DUNIA HANYA UNTUK 4 ORANG..SIAPA SAJA?
Dari
Abu Kabsyah Al-Anmari rodhiyallaahu ‘anhu bahwasanya dia telah
mendengar Rosulullaah shollallaahu ‘alayhi wa’alaa aalihi wasallam
bersabda,
إنَّمَا الدُّنْيَا لِأَرْبَعَةِ نَفَرٍ : عَبْدٌ
رَزَقَهُ اللَّهُ مَالا وَعِلْمًا فَهُوَ يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ ،
وَيَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ وَيَعْلَمُ لِلَّهِ فِيهِ حَقًّا ، فَهَذَا
بِأَفْضَلِ الْمَنَازِلِ ، وَعَبْدٌ رَزَقَهُ اللَّهُ عِلْمًا وَلَمْ
يَرْزُقْهُ مَالا ، فَهُوَ صَادِقُ النِّيَّةِ ، يَقُولُ : لَوْ أَنَّ لِي
مَالا لَعَمِلْت بِعَمَلِ فُلانٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَأَجْرُهُمَا سَوَاءٌ
، وَعَبْدٌ رَزَقَهُ اللَّهُ مَالا وَلَمْ يَرْزُقْهُ عِلْمًا فَهُوَ
يَخْبِطُ فِي مَالِهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ لا يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ ، وَلا
يَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ وَلا يَعْمَلُ لِلَّهِ فِيهِ حَقًّا ، فَهَذَا
بِأَخْبَثِ الْمَنَازِلِ ، وَعَبْدٌ لَمْ يَرْزُقْهُ اللَّهُ مَالا وَلا
عِلْمًا ، فَهُوَ يَقُولُ : لَوْ أَنَّ لِي مَالا لَعَمِلْت فِيهِ بِعَمَلِ
فُلانٍ . فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَوِزْرُهُمَا سَوَاءٌ
“Sesungguhnya dunia itu hanyalah bagi empat orang;
Pertama, hamba yang diberi rizki oleh Allah berupa harta dan ilmu
kemudian ia menggunakannya untuk bertaqwa kepada Robbnya, menghubungkan
tali kekeluargaan dan mengetahui hak Allah di dalamnya, maka inilah
kedudukan yang paling utama.
Kedua, hamba yang diberi rizki
oleh Allah berupa ilmu namun tidak diberi rizki berupa harta lalu dia
mempunyai niat yang benar dengan berkata, “Kalaulah aku memiliki harta
sungguh aku akan berbuat seperti fulan (hamba pertama) itu”, maka orang
itu sesuai niatnya, maka pahala keduanya adalah sama.
Ketiga,
hamba yang diberi rizki oleh Allah berupa harta namun tidak diberi rizki
berupa ilmu, lalu ia sia-siakan harta tersebut tanpa ilmu, tidak
bertaqwa kepada Robbnya, tidak digunakan untuk silaturahim dan tidak
mengetahui hak Allah di dalam hartanya, maka hamba seperti ini berada di
dalam kedudukan yang paling jelek.
Keempat, hamba yang tidak
diberi rizki oleh Allah, baik harta atau ilmu, lalu ia berkata, “Kalau
aku diberi harta, sungguh aku akan berbuat seperti fulan (hamba ketiga)
itu, maka orang itu sesuai dengan niatnya, maka dosa keduanya sama.”
{Shohih, Shohih At-Tirmidzi,2325, At-Tirmidzi,3/385,no.2427. dan Ibnu
Majah,2/1413.no.4228. Dikutip dari buku "Ahbaabullah" karya Asy-Syaikh
Dr. 'Abdul'Azhim Badawi Al-Khalafi (edisi terjemah; 40 karakteristik
mereka yang dicintai Allah), Pustaka Darul Haq}
Termasuk yang manakah kita sahabat?
Semoga uraian di atas dapat menjadi sebuah renungan bagi kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar