Dalam hal niat, ketika seorang muslim ber-amal tidak terlepas dari niat
untuk mendapatkan pahala yang besar dan/atau Ridho Allah. Namun kadang
kebanyakan kita tidak mengetahui (ilmunya) untuk ber-amal..bahkan
kebanyakan hanya mengikuti kebanyakan orang
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya);
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, niscaya
mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah
mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta
(terhadap Allah)” QS. Al An’aam:116
Ibnu Qayyim rahimahullah berkata;
“Orang yang berilmu, sedikit amalnya namun lebih banyak pahalanya..”
Bagaimanakah agar “MERAIH PAHALA BESAR DENGAN SEDIKIT AMAL” ?
Beberapa perkara yang harus difahami, agar dapat meraih pahala besar:
1. Memahami Syarat Diterimanya Amal
Syarat diterimanya amal adalah ikhlas dan sesuai dengann sunnah
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya);
“Barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah
ia beramal shalih, dan janganlah ia mempersekutukan dengan sesuatupun
dalam beribadah kepada Rabbnya” (QS. Al Kahfi:110)
‘maksudnya mengharapkan pahala dan balasan yang baik yaitu yang sesuai
dengan syari’at Allah (dan janganlah ia mempersekutukan dengan
sesuatupun dalam beribadah kepada Rabbnya).. Inilah dua rukun amal agar
diterima, yaitu harus ikhlas karena Allah dan benar sesuai syari’at
Rasululloh Shallallohu’alaihi wasallam’ (Ibnu Katsir-Tafsir Al
Qura’anil’adziem)
2. Tidak Ada Pahala Kecuali Dengan Niat
Nabi Shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya amal itu sah dengan niat, dan sesungguhnya setiap orang
mendapatkan (pahala atau siksa) sesuai dengan apa yang ia niatkan,..”
[HR. Bukhari dan Muslim]
3. Ibadah Yang Sesuai Dengan Sunnah Lebih Besar Pahalanya Dari Ibadah Yang Tidak Sesuai Dengan Sunnah
Nabi Shallallohu ‘alaihi wasallam senantiasa mencontohkan kepada umatnya
yang paling utama karena beliau adalah suri tauladan yang paling baik
bagi umatnya, Allah berfirman:
“Sungguh telah ada pada diri Rosululloh suri tauladan yang baik untukmu,
bagi orang yang menginginkan Allah dan hari akhirat dan banyak
mengingat Allah” (QS. Al Ahzab:21)
‘Ayat ini adalah dalil yang agung dalam meneladani Rosululloh
Shallallohu ‘alaihi wasallam pada perkataannya, perbuatan dan
keadaannya’ (Tafsir Ibnu Katsir)
Namun yang harus diingat bahwa perbuatan Nabi Shallallohu ‘alaihi
wasallam tidak semuanya harus kita ikuti, karena perbuatan Nabi itu
bermacam-macam (lihat kitab mandzumah ushul fiqih hal. 111-122 – Syaikh
Muhammad bin Shalih ‘Utsaimin)
4. Bersikap Sedang Dalam Melaksanakan Sunnah Lebih Baik Dari Bersungguh-sungguh Dalam Bid’ah
Dalam kitab Al hujjah fi bayanil mahajjah (1/111) Ubay bin Ka’ab
berkata, “Sesungguhnya bersikap sedang di jalan (Allah) dan sunnah lebih
baik daripada menyelisihi jalan dan sunnah, maka lihatlah amalmu dalam
kesungguhan dan bersikap sedang, hendaklah ia sesuai dengan manhaj para
Nabi dan sunnah mereka”
Karena setiap amal yang bid’ah tidak akan diterima oleh Allah Ta’ala, sebagaimana hadits Nabi Shallallohu ‘alaihi wasallam:
“Barangsiapa yang beramal dengan suatu amal yang tidak ada asalnya dari perintah kami, maka amal tersebut tertolak” [HR. Muslim]
5. Pahala Ibadah Dilipat Gandakan Bila Bertepatan Dengan Waktu Yang Mulia
Begitu banyak dalil-dalil waktu-waktu yang mulia, diantara waktu yang utama adalah waktu sepertiga malam terakhir.
“Rabb kita Yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi turun ke langit dunia ketika
sepertiga malam terakhir seraya berfirman, ‘Siapa yang berdo’a
kepada-Ku, Aku akan kabulkan, Siapa yang meminta kepada-Ku, Aku akan
berikan, dan Siapa yang memohon kepada-Ku, Aku akan ampuni ia” [HR.
Bukhari dan Muslim]
6. Pahala Ibadah Dilipat Gandakan Bila Bertepatan Dengan Tempat Yang Mulia
Dalam riwayat Ibnu Majah
“Sholat di masjidil haram lebih utama seratus ribu kali sholat di masjid lain”
7. Ibadah Yang Memberikan Manfaat Kepada Orang Lain Lebih Utama Dari Ibadah Yang Pahalanya Hanya Untuk Diri Sendiri
Nabi Shallallohu ‘alaihi wasallam lebih mengutamakan ahli ilmu di atas
ahli ibadah, karena manfaat ilmu amat besar bagi manusia, berbeda dengan
ahli ibadah, pahalanya hanya untuk dirinya sendiri.
8. Ibadah Yang Berhubungan Dengan Dzat Ibadah Lebih Utama Dari Ibadah Yang Berhubungan Dengan Tempatnya
Contoh praktek kaidah ini: Mana yang lebih utama; thowaf mendekat ke
ka’bah namun tidak dapat melaksanakan sunnah berlari kecil untuk tiga
putaran pertama, atau menjauh dari ka’bah namun dapat melakukan sunnah
tersebut?
Jawabannya adalah menjauh lebih utama, karena berlari di tiga putaran
pertama adalah ibadah yang berhubungan dengan dzat ibadah dan ini lebih
utama.
9. Bila Bertemu Dua Ibadah Yang Sama-Sama Diperintahkan, Maka Didahulukan Yang Wajib Dari Ibadah Yang Sunnah
Dalam hadits qudsi, Allah Ta’ala berfirman:
“Dan tidaklah hamba-Ku bertaqarrub kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih
Aku cintai dari apa-apa yang Aku wajibkan kepadanya’ (HR. Bukhari)
Ibnu Daqiq al ‘ied rahimahullah berkata “Dalam hadits ini terdapat
isyarat bahwa ibadah yang sunnah tidak boleh di dahulukan di atas ibadah
yang wajib”
10. Apabila Bertemu Dua Kewajiban Maka Dahulukan Ibadah Yang Paling Wajib
Contohnya adalah: menuntut ilmu tauhid lebih diutamakan dan didahulukan
dari menuntut ilmu mushtolah hadits, karena ilmu tauhid adalah kewajiban
atas setiap muslim untuk mempelajarinya.
11. Ibadah Yang Lebih Memperbaiki Hati Lebih Utama Dari Yang Tidak Demikian
“Pada hari tidak bermanfaat harta dan anak-anak, kecuali siapa yang
datang dengan membawa hati yang selamat” (QS. Asy Syu’ara:88-89)
Imam Ahmad pernah ditanya mengenai sebagian amal, beliau menjawab, “lihatlah yang lebih mashlahat untuk hatimu, lakukanlah!”
12. Semakin Sulit Suatu Ibadah Semakin Besar Pahala Yang Diraih
Namun yang harus diingat adalah bahwa tidak setiap pahala besar
disesuaikan dengan kesulitan yang ada, terkadang ada faktor lain yang
mempengaruhinya.
13. Suatu Amal Semakin Besar Manfaat, Mashlahat dan Faidahnya Semakin Besar Pula Pahalanya
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahulloh berkata “Diantara perkara yang
harus diketahui bahwa sesungguhnya keridhaan dan cinta Allah tidak
terletak pada sebatas menyusahkan jiwa, dan membawanya kepada sesuatu
yang berat, sebagaimana yang disangka oleh orang jahil bahwa pahala itu
disesuaikan dengan kesulitan pada segala sesuatu.
Tidak demikian! Akan tetapi pahala itu sesuai dengan besar kecilnya
manfaat, mashlahat dan faidah amal, juga sesuai dengan ketaatan ia
kepada Allah dan Rasul-Nya, maka diantara dua amal ada yang paling baik,
dan pelakunya paling taat dan mengikuti (sunnah) maka ia adalah yang
paling utama, karena amalan itu tidak berbeda-beda derajatnya hanya dari
sisi kuantitas saja, namun berbeda-beda sesuai dengan hasil yang
ditimbulkan oleh amal tersebut pada hatinya..” (majmu’fatawa 25/281-282)
Ini menunjukan bahwa kesulitan yang ditimbulkan oleh perbuatan hamba
adalah tercela, karena ia telah memperberat agama yang mudah ini,
sebagaimana hadits:
“Sesungguhnya agama ini mudah, tidak ada orang yang memperberatnya kecuali akan kalah” [HR. Bukhari]
Adapun kesulitan yang timbul bukan karena perbuatan hamba yang
menyulit-nyulitkan maka pahalanya semakin besar sesuai dengan kadar
kesulitan tersebut.
Demikianlah beberapa intisari bimbingan untuk meraih pahala besar,
semoga Alloh senantiasa menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang senantiasa
ber-amal dengan amal sholih
[Dinukil dan disarikan dari buku “Meraih Pahala Besar Dengan Sedikit Amal” Penulis: Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc.]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar