, dan sebanyak
tinta Kalimat-kalimat-Nya”.
Dari Ummul Mukminin Juwairiyah ra.
bahwa, sekali waktu Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam pernah pergi
meninggalkan beliau selepas shalat subuh, sementara beliau dalam posisi
duduk di tempat shalat beliau sambil terus berdzikir. Lalu saat kembali
pada waktu dhuha (menjelang dzuhur), ternyata Rasulullah shallallahu
’alaihi wasallam masih mendapati beliau tetap duduk berdzikir seperti
semula. Maka Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam pun bertanya:
”Apakah kamu tetap duduk begini sambil berdzikir seperti saat aku
tinggalkan bakda subuh tadi?”. Ummul
Mukminin menjawab: Benar! Lalu Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam
melanjutkan sabda Beliau: ”Sesungguhnya, setelah meninggalkanmu tadi,
Aku telah mengucapkan empat lafal dzikir, sebanyak 3 x, yang bisa
mengungguli seluruh dzikir yang kamu baca sejak subuh hari ini, yakni:
Subhaanallahi wa bihamdihi, ‘adada khalqihi, wa ridhaa nafsihi, wa
zinata ‘arsyihi, wa midaada kalimaatih” (HR. Muslim).
6.
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ،
وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ “Laa ilaaha
ilIallaahu wahdahu, laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa Huwa
‘alaa kulli syai-in qadiir’ (Tiada tuhan yang berhak diibadahi selain
Allah, satu-satu-Nya. Tiada sekutu bagi-Nya, Dia-lah Yang Memiliki
seluruh kekuasaan dan segala puji hanya milik-Nya. Dan Dia Maha Kuasa
atas segala sesuatu).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Barangsiapa melafalkan dzikir Laa ilaaha ilIallaahu wahdahu,
laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa Huwa ‘alaa kulli syai-in
qadiir, dalam sehari seratus kali, maka ia akan memperoleh pahala yang
sama seperti orang yang memerdekakan sepuluh orang budak, dicatatkan
untuknya seratus kebaikan, dihapus darinya seratus keburukan, dan dzikir
tersebut akan menjadi pelindung dirinya dari godaan/gangguan syetan
sampai sore hari. Sementara itu tidak
ada yang bisa mengungguli pahalanya, kecuali orang yang membaca lebih
banyak dari itu. Adapun barangsiapa membaca dzikir Subhaanallaahi wa
bihamdihi seratus kali dalam sehari, maka dosa-dosanya akan dihapuskan,
meskipun sebanyak buih lautan.” (HR. Muttafaq ‘alaih).
Dan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda (yang artinya):
“Barangsiapa terbangun di tengah malam lalu membaca dzikir ini: Laa
ilaaha illallahu wahdahu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu,
wa Huwa ‘alaa kulli syai-in qadiir. Alhamdu lillah, wa subhanallah, wa
laa ilaaha illallah, wallahu akbar, wa laa haula wa laa quwwata illaa
billah (Tiada tuhan yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah
satu-satu-Nya, tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya seluruh
kerajaan/kekuasaan dan bagi-Nya segala puji. Dan Dia Maha Kuasa atas
segala sesuatu. Maha Suci Allah. Tiada tuhan yang benar kecuali Allah.
Allah Maha Besar. Tiada daya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan
Allah). Kemudian ia membaca istighfar: Allahummaghfirli (ya Allah
ampunkanlah daku), atau berdoa dengan doa apapun. (Barangsiapa yang
membaca dzikir tersebut lalu berdoa), maka doanya akan dikabulkan.
Sedangkan yang lebih semangat lagi, lalu berwudhu (dan shalat), maka
shalatnya diterima(QS.AlBukhari). 7. حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
“Hasbunallahu wa ni’mal wakiil” (Cukuplah Allah saja bagi kami, dan
Dia-lah sebaik-baik penolong).
Kata sahabat Ibnu ‘Abbas ra bahwa,
dzikir tawakkal inilah yang dibaca oleh Khalilullah Nabi Ibrahim
‘alaihissalam saat dilemparkan ke dalam api raja Namrud. Begitu pula
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat Beliau membacanya saat dikepung oleh musuh dari berbagai penjuru (lihat QS. Ali ‘Imraan: 173, dan HR. Al-Bukhari).
8. حَسْبِيَ اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ، عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ، وَهُوَ
رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ “Hasbiyallahu laa ilaaha illaa Huwa, ‘alaihi
tawakkaltu, wa Huwa Rabbul’arsyil kariim” (Cukuplah bagiku Allah saja,
tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Dia, aku bertawakkal
kepada-Nya, dan Dia adalah Tuhan Pemilik al-‘arasy yang agung).
Dalam hadits bahwa, siapa membaca lafal dzikir tawakkal yang bersumber
dari Al-Qur’an ini (QS. At-Taubah: 129), sebanyak 7x pada pagi dan
petang hari, maka Allah akan mencukupkan dan melepaskannya dari hal-hal
yang menggundahkannya” (HR. Abu Dawud dan lainnya serta dishahihkan oleh
Al-Albani).
9. لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
“Laa haula wa laa quwwata illaa billah” (Tiada daya dan kekuatan kecuali
dengan (pertolongan) Allah”.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda bahwa, lafal dzikir istimewa yang juga bermakna dan
beresensi tawakkal ini, merupakan salah satu perbendaharaan dan pintu
Surga (HR. Muttafaq ‘alaih dari Abu Musa Al-Asy’ari ra.).
10. بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي
الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ، وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيم
“Bismillahil-ladzi laa yadhurru ma’asmihi syai-un fil-ardhi walaa
fis-samaa-i, wa Huwas-Samii’ul ‘Aliim” (Dengan Nama Allah, yang dengan
Nama-Nya tidak akan ada sesuatupun di bumi dan di langit, yang bisa
memberi madharat. Dan Dia-lah Dzat Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui).
Di dalam hadits bahwa, barangsiapa membaca lafal dzikir
ini 3 x setiap pagi dan petang hari, maka tidak akan ada sesuatupun
yang memadharatkannya (HR. At-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah,
Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad, An-Nasaa-i dalam ‘Amal-al-yaum
wal-lailah, dan lain-lain).
Oleh:Ustadz Ahmad Mudzoffar Jufri, MA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar