Orang Cerdas Adalah Orang Yang Mengingat Akan Kematian
”Hai
friend, gimana kabarmu ?, pasti kamu lagi sibuk banget yach ?”,
begitulah kurang lebih sapaan seorang sahabatku dari seberang pulau
seberang yang menyapaku siang ini ini lewat bbku.
“Friend…aku
kirim email, cepetan dibaca !”. “Mudah-mudahan dapat hikmah dari yang gw
email itu !”. Dah…selamat beraktivitas lagi yach…jangan lupa ambil
hikmah postifnya friend !” “Kudu lho !”.
Begitulah sms singkat
yang kudapat siang ini ditengah kesibukanku yang memang sekarang ini
sangat padat. Karena pesanaran tentang isi emailnya sayapun buru-buru
baca dan tenggelam dalam cerita dari sahabatku ini.
Yuk kita
simak bareng yuk, mudah-mudahan para sahabat & pembaca juga
mendapatkan hikmah positif juga dari email sahabatku ini.
Aktifitas keseharian kita selalu mencuri konsentrasi kita. kita seolah
kita lupa dengan sesuatu yang kita tak pernah tahu kapan kedatangannya.
Sesuatu yang bagi sebagian orang sangat menakutkan.
Tahukah kita kapan kematian akan menjemput kita ???
cerita dari seorang sahabat
Tatkala masih di bangku sekolah, aku hidup bersama kedua orangtuaku
dalam lingkungan yang baik. Aku selalu mendengar doa ibuku saat pulang
dari keluyuran dan begadang malam. Demikian pula ayahku, ia selalu dalam
shalatnya yang panjang. Aku heran, mengapa ayah shalat begitu
lama, apalagi jika saat musim dingin yang menyengat tulang.
Aku sungguh heran, bahkan hingga aku berkata kepada diri sendiri :
“Alangkah sabarnya mereka…setiap hari begitu…benar- benar mengherankan!
“Aku belum tahu bahwa disitulah kebahagiaan orang mukmin dan itulah
shalat orang orang pilihan. Mereka bangkit dari tempat tidurnya untuk
munajat kepada Allah.
Setelah menjalani pendidikan militer, aku
tumbuh sebagai pemuda yang matang. Tetapi diriku semakin jauh dari
Allah padahal berbagai nasehat selalu kuterima dan kudengar dari waktu
ke waktu. Setelah tamat dari pendidikan, aku ditugaskan di kota yang
jauh dari kota kelahiranku.
Perkenalanku dengan teman-teman sekerja membuatku agak ringan menanggung beban sebagai orang terasing.
Disana, aku tak mendengar lagi suara bacaan Al-Qur’an. Tak ada lagi
suara ibu yang membangunkan dan menyuruhku shalat. Aku benar-benar hidup
sendirian, jauh dari lingkungan keluarga yang dulu kami nikmati. Aku
ditugaskan mengatur lalu lintas di sebuah jalan tol.. Di samping menjaga
keamanan jalan,tugasku membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan.
Pekerjaan baruku sungguh menyenangkan. Aku lakukan tugas-tugasku dengan semangat dan dedikasi tinggi.
Tetapi, hidupku bagai selalu diombang-ambingkan ombak. Aku bingung dan
sering melamun sendirian, banyak waktu luang, tapi pengetahuanku terbatas.
Aku mulai jenuh, ak ada yang menuntunku di bidang agama. Aku sebatang
kara. Hampir tiap hari yang kusaksikan hanya kecelakaan dan orang-orang
yang mengadu kecopetan atau bentuk-bentuk penganiayaan lain.
Aku bosan dengan rutinitas. Sampai suatu hari terjadilah sebuah peristiwa yang hingga kini tak pernah aku lupakan.
Ketika itu, kami dengan seorang kawan sedang bertugas disebuah pos
jalan. Kami asyik ngobrol, tiba-tiba kami dikagetkan oleh suara benturan
yang amat keras. Kami mengedarkan pandangan.
Ternyata, sebuah mobil bertabrakan dengan mobil lain yang meluncur dari arah yang berlawanan.
Kami segera berlari menuju tempat kejadian untuk menolong korban. Kejadian yang sungguh tragis.
Kami lihat dua awak salah satu mobil dalam kondisi kritis. Keduanya
segera kami keluarkan dari mobil lalu kami bujurkan di tanah. Kami
cepat-cepat menuju mobil satunya. Ternyata pengemudinya telah tewas
dengan amat mengerikan.
Kami kembali lagi kepada dua orang yang berada dalam kondisi koma. Temanku menuntun mereka mengucapkan kalimat syahadat.
Ucapkanlah :
“Laailaaha Illallaah … Laailaaha Illallaah ..”perintah temanku.
Tetapi sungguh mengerikan, dari mulutnya malah meluncur lagu-lagu.
Keadaan itu membuatku merinding.
Temanku tampaknya sudah biasa menghadapi orang-orang yang sekarat !.
Kembali ia menuntun korban itu membaca syahadat.
Aku diam membisu.
Aku tak berkutik dengan pandangan nanar. Seumur hidupku, aku belum
pernah menyaksikan orang yang sedang sekarat, apalagi dengan kondisi
seperti ini.
Temanku terus menuntun keduanya mengulang-ulang bacaan syahadat.
Tetapi, tetap terus saja melantunkan lagu.
Tak ada gunanya …
Suara lagunya terdengar semakin melemah … lemah
dan lemah sekali.
Orang pertama diam, tak bersuara lagi, disusul orang kedua.
Tak ada gerak …. keduanya telah meninggal dunia. Kami segera membawa
mereka ke dalam mobil. Temanku menunduk, ia tak berbicara sepatahpun.
Selama perjalanan hanya ada kebisuan. Hening.
Kesunyian pecah ketika temanku mulai bicara.Ia berbicara tentang hakikat kematian dan su’ul khatimah (kesudahan yang buruk).
Ia berkata “Manusia akan mengakhiri hidupnya dengan baik atau buruk..
Kesudahan hidup itu biasanya pertanda dari apa yang dilakukan olehnya selama di dunia.
“Ia bercerita panjang lebar padaku tentang berbagai kisah yang
diriwayatkan dalam buku-buku islam. Ia juga berbicara bagaimana
seseorang akan mengakhiri hidupnya sesuai dengan masa lalunya
secara lahir batin.
Perjalanan kerumah sakit terasa singkat oleh pembicaraan kami tentang
kematian. Pembicaraan itu makin sempurna gambarannya tatkala ingat bahwa
kami sedang membawa mayat. Tiba-tiba aku menjadi takut mati.
Peristiwa ini benar-benar memberi pelajaran berharga bagiku. Hari itu, aku shalat khusyu’ sekali.
Tetapi perlahan-lahan aku mulai melupakan peristiwa itu. Aku kembali
pada kebiasaanku semula. Aku seperti tak pernah menyaksikan apa yang
menimpa dua orang yang tak kukenal beberapa waktu yang lalu.
Tetapi sejak saat itu, aku memang benar-benar menjadi benci kepada yang
namanya lagu-lagu. Aku tak mau tenggelam menikmatinya seperti sedia
kala.
Mungkin itu ada kaitannya dengan lagu yang pernah
kudengar dari dua orang yang sedang sekarat dahulu. Kejadian yang
menakjubkan !.
Selang enam bulan dari peristiwa mengerikan itu, sebuah kejadian menakjubkan kembali terjadi di depan mataku.
Seseorang mengendarai mobilnya dengan pelan, tetapi tiba-tiba mobilnya mogok di sebuah
terowongan menuju kota. Ia turun dari mobilnya untuk mengganti ban yang
kempes. Ketika ia berdiri dibelakang mobil untuk menurunkan ban serep,
tiba-tiba sebuah mobil dengan kecepatan tinggi menabraknya dari arah
belakang. Lelaki itupun langsung tersungkur seketika.
Aku dengan seorang kawan, bukan yang menemaniku pada peristiwa pertama cepat-cepat menuju tempat kejadian.
Dia kami bawa dengan mobil dan segera pula kami menghubungi rumah sakit
agar langsung mendapat penanganan. Dia masih sangat muda, wajahnya
begitu bersih. Ketika mengangkatnya ke mobil, kami berdua cukup panik,
sehingga tak sempat memperhatikan kalau ia menggumamkan sesuatu.
Ketika kami membujurkannya di dalam mobil, kami baru bisa membedakan suara yang keluar dari mulutnya.
Ia melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an, dengan suara amat lemah.
“Subhanallah ! dalam kondisi kritis seperti itu ia masih sempat
melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an ? Darah mengguyur seluruh
pakaiannya, tulang-tulangnya patah, bahkan ia hampir mati. Dalam kondisi
seperti itu, ia terus melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan suaranya
yang merdu.
Selama hidup, aku tak pernah mendengar bacaan Al-Qur’an seindah itu.
Dalam batin aku bergumam sendirian “Aku akan menuntunnya membaca
syahadat sebagaimana yang dilakukan oleh temanku terdahulu …apalagi aku
sudah punya pengalaman.” aku meyakinkan diriku sendiri. Aku dan kawanku
seperti terhipnotis mendengarkan suara bacaan Al-Qur’an yang merdu itu.
Sekonyong-konyong sekujur tubuhku merinding, menjalar dan menyelusup ke
setiap rongga. Tiba-tiba, suara itu terhenti. Aku menoleh kebelakang.
Kusaksikan dia mengacungkan jari telunjuknya lalu bersyahadat. Kepalanya terkulai, aku melompat ke belakang.
Kupegang tangannya, degup jantungnya, nafasnya, tidak ada yang terasa.
Dia telah meninggal. Aku lalu memandanginya lekat-lekat, air mataku
menetes, kusembunyikan tangisku, takut diketahui kawanku.
Kukabarkan kepada kawanku kalau pemuda itu telah meninggal. Kawanku tak
kuasa menahan tangisnya. Demikian pula halnya dengan diriku. Aku terus
menangis air mataku deras mengalir. Suasana dalam mobil betul-betul
sangat mengharukan. .Sampai di rumah sakit …..Kepada orang-orang di sana
,kami mengabarkan perihal kematian pemuda itu dan peristiwa menjelang
kematiannya yang menakjubkan.
Banyak orang yang terpengaruh dengan kisah kami, sehingga tak sedikit yang meneteskan air mata.
Salah seorang dari mereka, demi mendengar kisahnya, segera menghampiri
jenazah dan mencium keningnya. Semua orang yang hadir memutuskan untuk
tidak beranjak sebelum mengetahui secara pasti kapan jenazah akan
dishalatkan.. Mereka ingin memberi penghormatan terakhir kepada
jenazah.
Semua ingin ikut menyolatinya.
Salah seorang petugas rumah sakit menghubungi rumah almarhum. Kami ikut mengantar jenazah hingga ke rumah keluarganya..
Salah seorang saudaranya mengisahkan, ketika kecelakaan, sebetulnya
almarhum hendak menjenguk neneknya di desa. Pekerjaan itu rutin ia
lakukan setiap hari senin. Disana almarhum juga menyantuni para janda,
anak yatim dan orang-orang miskin.
Ketika terjadi kecelakaan,
mobilnya penuh dengan beras, gula, buah-buahan dan barang-barang
kebutuhan pokok lainnya. Ia juga tak lupa membawa buku-buku agama dan
kaset-kaset pengajian. Semua itu untuk dibagi-bagikan kepada orang-orang
yang dia santuni. Bahkan juga membawa permen untuk dibagikan kepada
anak-anak kecil.
Bila tiba saatnya kelak, kita menghadap Allah
Yang Perkasa. hanya ada satu harap, semoga kita menjadi penghuni surga.
Biarlah dunia jadi kenangan, juga langkah-langkah kaki yang terseok, di
sela dosa dan pertaubatan.
Hari ini, semoga masih ada usia,
untuk mengejar surga itu, dengan amal-amal yang nyata “memperbaiki diri
dan mengajak orang lain ”
Saudaraku, siapa yang tahu kapan,
dimana, bagaimana, sedang apa, kita menemui tamu yang pasti menjumpai
kita, yang mengajak menghadap Allah SWT.
Orang yang cerdik dan
pandai adalah yang senantiasa mengingat kematian dalam waktu-waktu yang
ia lalui kemudian melakukan persiapan persiapan untuk menghadapinya.
Nasehat ini terutama untuk diri saya sendiri, dan saudara-saudaraku seiman pada umumnya.
Orang Cerdas Adalah Orang Yang Mengingat Akan Kematian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar