Setelah makan makanan berkarbohidrat tinggi, akan terjadi perubahan
kadar glukosa dalam darah dengan sangat cepat yang diakui sebagai pemicu
penyakit kronis seperti diabetes, sakit jantung, sindrom metabolik
hingga kanker. Tetapi ilmuwan telah menemukan senyawa alami yang mampu
memperlambat pelepasan glukosa dari karbohidrat tersebut.
Setelah
mengonsumsi makanan berkarbohidrat tinggi, seseorang yang berisiko
tinggi terhadap diabetes perlu bantuan untuk memperlambat pelepasan
glukosa dan mendistribusikan glukosa ke dalam sel-sel tubuh sebagai
bahan metabolisme energi. Bantuan tersebut dapat diperoleh dari senyawa
alami yang terkandung dalam teh hijau.
Teh hijau telah lama
diketahui mengandung tingkat tinggi antioksidan polifenol, khususnya
katekin yang paling dikenal sebagai epigallocatechin-3-gallate (EGCG).
Para ilmuwan yang ahli di bidang makanan dari Pennsylvania melakukan
penelitian yang hasilnya diterbitkan dalam jurnal Molecular Nutrition
& Food Research tentang bagaimana EGCG membantu mengurangi lonjakan
gula darah pada tikus.
Para ilmuwan menjelaskan bahwa metabolisme
glukosa pada tikus mirip dengan manusia sehingga dapat dijadikan model
yang akurat untuk mengukur keberhasilan eksperimental pada manusia.
Untuk menentukan efek EGCG pada lonjakan glukosa darah setelah makan,
peneliti memisahkan tikus ke dalam beberapa kelompok berdasarkan berat
badan.
Setelah menjalani masa puasa, sekelompok tikus diberi
makan makanan berkarbohidrat seperti pati jagung, maltosa, atau sukrosa.
Kemudian kelompok kedua diberi perlakukan yang sama, tetapi ditambah
dengan pemberian asupan EGCG setelah makan. Para peneliti kemudian
menguji kadar gula darah dari kedua kelompok tersebut.
Kelompok
tikus yang diberi senyawa bioaktif EGCG mengalami penurunan kadar gula
darah secara signifikan setelah makan tepung jagung, tapi bukan maltosa
atau gula sukrosa. Lonjakan kadar glukosa darah pada kelompok ini 50
persen lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan kadar glukosa darah
tikus yang tidak diberi asupan EGCG.
"Dosis EGCG yang diberikan
pada kelompok tikus tersebut setara dengan sekitar satu setengah cangkir
teh hijau pada manusia," kata Dr Joshua Lambert, penulis utama studi,
seperti dikutip dari naturalnews, Kamis (29/11/2012).
Para
ilmuwan menemukan bahwa EGCG menghalangi aksi dari enzim yang disebut
alpha-amilase yang biasanya mengubah karbohidrat menjadi gula sederhana
untuk pencernaan. Peneliti juga menemukan bahwa EGCG dapat menghambat
kemampuan enzim untuk memecah pati, karena EGCG dapat mengurangi
aktivitas alfa-amilase di pankreas sebesar 34 persen.
Orang yang
mengonsumsi makanan bertepung dan berkarbohidrat olahan, kadar glukosa
dalam darah akan melonjak beberapa menit kemudian setelah makan. Hal ini
meningkatkan risiko yang signifikan untuk penyakit sindrom metabolik
dan diabetes.
Peneliti menyarankan untuk memenuhi asupan EGCG
dengan minum teh hijau segar ketika makan makanan bertepung. Hal ini
diharapkan dapat menawarkan perlindungan terhadap lonjakan glukosa darah
pasca makan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar