KAROMAH DAN HAKEKAT WALI
Mamduh Farhan Al Buhairi
Sesungguhnya suatu musibah yang menimpa zaman sekarang ini adalah
adanya orang-orang yang mengaku sebagai wali, atau mereka membuat
orang-orang menyebarkan dari mulut ke mulut tentang mereka. Dengan
memanfaatkan kebodohan mereka dan ketidak mampuan mereka membedakan
antara wali-wali Allah dan wali-wali syetan. Semua ini adalah dengan
tujuan memanfaatkan dan merampas harta-harta manusia dengan cara batil.
Diantara kebiasaan masyarakat, mereka memuliakan orang yang tersebar
dari mulut ke mulut bahwa dia seorang wali untuk mendapatkan berkah dari
mereka. Sedangkan mereka pada hakikatnya adalah orang orang fasiq,
pendusta, penipu, dan pemakan harta yang haram.
Bahaya ini
sudah membesar dan permasalahan semakin sulit terhadap mereka yang
mengada-ada ini, dengannya mereka menipu manusia. Dan dalam pengakuannya
sebagai wali terdapat unsur tazkiyatun nafs (mensucikan diri sendiri).
Hal ini dilarang oleh Allah . Firman Allah:
“Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci” (An Najm:32).
Dan sifat ini bukanlah sifat seorang wali, karena para wali itu selalu
khawatir akan dirinya karena ketakutan mereka yang besar kepada Allah .
Maka bagaimana mungkin mereka mengatakan kepada masyarakat ‘Sesungguhnya
kami ini adalah para wali.’
Sesungguhnya mereka ini, karena
kefasikan mereka, mereka mencari keudukan dihati manusia . Maka engkau
mendapati mereka mencari kebesaran dan keagungan, mereka tidak berjalan
kecuali bersama mereka para pengikut, padahal mereka sebetulnya adalah
pembantu-pembantu mereka, jika tamu datang kepada mereka, mereka
membuatnya menunggu selama mungkin supaya diakui akan kehormatan mereka!
Dan apabila duduk, dia memiliki tempat duduk khusus untuknya agar
diketahui oleh semua yang hadir, dan sebagian mereka selalu mengaku
bahwa dia shalat di masjidil haram kapan saja dia kehendaki, sebagian
mereka mengaku ketika berdoa, dia berdoa dari bagian dalam ka’bah,
sebagian mereka mengaku, bahwa dia memiliki kekuatan untuk memenangkan
seorang kandidat dalam pemilu, sebagian mereka mengaku, bahwa dia
memiliki kekuatan untuk berbicara dengan para wali dari orang-orang yang
sudah meninggal. Sebagian mereka menggunakan tipuan dengan memasukkan
lampu listrik dalam bajunya dan menyalakannya di tempat gelap untuk
mengelabui manusia bahwa cahaya keluar dari dadanya. Sebagian mereka
merajut cerita-cerita bohong, seperti melihat nabi didalam mimpi dan
selain itu dari kebohongan dan hal-hal lain yang mempermainkan akal
orang-orang awam..
Apalagi sebagian mereka malah tidak shalat
berjamaah bersama manusia untuk mencari kedudukan dimata manusia, dia
tidak menginginkan kedudukan apa saja dari Allah karena dia menyadari
bahwa dia adalah orang yang berbuat maksiat kepada Allah, orang yang
durhaka dan orang yang fasiq.
Sesungguhnya diantara dasar-dasar
pemahaman ahlus sunnah wal jama’ah adalah mempercayai karomah-karomah
para wali Allah yang shalih dan kejadian-kejadian luar biasa yang Allah
lakukan melalui tangan mereka. Hal ini telah banyak terjadi dan
sebagiannya telah dicantumkan dalam al-Qur`an dan disebutkan didalam
As-Sunnah.
Dan terdapat beberapa atsar mengenai karomah para sahabat dan tabi’in kemudian orang orang setelah mereka.
Diantara contoh karomah ini adalah kisah Ashabul Kahfi, kisah maryam
dan ditemukan rezeki disisinya didalam mihrabnya tanpa ada seorang pun
yang mendatanginya, dan keduanya itu tersebut didalam Al Qur’an Al
Karim.
Kisah tiga orang penghuni goa yang mereka tertutup oleh
batu besar, lalu mereka berdoa kepada Allah dan bertawassul kepada Allah
dengan amal shalih mereka, maka batu itu terbuka luas untuk mereka,
kisah ini ada dalam Shahih Bukhari Muslim.
Kisah Juraij seorang
‘abid (ahli ibadah) dari Bani Israil ketika dituduh berzina, maka bayi
yang masih menyusu itu berbicara mengenai kebebasannya, kisah ini ada
dalam Shahih Bukhari. Dan adanya annggur pada diri Khubaib ibnu ‘Ady Al
Anshory ketika beliau ditawan kaum kafir Quraisy, padahal di Makkah pada
waktu itu tidak ada anggur, kisah ini didalam Shahih Bukhar. Dan yang
lainnya dari berbagai macam karomah.
Tetapi dalam hal ini ada
beberapa pemahaman yang hilang dari manusia tentang karomah, maka
beserta semua yang sudah lalu perlu diperhatikan beberapa masalah:
Pertama: bahwasanya seorang muslim yang benar, dia tidak berusaha keras
untuk mendapat karomah, akan tetapi yang ia perjuangkan adalah
mendapatkan istiqomah.
Kedua : Keshalihan seseorang tidak
diiringi dengan hal-hal yang luar biasa, karena hal-hal yang luar biasa
tersebut dapat muncul dari orang kafir dan orang durhaka sebagai
istidroj. Seperti hal-hal luar biasa yang akan terjadi pada Dajjal.
Ketiga: Karomah itu bukanlah bukti dari istiqomah, akan tetapi komitmen
seseorang dalam memegangi al-Qur`an dan sunnah itulah yang menjadi
bukti atas keistiqamahannya. Dengan demikian diketahuilah bahwa
orang-orang yang gila dan fasiq serta tukang maksiat tidaklah termasuk
pada yang demikian itu. Paling tinggi kedudukan orang yang gila itu
adalah diangkat pena daripadanya bukan menjadi wali apalagi disingkap
baginya hijab-hijab Allah, karena sesungguhnya hijab tidak akan
disingkap untuk siapapun didunia, dan wahyu tidak turun kecuali atas
para nabi.
Keempat: Karomah tidak akan mendatangi orang yang
menginginkan dan mencarinya, dan sesungguhnya dia hanyalah karunia dari
Allah kepada para walinya, kadang mereka memintanya maka terkabul dan
kadang mereka memintanya dan tidak terkabul, dan bagi kita hendaknya
melihat kepada keadaan seseorang untuk bisa menghukuminya bukan kepada
karomahnya.
Kelima: jika seseorang berjalan diatas air atau
terbang di udara, makan bara api, menusuk badannya dengan pisau atau
minum racun dan menelan pecahan kaca, maka sesungguhnya kita menimbang
perkataan semua perkataannya dan semua perbuatannya dalam timbangan
alqur’an dan sunnah yang shahih, jika sesuai maka dia adalah siddiq
(orang yang benar) dan jika menyelisihi maka dia adalah zindiq (orang
yang sesat).
Syarat Syarat bagi orang yang telah terbukti memiliki karomah beserta istiqomah:
Tidak boleh meyakini bahwa wali ini mengatur alam semesta, tidak boleh
berdoa kepadanya dan minta pertolongan kepadanya terhadap berbagai macam
kesulitan, karena keyakinan ini secara umum menyebabkan keluar dari
Islam dan merupakan pembatal tauhid rububiyah dan uluhiyah.
Tidak boleh meyakini bahwa wali ini mengetahui yang ghaib dan bahwasanya dia dapat mencukupi dirinya dan orang lain.
Tidak boleh meyakini bahwa wali berkembang dan tampak dalam bentuk yang
berbeda beda, kadang engkau melihatnya berwujud singa, dan bahwasanya
dia muncul di tempat tempat yang berbeda pada saat yang sama,
sebagaimana yang tertulis pada kebanyakan buku-buku sesat yang
didalamnya tidak ada pengertian dan pengetahun terhadap Islam.
Tidak
boleh meyakini bahwa seorang wali itu boleh baginya melanggar syari’at,
akan tetapi wali itu wajib tunduk kepada syariat serta tidak
mengingkarinya walaupun hanya dengan meninggalkan shalat jamaah.
Tidak boleh berkeyakinan bahwa kewalian itu berada ditangan wali yang
paling besar, dia memberikannya kepada orang yang dia kehendaki dari
para pengikutnya, ini merupakan kesesatan nyata yang tidak memerlukan
pembuktian atas kebatilannya.
Tidak boleh berkeyakinan bahwa kewalian itu memiliki penutup sebagaimana kenabian itu memiliki penutup.
Tidak boleh berkeyakinan bahwa wali itu memungkinkan baginya untuk
merampas ilmu dan petunjuk dari orang orang yang menentangnya. Ini
termasuk keyakinan batil mereka bahwasanya wali dapat bertindak dan
mengatur alam semesta.
Tidak boleh bersusah payah melakukan
perjalanan jauh untuk menziarahi kuburan wali, karena perbuatan ini
melanggar syariat dan tidak ada dalil dari al-Qur’an maupun sunnah.
Tidak boleh meyakini penampakan ruh Nabi pada seorang wali, dan
menjadikannya sebagai bagian dari karamahnya. Karena yang demikian itu
tidak ada dasarnya sama sekali dalam syariat.
Para pemimpin
wali yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Sepuluh orang yang dijamin
masuk surga, sahabat yang ikut perang badar, sahabat yang ikut bai’at
ridwan, tidak ada satu riwayatpun dari salah satu diantara mereka
mengenai penampakkan ruh nabi kepadanya, juga tidak pula berkumpulnya
dia dengan beliau setelah beliau wafat, kecuali hanya melihat dalam
mimpi, karena mimpi bertemu Rasul telah disepakati kemungkinan dan
terjadinya pada sebagian orang, sebagaimana sabda Nabi :
“Barang siapa telah melihatku dalam tidurnya maka dia seperti melihatku
dalam keadaan terjaga” dalam satu riwayat: “maka dia telah melihat
kebenaran”, dalam riwayat lain: “sesungguhnya syetan tidak bisa
menyerupaiku”. (Hadits diriwayatkan oleh bukhori dan muslim serta yang
lainnya).
Tidak boleh meyakini kehadiran Nabi dalam berbagai
perkumpulan dan majelis, dan berdirinya orang dalam majelis bagi beliau
adalah penyelewengan yang nyata. Dan yang lebih besar dari itu adalah
pengakuan sebagian mereka, bahwa mereka melihat Nabi dalam keadaan
terjaga. Sesungguhnya ini menyelisihi al-qur’an dan sunnah serta ijma’
umat, karena sesungguhnya orang yang sudah mati, mereka hanya akan
dibangkitkan pada hari kiamat tidak didunia, sebagaimana Allah telah
berfirman:
“Kemudian, sesudah itu, Sesungguhnya kamu sekalian
benar-benar akan mati. Kemudian, Sesungguhnya kamu sekalian akan
dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.” (Qs. Al Mukminun 15-16).
Keyakinan-keyakinan yang batil ini secara pasti dapat diketahui bahwa
dia menyalahi Al Qur’an, sunnah, petunjuk shahabat dan tabi’in. Dan
diketahui pula bahwa ia adalah jalan para wali syetan, bukan jalan wali
Allah yang Maha Rahman.
Kriteria Karomah yang diterima:
1) Hendaknya orang yang mengalaminya adalah dari hamba-hamba Allah yang beriman dan bertakwa.
“Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (yaitu)
orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa”.
2) Hendaklah orang yang memiliki karomah itu tidak mengaku sebagai wali, karena tidak bisa memastikan amalan itu diterima.
3) Hendaknya karomah itu tidak digunakan untuk membantu perbuatan maksiat kepada Allah.
4) Hendaknya tidak mengandung unsur meninggalkan satupun dari
amalan-amalan wajib atau melakukan perbuatan perbuatan yang diharamkan
atau menetapkan suatu ibadah yang tidak ditetapkan oleh syariat, seperti
pengakuan menjumpai Nabi dalam keadaan terjaga.
Para wali
Allah telah sepakat bahwa seseorang jika terbang di udara dan berjalan
diatas air tidak dianggap hal itu sehingga dilihat keshalihan,
keistiqomahan dan posisinya terhadap batasan-batasan Allah, menjauhi
larangan larangannya dan melaksanakan apa yang diridhoi oleh Allah.
Imam Syafi’i telah berkata: “Apabila kalian melihat seseorang berjalan
diatas air dan terbang di udara maka janganlah kamu tertipu dengannya
hingga kalian menimbangnya pada al-Qur`an dan sunnah.”
Sebagian
para penipu mengarang cerita-cerita: kadang kala mereka mengaku melihat
Nabi dalam mimpi, kadang kala melihat wali fulan, padahal syetan telah
mendatangi didalam mimpinya dengan mengaku sebagai Abu Bakar, Umar, atau
Khidir atau Abdul Qodir Al Jailani. Lalu dia mengira hal itu merupakan
karamah yang dia miliki.
Al Hafidz Ibnu katsir telah
menyebutkan mengenai tafsir ayat “Dan ingatlah ketika Kami berkata
kepada para malaikat: ‘sujudlah kalian!” bahwasanya hal-hal yang luar
biasa bisa saja terjadi pada selain wali, bahkan bisa terjadi pada orang
yang durhaka, dan juga orang kafir. Dan dengan apa yang telah
ditetapkan oleh banyak hadits tentang Dajjal mengenai apa yang terjadi
melalui tangannya dari perkara-perkara yang luar biasa yang banyak
seklai. Seperti, dia menyuruh langit hujan maka turun hujan, dan bumi
agar tumbuh maka tumbuhlah, dan mengikutinya apa yang ada dalam bumi,
dan dia membunuh seorang pemuda kemudian menghidupkannya kembali, dan
yang lainnya dari perkara-perkara yang luar biasa.
Jika alasan
kebanyakan orang bahwa bukti keshalihan wali mereka adalah sebagian
kejadian yang luar biasa, maka dinamanakah posisi kewalian Ibnu Shayyad
menurut mereka? Dan martabat manakah yang akan diduduki oleh Al Masih Ad
Dajjal?!
Dan harus diketahui bahwa mayoritas para sahabat
-padahal mereka adalah sebaik baik makhluk setelah para nabi- tidak
nampak atas mereka berbagai macam karomah, begitu pula mayoritas para
tabi’in tidak muncul atas mereka berbagai macam karomah, bahkan sebagian
orang yang dijamin masuk surga pun tidak muncul atas mereka berbagai
macam karomah padahal mereka telah diberi kabar gembira dengan surga
dari Rob alam Semesta. Maka bagaimana lagi selain mereka?!!
Kita memohon kepada Allah keselamatan di dunia dan di akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar