Rabu, 02 Januari 2013

MELAWAN SIHIR DENGAN ISTIGHFAR

Hatinya selalu diselimuti kesedihan dan kepedihan. Pikirannya semrawut dan kacau. Keceriaan dan kebahagiaan telah enyah dari kehidupannya. Hari-harinya terasa begitu berat dan kelam. Dan itu semua terjadi setelah suaminya tiba-tiba berubah total 180 derajat. Setelah beberapa tahun bersama di bawah satu atap sebagai suami istri dengan kehidupan yang cukup tenang, damai, bahagia dan ceria. Dimana selama itu sang suami adalah seorang yang baik, lembut, dan penyayang. Tapi tiba-tiba saja ia berubah menjadi suami yang kasar, bengis dan ringan tangan. Hampir tidak ada hari yang dilewati istri tanpa kekerasan dan pukulan yang diterimanya dari suami.
Dan ketika mengenang kembali masa lalu, iapun masih ingat betul betapa halus kata-kata suami saat itu. Betapa lembut sikapnya, dan betapa mulia perangainyanya. Lalu ia bandingkan dengan kondisinya sekarang, maka apa yang terjadi benar-benar tidak bisa dicerna oleh nalar dan akal siapapun. Iapun tak habis pikir, heran dan hanya bisa bertanya-tanya, ada apa gerangan? Apa yang sejatinya telah terjadi padanya dan pada keluarganya? Apa yang keliru? Apakah ada kesalahan fatal yang pernah dilakukannya tanpa disadarinya? Atau telah sampai kepadanya hal negatif tertentu yang tidak pernah diperbuatnya, atau kata-kata buruk yang tidak ia ucapkan? Atau… atau… dan atau…?
Ya. Pertanyaan demi pertanyaan itulah yang terus menggelayut di hatinya tiap hari, tanpa mendapatkan jawaban yang masuk akal. Sementara itu perilaku dan sikap buruk suaminya terhadapnya dari hari ke hari semakin bertambah dan menjadi-jadi. Sehingga iapun merasa tak lagi nyaman duduk bersamanya, dan tak tahan tinggal serumah dengannya. Namun setiap kali mengadu kepada keluarganya, mereka selalu menasehatinya agar tetap sabar dan tabah, minimal demi anak-anak.
Sehingga akhirnya iapun yakin bahwa, hanya Allah sajalah tempat ia harus bergantung, bersandar dan mengadu. Dia-lah Dzat Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib, dan Yang Menghilangkan semua musibah, bencana dan kepedihan. Maka iapun mulai selalu berdoa dan berdzikir wa bilkhusus dengan doa dan dzikir istighfar, sebanyak-banyaknya, pagi dan petang, siang dan malam, serta dalam segala kondisi dan keadaan, tanpa henti dan tanpa putus asa. Tentu juga disamping menambah ketaatan-ketaatan yang lain. Dan tak lupa ia juga menyibukkan diri dengan lebih tekun mengajarkan Al-Qur’an dan lain-lain kepada anak-anaknya. Semua itu ia lakukan, terutama doa dan dzikir istighfar, dengan niat khusus dan harapan spesial agar Allah melepaskannya dari derita yang dialaminya.
Dan pada hari kelabu itu, suaminya masuk rumah dan tanpa ba bi bu tiba-tiba langsung menghajarnya tanpa ampun, secara lebih keras daripada biasanya. Dan setelahnya langsung keluar lagi dan pergi, tanpa hirau dan peduli terhadap apa yang telah dilakukannya pada istrinya. Kalau sudah begini rasanya sudah tidak ada tempat lagi untuk lebih bersabar. Iapun lalu bangkit dan menangis sejadi-jadinya. Sejurus kemudian ia lalu menghubngi keluarganya, dan menceritakan apa yang barusan dialaminya, serta meminta mereka untuk segera datang menjemputnya.
Merekapun datang dan tetap berusaha untuk menabahkan dan mensabarkannya. Namun saat melihat langsung akibat buruk yang menimpa putri mereka, dan bekas yang ditinggalkan oleh kebengisan suaminya, merekapun sempat berfikir meluluskan keinginannya untuk pulang bersama mereka dan meninggalkan suaminya. Namun saat mereka sedang berfikir, menimbang-nimbang dan berdiskusi. Dan ketika suasana sedang hening. Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh suara sangat keras yang tampaknya berasal dari arah dapur. Merekapun buru-buru ke belakang untuk mencari tahu sumber suara, dan memastikan apa yang sebenarnya terjadi. Mereka sempat keliling memeriksa seluruh pojok rumah tanpa menemukan sesuatu yang jatuh atau yang mencurigakan, sebelum akhirnya pandangan mata mereka tertuju ke arah sepotong keramik lantai yang terlepas dan bergeser dari tempatnya. Merekapun heran bagaimana itu bisa terjadi, dan siapa yang mengangkatnya? Selanjutnya secara berhati-hati dan dengan sedikit deg-degan mereka mencoba mengangkat keramik yang lepas itu, dan mereka semakin kaget karena ternyata dibawahnya ada sesuatu yang diduga kuat merupakan sarana sihir. Merekapun bingung bercampur takut, dan tidak tahu harus berbuat apa. Sebagian mereka lalu berinisiatif untuk menghubungi seorang ahli ruqyah, dan berkonsultasi kepadanya. Dimana mereka kemudian diarahkan tentang cara memusnahkan benda sihir itu dan melepaskan diri dari pengaruh jahatnya.
Semua itu terjadi, sementara sang suami masih berada di luar rumah. Tapi tak lama kemudian, dan setelah suasana rumah kembali normal, suamipun pulang. Mengetahui suaminya datang, sang istripun langsung gemetaran dan ketakutan, karena membayangkan akan segera menjadi sasaran kebengisannya lagi, seperti biasa, dan kali ini justru di hadapan keluarganya! Tapi apa yang dikhawatirnya itu ternyata tidak terjadi sama sekali. Suaminya justru datang untuk membuatnya tertawa seperti dulu lagi, setelah membuatnya selalu menangis, dan untuk mengobati dukanya, setelah sebelumnya selalu melukainya, baik di hatinya maupun juga pada fisiknya. Ya, sang suami masuk rumah kali ini dengan wajah ceria, senyum mengembang dan hadiah yang ditenteng di tangannya. Persis seperti kebiasaannya hampir setiap kali pulang, dulu beberapa tahun yang lalu, sebelum perubahan aneh itu dialaminya …!
Berikutnya semua kembali normal lagi seperti sedia kala. Sifat dan sikap suami telah pulih sesuai aslinya, dengan kata-kata manisnya, sikap lembutnya, dan segala perangai mulianya! Kesedihanpun sirna, dan kepedihan hilang, tergantikan oleh keceriaan dan kebahagiaan…!
Sementara itu sang istri yakin seyakin-yakinnya bahwa, semua itu terjadi dengan izin dan taufiq Allah, berkat wasilah doa dan istighfar yang selalu dilantunkannya selama ini!
Fal-hamdu lillahi Rabbil ‘alamin…!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar