Oleh: Yuliasih
Diceritakan dari Ibnu Abbas, bahwasanya beliau berkata, Ketika Nabi Yunus AS merasa tidak dapat lagi mengharapkan keimanan dari kaumnya, beliau memohon kepada Allah SWT.
"Ya
Allah sesungguhnya kaumku telah durhaka kepada-Mu dan mereka tetap
dalam kekufuran. Oleh sebab itu turunkanlah siksaan-Mu kepada mereka."
Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menurunkan siksa-Ku yang
sangat pedih".
Setelah itu, Nabi Yunus pergi meninggalkan kaumnya
dan mengancam mereka bahwa siksa Allah akan turun setelah kurun tiga
hari. Beliau pun membawa keluarganya dan dua anak yang masih
kecil-kecil. Kemudian ia mendaki gunung yang tinggi dan mengawasi
penduduk Ninawa serta menanti siksa yang akan ditimpakan kepada mereka.
Allah
SWT kemudian mengutus Jibril dan berfirman kepadanya, Pergilah engkau
ke tempat malaikat Malik! Katakan kepadanya agar ia meniupkan angin
panas dari neraka sebesar biji gandum, kemudian
berangkatlah ke penduduk Ninawa dan timpakanlah siksa itu kepada mereka.
Lalu Jibril pun berangkat ke Kota Ninawa dan melaksanakan apa yang
telah diperintahkan oleh Tuhannya. Kaum Yunus pun mulai merasakan siksa
Allah yang sangat pedih sesuai dengan apa yang telah dikatakannya kepada
kaumnya.
Ibnu Abbas berkata, Ketika mereka telah yakin bahwa
siksa Allah telah menimpa mereka dan mengetahui bahwa apa yang dikatakan
Nabi Yunus itu benar, mereka pun mencari-carinya, namun mereka tidak
menemukannya. Pada akhirnya mereka berkata, Marilah kita berkumpul serta
memohon ampunan kepada Allah SWT.
Kemudian, mereka bersepakat
untuk berangkat ke sebuah tempat yang disebut dengan Tal al-Ramad dan
Tal al-Taubah. Di tempat itu mereka menaburkan debu pasir di atas kepala
dan menginjaki duri-duri dengan kaki mereka sambil memohon ampunan
kepada Allah dengan mengangkat suara disertai tangisan dan doa.
Atas
kesungguhan mereka dalam bertobat dan beristighfar maka Allah SWT pun
menerima tobat dan mengampuni dosa-dosanya. Kemudian Allah SWT berfirman
kepada Malikat Jibril, Wahai Jibril angkatlah siksa yang aku timpakan
kepada mereka, sesungguhnya aku telah mengabulkan tobat mereka. Umat
Nabi Yunus pun selamat dari siksaan.
Salah satu pelajaran yang dapat kita petik dari kisah di atas adalah istighfar (permohonan ampun) merupakan kalimat penyelamat. Artinya, kalimat yang mampu menyelamatkan manusia dari ancaman azab Allah.
Kalimat
istighfar mengandung makna pengakuan, penyesalan, kesadaran, kerendahan
diri, dan keimanan. Dan itu semua merupakan sebab yang dapat
mendatangkan kecintaan, pertolongan, dan perlindungan Allah SWT sehingga
kita dapat selamat dari siksaan dan kebinasaan.
Tidak ada yang dapat menyelamatkan diri kita dari azab
Allah, kecuali kita memohon ampun dan segera bertaubat atas segala
kesalahan. Sayyidina Ali karamallahu wajhah berkata, Sungguh aneh orang
yang binasa padahal ia memiliki kalimat penyelamat. Ditanyakan kepadanya, Apa itu? Ia berkata, Istighfar. (Al-Mustathraf [2]: 344-345). Wallahu a"lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar