Saya baru memahami makna pesan bahwa yang membuat kita masuk surga
bukanlah amal-amal kita. Walau sedekah kita berlimpah, perbuatan baik
kita seluas langit dan bumi, itu semua tiada arti di mata Allah SWT bila
tanpa keikhlasan. Riuh tepuk tangan, pujian dan penghargaan karena
banyaknya kebaikan atau amal yang kita lakukan, boleh jadi itu tipuan
yang menyesatkan.
Amal tanpa
keikhlasan ibarat manusia tanpa nyawa. Ikhlas itu ruhnya perbuatan baik.
Sungguh suatu kebangkrutan bila kita berbuat baik tetapi tidak
diapresiasi oleh-Nya. Pastikanlah semua kebaikan yang kita lakukan
disertai ruh di dalamnya, yaitu keikhlasan. Tanpa keikhlasan sebaiknya
tak perlu dilakukan karena itu membuang-buang waktu dan melelahkan.
Ikhlas harus selalu dihadirkan dalam semua kegiatan, tetapi itu
bukanlah hal yang mudah. Perlu latihan dan perlu diperjuangkan. Kita
harus selalu khawatir bila tiada ikhlas dalam kebaikan yang kita
lakukan. Bagaimana caranya latihan ikhlas?
Pertama, lakukanlah
kebaikan secara rutin dan meningkat. Orang yang melakukan sesuatu
pertama kali, secara manusiawi biasanya cenderung untuk dipamerkan.
Misalnya, orang yang baru mulai bangun malam untuk tahajud biasanya akan
segera membuat status di twiter “tahajud yok”. Atau, mereka yang tidak
punya akun twitter, akan SMS teman-temannya: Bangun… bangun… bangun…
Tahajud!”
Suatu aktivitas yang rutin dilakukan akan lebih mudah
mendatangkan ikhlas. Tetapi apakah kebaikan yang rutin pasti ikhlas?
Belum tentu, mengapa? sebab penyakit pamernya mungkin tidak ada tetapi
sombongnya yang muncul. Boleh jadi di dalam hatinya ia berbisik, “Ah,
saya yang sedekah rutin sepuluh juta tiap bulan diam saja, ini sedekah
satu juta saja pamer di twiter.” Saat rasa sombong ini muncul,
keikhlasan dalam amalpun akhirnya kabur.
Kedua, pastikan
kebaikan yang tidak diketahui orang jauh lebih banyak. Untuk kepentingan
mengajak kebaikan orang lain, terkadang kita memerlukan nama
orang-orang yang terlibat perlu dicantumkan. Saat nama Anda diumumkan
sebagai penyumbang kegiatan sebesar Rp 5 juta, maka pastikan sumbangan
Anda yang tidak diketahui orang lebih dari Rp 5 juta.
Biasakanlah saat sendiri, sepi atau saat tak dikenal orang kita
melakukan lebih banyak kebaikan dibandingkan saat diketahui banyak
orang. Berbuatlah di daerah yang Anda tidak dikenal. Beribadahlah secara
sungguh-sungguh saat sendiri di kamar. Berbuat baiklah dimanapun dan
kapanpun, tanpa harus menunggu kesaksian dari orang-orang yang kita
kenal.
Teruslah berlatih untuk ikhlas dan waspadalah. Sebab
saat kita merasa lebih ikhlas dibandingkan yang lain, saat itu pula kita
sudah tidak ikhlas. Mari kita terus berusaha agar selalu terjebak dalam
ikhlas
Semoga bermanfaat :)
SUMBER: JAMILAZZAINI.COM
Saya baru memahami makna pesan bahwa yang membuat kita masuk surga bukanlah amal-amal kita. Walau sedekah kita berlimpah, perbuatan baik kita seluas langit dan bumi, itu semua tiada arti di mata Allah SWT bila tanpa keikhlasan. Riuh tepuk tangan, pujian dan penghargaan karena banyaknya kebaikan atau amal yang kita lakukan, boleh jadi itu tipuan yang menyesatkan.
Amal tanpa
keikhlasan ibarat manusia tanpa nyawa. Ikhlas itu ruhnya perbuatan baik.
Sungguh suatu kebangkrutan bila kita berbuat baik tetapi tidak
diapresiasi oleh-Nya. Pastikanlah semua kebaikan yang kita lakukan
disertai ruh di dalamnya, yaitu keikhlasan. Tanpa keikhlasan sebaiknya
tak perlu dilakukan karena itu membuang-buang waktu dan melelahkan.
Ikhlas harus selalu dihadirkan dalam semua kegiatan, tetapi itu bukanlah hal yang mudah. Perlu latihan dan perlu diperjuangkan. Kita harus selalu khawatir bila tiada ikhlas dalam kebaikan yang kita lakukan. Bagaimana caranya latihan ikhlas?
Pertama, lakukanlah kebaikan secara rutin dan meningkat. Orang yang melakukan sesuatu pertama kali, secara manusiawi biasanya cenderung untuk dipamerkan. Misalnya, orang yang baru mulai bangun malam untuk tahajud biasanya akan segera membuat status di twiter “tahajud yok”. Atau, mereka yang tidak punya akun twitter, akan SMS teman-temannya: Bangun… bangun… bangun… Tahajud!”
Suatu aktivitas yang rutin dilakukan akan lebih mudah mendatangkan ikhlas. Tetapi apakah kebaikan yang rutin pasti ikhlas? Belum tentu, mengapa? sebab penyakit pamernya mungkin tidak ada tetapi sombongnya yang muncul. Boleh jadi di dalam hatinya ia berbisik, “Ah, saya yang sedekah rutin sepuluh juta tiap bulan diam saja, ini sedekah satu juta saja pamer di twiter.” Saat rasa sombong ini muncul, keikhlasan dalam amalpun akhirnya kabur.
Kedua, pastikan kebaikan yang tidak diketahui orang jauh lebih banyak. Untuk kepentingan mengajak kebaikan orang lain, terkadang kita memerlukan nama orang-orang yang terlibat perlu dicantumkan. Saat nama Anda diumumkan sebagai penyumbang kegiatan sebesar Rp 5 juta, maka pastikan sumbangan Anda yang tidak diketahui orang lebih dari Rp 5 juta.
Biasakanlah saat sendiri, sepi atau saat tak dikenal orang kita melakukan lebih banyak kebaikan dibandingkan saat diketahui banyak orang. Berbuatlah di daerah yang Anda tidak dikenal. Beribadahlah secara sungguh-sungguh saat sendiri di kamar. Berbuat baiklah dimanapun dan kapanpun, tanpa harus menunggu kesaksian dari orang-orang yang kita kenal.
Teruslah berlatih untuk ikhlas dan waspadalah. Sebab saat kita merasa lebih ikhlas dibandingkan yang lain, saat itu pula kita sudah tidak ikhlas. Mari kita terus berusaha agar selalu terjebak dalam ikhlas
Semoga bermanfaat :)
SUMBER: JAMILAZZAINI.COM
Ikhlas harus selalu dihadirkan dalam semua kegiatan, tetapi itu bukanlah hal yang mudah. Perlu latihan dan perlu diperjuangkan. Kita harus selalu khawatir bila tiada ikhlas dalam kebaikan yang kita lakukan. Bagaimana caranya latihan ikhlas?
Pertama, lakukanlah kebaikan secara rutin dan meningkat. Orang yang melakukan sesuatu pertama kali, secara manusiawi biasanya cenderung untuk dipamerkan. Misalnya, orang yang baru mulai bangun malam untuk tahajud biasanya akan segera membuat status di twiter “tahajud yok”. Atau, mereka yang tidak punya akun twitter, akan SMS teman-temannya: Bangun… bangun… bangun… Tahajud!”
Suatu aktivitas yang rutin dilakukan akan lebih mudah mendatangkan ikhlas. Tetapi apakah kebaikan yang rutin pasti ikhlas? Belum tentu, mengapa? sebab penyakit pamernya mungkin tidak ada tetapi sombongnya yang muncul. Boleh jadi di dalam hatinya ia berbisik, “Ah, saya yang sedekah rutin sepuluh juta tiap bulan diam saja, ini sedekah satu juta saja pamer di twiter.” Saat rasa sombong ini muncul, keikhlasan dalam amalpun akhirnya kabur.
Kedua, pastikan kebaikan yang tidak diketahui orang jauh lebih banyak. Untuk kepentingan mengajak kebaikan orang lain, terkadang kita memerlukan nama orang-orang yang terlibat perlu dicantumkan. Saat nama Anda diumumkan sebagai penyumbang kegiatan sebesar Rp 5 juta, maka pastikan sumbangan Anda yang tidak diketahui orang lebih dari Rp 5 juta.
Biasakanlah saat sendiri, sepi atau saat tak dikenal orang kita melakukan lebih banyak kebaikan dibandingkan saat diketahui banyak orang. Berbuatlah di daerah yang Anda tidak dikenal. Beribadahlah secara sungguh-sungguh saat sendiri di kamar. Berbuat baiklah dimanapun dan kapanpun, tanpa harus menunggu kesaksian dari orang-orang yang kita kenal.
Teruslah berlatih untuk ikhlas dan waspadalah. Sebab saat kita merasa lebih ikhlas dibandingkan yang lain, saat itu pula kita sudah tidak ikhlas. Mari kita terus berusaha agar selalu terjebak dalam ikhlas
Semoga bermanfaat :)
SUMBER: JAMILAZZAINI.COM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar