MELAWAN SIHIR DENGAN ISTIGHFAR
Hatinya
selalu diselimuti kesedihan dan kepedihan. Pikirannya semrawut dan
kacau. Keceriaan dan kebahagiaan telah enyah dari kehidupannya.
Hari-harinya terasa begitu berat dan kelam. Dan itu semua terjadi
setelah suaminya tiba-tiba berubah total 180 derajat. Setelah beberapa
tahun bersama di bawah satu atap sebagai suami istri dengan kehidupan
yang cukup tenang, damai, bahagia dan ceria. Dimana selama itu sang
suami adalah seorang yang baik, lembut, dan penyayang. Tapi tiba-tiba
saja ia berubah menjadi suami yang kasar, bengis dan ringan tangan.
Hampir tidak ada hari yang dilewati istri tanpa kekerasan dan pukulan
yang diterimanya dari suami.
Dan ketika mengenang kembali masa lalu,
iapun masih ingat betul betapa halus kata-kata suami saat itu. Betapa
lembut sikapnya, dan betapa mulia perangainyanya. Lalu ia bandingkan
dengan kondisinya sekarang, maka apa yang terjadi benar-benar tidak bisa
dicerna oleh nalar dan akal siapapun. Iapun tak habis pikir, heran dan
hanya bisa bertanya-tanya, ada apa gerangan? Apa yang sejatinya telah
terjadi padanya dan pada keluarganya? Apa yang keliru? Apakah ada
kesalahan fatal yang pernah dilakukannya tanpa disadarinya? Atau telah
sampai kepadanya hal negatif tertentu yang tidak pernah diperbuatnya,
atau kata-kata buruk yang tidak ia ucapkan? Atau… atau… dan atau…?
Ya. Pertanyaan demi pertanyaan itulah yang terus menggelayut di hatinya
tiap hari, tanpa mendapatkan jawaban yang masuk akal. Sementara itu
perilaku dan sikap buruk suaminya terhadapnya dari hari ke hari semakin
bertambah dan menjadi-jadi. Sehingga iapun merasa tak lagi nyaman duduk
bersamanya, dan tak tahan tinggal serumah dengannya. Namun setiap kali
mengadu kepada keluarganya, mereka selalu menasehatinya agar tetap sabar
dan tabah, minimal demi anak-anak.
Sehingga akhirnya iapun yakin
bahwa, hanya Allah sajalah tempat ia harus bergantung, bersandar dan
mengadu. Dia-lah Dzat Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib, dan Yang
Menghilangkan semua musibah, bencana dan kepedihan. Maka iapun mulai
selalu berdoa dan berdzikir wa bilkhusus dengan doa dan dzikir
istighfar, sebanyak-banyaknya, pagi dan petang, siang dan malam, serta
dalam segala kondisi dan keadaan, tanpa henti dan tanpa putus asa. Tentu
juga disamping menambah ketaatan-ketaatan yang lain. Dan tak lupa ia
juga menyibukkan diri dengan lebih tekun mengajarkan Al-Qur’an dan
lain-lain kepada anak-anaknya. Semua itu ia lakukan, terutama doa dan
dzikir istighfar, dengan niat khusus dan harapan spesial agar Allah
melepaskannya dari derita yang dialaminya.
Dan pada hari kelabu itu,
suaminya masuk rumah dan tanpa ba bi bu tiba-tiba langsung menghajarnya
tanpa ampun, secara lebih keras daripada biasanya. Dan setelahnya
langsung keluar lagi dan pergi, tanpa hirau dan peduli terhadap apa yang
telah dilakukannya pada istrinya. Kalau sudah begini rasanya sudah
tidak ada tempat lagi untuk lebih bersabar. Iapun lalu bangkit dan
menangis sejadi-jadinya. Sejurus kemudian ia lalu menghubngi
keluarganya, dan menceritakan apa yang barusan dialaminya, serta meminta
mereka untuk segera datang menjemputnya.
Merekapun datang dan tetap
berusaha untuk menabahkan dan mensabarkannya. Namun saat melihat
langsung akibat buruk yang menimpa putri mereka, dan bekas yang
ditinggalkan oleh kebengisan suaminya, merekapun sempat berfikir
meluluskan keinginannya untuk pulang bersama mereka dan meninggalkan
suaminya. Namun saat mereka sedang berfikir, menimbang-nimbang dan
berdiskusi. Dan ketika suasana sedang hening. Tiba-tiba mereka
dikejutkan oleh suara sangat keras yang tampaknya berasal dari arah
dapur. Merekapun buru-buru ke belakang untuk mencari tahu sumber suara,
dan memastikan apa yang sebenarnya terjadi. Mereka sempat keliling
memeriksa seluruh pojok rumah tanpa menemukan sesuatu yang jatuh atau
yang mencurigakan, sebelum akhirnya pandangan mata mereka tertuju ke
arah sepotong keramik lantai yang terlepas dan bergeser dari tempatnya.
Merekapun heran bagaimana itu bisa terjadi, dan siapa yang
mengangkatnya? Selanjutnya secara berhati-hati dan dengan sedikit
deg-degan mereka mencoba mengangkat keramik yang lepas itu, dan mereka
semakin kaget karena ternyata dibawahnya ada sesuatu yang diduga kuat
merupakan sarana sihir. Merekapun bingung bercampur takut, dan tidak
tahu harus berbuat apa. Sebagian mereka lalu berinisiatif untuk
menghubungi seorang ahli ruqyah, dan berkonsultasi kepadanya. Dimana
mereka kemudian diarahkan tentang cara memusnahkan benda sihir itu dan
melepaskan diri dari pengaruh jahatnya.
Semua itu terjadi, sementara
sang suami masih berada di luar rumah. Tapi tak lama kemudian, dan
setelah suasana rumah kembali normal, suamipun pulang. Mengetahui
suaminya datang, sang istripun langsung gemetaran dan ketakutan, karena
membayangkan akan segera menjadi sasaran kebengisannya lagi, seperti
biasa, dan kali ini justru di hadapan keluarganya! Tapi apa yang
dikhawatirnya itu ternyata tidak terjadi sama sekali. Suaminya justru
datang untuk membuatnya tertawa seperti dulu lagi, setelah membuatnya
selalu menangis, dan untuk mengobati dukanya, setelah sebelumnya selalu
melukainya, baik di hatinya maupun juga pada fisiknya. Ya, sang suami
masuk rumah kali ini dengan wajah ceria, senyum mengembang dan hadiah
yang ditenteng di tangannya. Persis seperti kebiasaannya hampir setiap
kali pulang, dulu beberapa tahun yang lalu, sebelum perubahan aneh itu
dialaminya …!
Berikutnya semua kembali normal lagi seperti sedia
kala. Sifat dan sikap suami telah pulih sesuai aslinya, dengan kata-kata
manisnya, sikap lembutnya, dan segala perangai mulianya! Kesedihanpun
sirna, dan kepedihan hilang, tergantikan oleh keceriaan dan
kebahagiaan…!
Sementara itu sang istri yakin seyakin-yakinnya bahwa,
semua itu terjadi dengan izin dan taufiq Allah, berkat wasilah doa dan
istighfar yang selalu dilantunkannya selama ini!
Fal-hamdu lillahi Rabbil ‘alamin…!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar