Tanggung jawab dan konsekuensi menjadi seorang pemimpin sangat besar. Setiap ucap kata yang keluar dari mulutnya harus menjadi cerminan bagi dirinya sendiri. Allah memberikan hukuman bagi para penyeru kebaikan yang tak sesuai dengan perbuatan dengan cara memotong lidahnya dengan gunting akhirat. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya berkesesuaian antara perkataan dan perbuatan dari seorang pemimpin.
Melihat seorang pemimpin memiliki karakteristik spiritual tinggi atau tidak dapat dilihat dari 3 aspek. Aspek-aspek ini juga yang menjadi landasan seorang pemimpin layak untuk dijadikan qudwah atau tidak. Tiga aspek tersebut adalah iman, ibadah, dan ikhlas. Iman tentu merupakan hal yang paling mendasar dan krusial yang harus dimiliki seorang pemimpin. Tanpa iman, maka porak porandalah semua yang berada di bawah kepemimpinannya.
Moral tidak digubris, orientasi keduniawian pekat, menghalalkan berbagai macam cara demi satu ambisi, pelanggaran terhadap norma, bahkan mungkin hingga pemanfaatan celah hukum akan menjadi kisah yang menghiasi episode kepemimpinannya. Dapat dibayangkan akan ada berapa banyak pihak yang terdzalimi. Jikapun ternyata tidak ada iman di dalam hati pemimpinnya, namun setiap kebijakannya mengandung banyak kebaikan, hal itu tidak akan bernilai di sisi Allah sedikitpun. Selain itu, absennya iman dari dada seorang pemimpin akan membuka kemungkinan setiap kebijakannya tidak memiliki unsur ketaatan pada Allah.
Ibadah yang baik menjadi parameter kedekatan seseorang dengan Allah. Ketaatan pada perintah Allah menggambarkan loyalitas, kedisiplinan, dan kelembutan. Loyalitas berarti menyadari konsekuensi dan kewajiban dari seorang hamba lemah kepada Tuhannya yang Maha Segala. Kedisiplinan lahir dari semangat menggapai ganjaran tertinggi dari setiap ibadah yang diajarkan. Dan semua berawal dari disiplin dalam shalat. Sedangkan kelembutan adalah imbas dari banyaknya intensitas berbincang dengan Allah Azza Wa Jalla. Semakin banyak ia menyediakan waktu untuk berdialog denganNya, semakin lembut kualitas hati yang dimilikinya. Kepekaan tumbuh membesar dan empati semakin meraksasa. Pemimpin dengan kualitas ibadah di atas rata-rata insyaaLlah akan dianugerahi hal tersebut di atas.
Parameter terakhir adalah ikhlas. Ikhlas merupakan amalan tersulit karena beda antara ikhlas dan tidak sangat tipis. Sedikit saja salah menempatkan ikhlas di dalam hati, maka ia akan tergelincir pada kesombongan sedikit demi sedikit. Akan sangat menyenangkan saat telah terbiasa belajar ikhlas. Saat hati tidak ada yang mengintervensi selain Allah. Saat tujuan tidak mengarah kecuali pada ridha Allah. Tugas pemimpin juga mengajarkan dan menularkan ikhlas ini pada pengikutnya. Seorang pemimpin yang ikhlas takkan pernah khawatir dengan apapun yang akan di hadapinya di depan. Semua ia serahkan dan ia tujukan hanya pada Allah semata.
Menjadi pemimpin yang dicintai karena kemampuan memimpinnya yang luar biasa dan kepekaan terhadap lingkungan sekitar sangat kuat merupakan hal yang sangat dirindukan. Namun, menjadi pemimpin yang berspiritual tinggi sehingga dapat membawa pengikutnya pada banyak kebaikan hingga akhirat tentu menjadi mimpi yang paling utama.
Oleh: Fauzi Achmad Zaky
Tidak ada komentar:
Posting Komentar