ZUHUD MENURUT PARA ULAMA
Suatu ketika al Hasan al Bashri mendapatkan pertanyaan, “Siapakah itu orang yang zuhud?”
Jawaban beliau, “Orang yang zuhud adalah seorang yang berjumpa dengan
seseorang maka dia berkata di dalam hatinya bahwa orang ini lebih baik
dari pada dirinya” [Baihaqi dalam Syuabul Iman 6/301].
Inilah
penjelasan berharga yang disampaikan oleh al Hasan al Bashri. Orang yang
zuhud itu manakala berjumpa dengan seorang muslim maka dia berprasangka
bahwa orang tersebut lebih baik dari pada dirinya di sisi Allah.
Artinya dia tidaklah peduli dengan dunia, merasa hina di sisi Allah dan
tidak sombong terhadap sesama. Hal ini hanya terjadi pada seorang yang
mendapatkan anugrah dari Allah sehingga dia isi hatinya dengan
merindukan akherat dan menghindari ketergantungan dengan dunia.
Bisa disimpulkan bahwa zuhud itu bukanlah kemiskinan, bukan pula
bermakna meninggalkan harta. Zuhud yang haqiqi terdapat dalam hati
dengan tergantungnya hati dengan akherat dan menjauhi serta jaga jarak
dengan dunia. Orang yang zuhud menyikapi dunia dengan status hanya
sekedar di tangan, bukan di hatinya. Sehingga semua aktivitasnya dia
niatkan agar memberikan manfaat di akherat.
Ketika dia sibuk
berbisnis maka bisnis tersebut dia manfaatkan untuk mendukung kebaikan
dan hal hal yang memberikan manfaat di akherat.
Kaya Tapi Zuhud
وسئل الإمام أحمد عن الرجل يكون معه ألف دينار وهل يكون زاهدا قال نعم بشرط أن لا يفرح إذا زادت ولا يحزن إذا نقصت
Suatu hari Imam Ahmad bin Hanbal mendapatkan pertanyaan mengenai
seorang yang memiliki uang sebanyak seribu dinar [1 dinar=4,25 gr emas],
apakah dia bisa menjadi orang yang zuhud?
Jawaban beliau,
“Bisa dengan dua syarat yaitu tidak gembira jika hartanya bertambah dan
tidak sedih jika hartanya berkurang” [Uddah ash Shabirin karya Ibnul
Qoyyim hal 226].
Terkadang dijumpai ada seorang yang memiliki
harta yang sangat banyak akan tetapi jika berkurang dia tidak
terpengaruh, makan tetap terasa enak dan tidurnya nyenyak seakan tidak
ada masalah. Sebaliknya jika hartanya bertambah banyak dia pun tidak
gembira karena pertambahan hartanya. Bertambah dan berkurangnya harta
baginya itu sama saja karena perhatiannya tertuju akherat. Harta itu
hanya ada di tangannya yang kemudian dia pergunakan untuk hal hal yang
manfaat di akherat.
Ini adalah hal penting yang tidak dipahami
oleh banyak orang. Banyak orang beranggapan bahwa zuhud adalah
meninggalkan harta dan meninggalkan nikmat dunia yang bisa memberikan
manfaat di akherat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar