Macam-Macam ‘Bisa’ Lisan
Pada
hakekatnya, banyak sekali jenis penyakit yang bersumber dari lisan ini.
Sebagian, bisa menghantarkan mereka keluar dari Islam. Sebagian yang
lain, melahirkan dosa yang besar, akan tetapi tidak menjatuhkan mereka
ke pada kekafiran. Dan di antara penyakit itu adalah:
1. Ucapan Kufur
Ucapan kufur, merupakan ucapan paling buruk yang akan mengeluarkan kaum
muslimin dari keimanan mereka. Barang siapa yang mengucapkannya dengan
penuh kesadaran, missal, “Saya mengakui bahwa ada Tuhan selain Allah”,
maka, secara langsung ia difonis sebagai orang murtad alias kufur
(keluar dari Islam).
2. Ucapan Yang Mendekati Kekufuran
Saat ini, sepertinya tidak sedikit orang yang terbawa oleh arus
kebebasan yang kebablasan. Berlindung dengan dasar Hak Asasi Manusia
(HAM), dengan berani mereka mengeluarkan pernyataan yang sangat
bertentangan dengan syari’at. Misalnya, seorang muslim berani
mengharamkan poligami dan menghalalkan nikah sejenis. Ketika mereka
ditegur, mereka justu mengancam dengan dalih melanggar HAM. Pada
intinya, hak-hak Allah yang tertera di dalam Al-Quran, ingin mereka
letakkan dibawah HAM mereka yang berdasarkan hawa nafsu.
3. Berbohong
Berbohong merupakan istilah yang tidak asing di telinga. Kita sering
mendengarnya. Tapi, dalam kontek kehidupan, kita sering
menyampingkannya. Padahal efek dari prilaku ini sangat luar biasa,
minimal, ia akan menyebabkan si pelaku tidak tenang, terus bimbang dalam
menjalani kehidupannya. Sebagaimana sabda Rosul, “Sesungguhnya
kebenaran itu (membawa) ketentramandan kebohongan itu (mengakibatkan)
kebimbangan.” (HR. Tirmidzi).
Dan bohong yang tingkatannya
paling tinggi adalah, berbohong kepada Allah, Rosulnya, dan bersaksi
dengan kesaksian yang palsu (terkecuali kalau dihadapan musuh). Dan
contoh bahwa seseorang telah berbohong kepada Allah dan Rosul-Nya, ia
memberikan penjelasan (fatwa), bahwa Allah dan Rosul-Nya telah berkata
demikian, padahal itu bohong. Firman Allah, “Maka tidak ada kedzoliman
yang lebih berat selain orang-orang membuat-buat dusta terhadap Allah
atau mendustakan ayat-ayat-Nya.” (Al-‘Araf: 37).
4. Ghibah
Ghibah, menggunjing atau menggosip. Sebagaimana didefinisikan oleh
Rosulullah, bahwa ghibah adalah jika , “Engkau menyebut/menceritakan
saudaramu dengan ucapan yang (jika dia di depanmu) dia akan
membencimu….” (HR. Imam Muslim).
Ditinjau dari segi hukum,
ghibah adalah haram. Allah mengumpamakan orang yang doyan me-ghibah
adalah mereka yang senamg memakan daging saudaranya yang sudah mati.
Firman Allah, “Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang
lain. sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya
yang sudah mati? Maka tentunya kamu merasa jijik kepadanya……”
(Al-Hujurat: 12)
Di tengah arus informasi saat ini, ghibah
telah menjadi sesuatu yang dikomersialkan, dan disenangi oleh sebagian
orang. Acara infortaiment, adalah jenis ghibah di era modern. Cukuplah
firman Allah di atas sebagai teguran bagi kita untuk menjauhi prilaku
ghibah ini, apapun wujud perubahannya.
5. Fitnah
Rasa
dengki dan iri hati terhadap kesuksesan/kebahagian seseorang, seringkali
menjadi pemicu untuk memfitnah orang tersebut. Mencari-cari kelemahan,
kemudian menyebarkannya ke pada khalayak umum, adalah wujud dari fitnah
itu sendiri. Hal ini sangat dibenci oleh Allah dan Rosul-Nya, bahkan ia
(fitnah) dikategorikan lebih kejam dari pada pembunuhan.
Banyak
sekali ancaman Allah melalui lisan Rosul-Nya mengenai balasan bagi
mereka yang suka memfitnah, salah satunya adalah hadits berikut ini,
“Orang-orang yang suka mengumpat, mencela, mengadu domba, dan
mencari-cari aib orang lain bakal digiring di masyar nanti dengan wajah
berupa anjing.” (HR. Abu Syaik dan Ali bin Harits).
6. Sikhriyyah
Manusia diciptakan dengan diliputi oleh beberapa kelebihan dan
kekurangan. Satu sama lain, pasti mempunyai dua hal ini, kelebihan dan
kekurangan. dan untuk melengkapi antar mereka, maka manusia harus saling
membantu, bukan dengan saling mencemooh antar satu sama lain. “Laa
tahtakir man duunaka falikulli syain maziayatun.” (janganlah meremehkan
siapa saja yang lebih rendah dari padamu, karena setiap sesuatu itu
memiliki kelebihan). Demikianlah pribahasa Arab menggambarkan, betapa
manusia itu jauh dari kesempurnaan.
Sayangnya, kadang karena
dorongan hawa nafsu, secara tidak sadar/sadar kita telah meremehkan
seseorang, baik itu dengan ucapan, tindakan ataupun dengan isyarat.
Secara logika, sebenarnya kita pun menolak ketika ada seseorang yang
meremehkan kita, sebab itu, kita harus menghindari perbuatan tercela
ini. dan perlu diperhatikan, bahwa, belum tentu orang yang kita
perolok-olokkan itu, lebih buruk dari pada kita yang mengolok-ngolokkan,
bahkan, bukan suatu kemustahilan, ia lebih baik dari pada kita.
Simaklah firman Allah berikut ini, “Hai orang-orang yang beriman,
janganlah suatu kaum mengolo-ngolokkan kaum yang lain. (karena) boleh
jadi mereka (diperolokkan) itu lebih baik dari pada mereka (yang
memperolokkan).” (Al-Hjurat: 11)
7. Sibabah
Sifat ashabiah
(kekelompokkan/kesukuan), kini telah menjakiti sebagian kaum muslimin.
Tak jarang karena sifat ini telah mendarah daging, mereka mencela
kelompok yang lain, yang tidak sejalan dengan perilaku mereka. Padahal,
perselisihan di antara mereka, -hanyalah- perselisihan furu’iah, bukan
yang ushul. Jangankan kita, yang masanya jaraknya jauh dengan masa
Rosulullah, para sahabatpun, yang hidup di zaman Nabi, juga pernah
berselisih pendapat. Masalahnya, perbedaan pendapat di jaman sahabat,
tidak menjadikan merenggangkan tali persaudaraan mereka.
Lihat
lah fenomena saat ini, karena kelompok lain tidak mengamalkan bacaan ini
dan bacaan itu, amalan ini dan amalan itu, dengan mudah mereka
menyalahkan antar satu sama lain, bahkan tak jarang juga mereka saling
menyesatkan. Pebuatan macam inilah yang kemudian disebut dengan sibabah.
Hal ini sangat dilarang, sebagaimana sabda Rosul, “Mencela orang muslim
itu menyebabkan kefasikan dan membunuhnya menyebabkan kekufuran.” (HR.
Bukhari dan Muslim). Sikap mencela, bukan hanya dilarang untuk sesama
muslim, terhadap waktu, angin, ayam jantan yang berkokok, juga berlaku
demikian. Sabda Nabi, “Janganlah kamu mencela angin karena angin itu
sebagian dari ruh (kekuasaan) Allah.” (Al-Hadits).
8. Memberi Dukungan Yang Buruk
Bukan suatu yang rahasia lagi, kalau ada sebagian orang, atas nama
menjaga kekompakan, mereka sepakat untuk melakukan suatu makar,
sayangnya, makar tersebut merupakan makar kemaksiatan. Seperti mencuri,
menyuap, dan lain sebagainya. Saling mendukung dalam
kejelekan/kemaksiatan semacam ini haram hukumnya, sekalipun ia tidak
terlibat dalam tindakan makar tersebut. Allah berfirman, “Barang siapa
yang memberi syafaat yang buruk, niscaya ia akan memikul bagian dari
dosanya.” (An-Nisa’: 85)
9. Gemar Mengucapkan Sumpah
Seringkali seseorang karena kepepet, dan demi meyakinkan lawannya,
dengan mudah ia bersumpah atas nama Allah. prilaku umbar sumpah,
merupakan prilaku buruk, yang seharusnya tidak dilakukan oleh
orang-orang mukmin. Firman Allah, “Dan janganlah kamu mengikuti orang
yang banyak bersumpah lagi hina.” (Al-Qalam: 10)
10. Li’an
Li’an adalah memvonis orang dengan ucapan laknat. Sebagai seorang
mukmin, kita dilarang keras untuk melaknat sesama saudara seiman. Ketika
kita melakukannya, berarti, kita telah membunuh saudara kita sendiri.
Rosulullah bersabda, “Mengucapkan laknat kepada orang mukmin (sama
halnya) dengan membunuhnya.” (HR. Bukhari Musliam dan Duhhak)
Demikianlah di antara penyakit lisan, yang bisa membahayakan nasib kita
(si empunya lisan) dan orang lain, di dunia, lebih-lebih di akhirat
kelak. Dan dalam rangka mencegah itu semua, perlu kiranya kita
mengerjakan beberapa hal berikut ini:
1. Senantiasa meminta pertolongan kepada Allah atas bahaya lisan kita.
2. Basahilah ia dengan dzikir.
3. Berfikir terlebih dahulu (akan manfaat dan mudharat) sebelum bertutur.
4. Ketika kita menyadari akan kekeliruan ucapan kita, beristighfarlah, dan berjanji untuk tidak mengulanginya.
5. Jauhkanlah diri dari kebiasaan mengucapkan hal-hal yang tidak
bermanfaat. "Di antara ciri kebaikan Islam seseorang adalah ketika bisa
meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat." (H.R. Tirmizi dan Ibnu
Majah).
6. Janganlah berbicara berlebihan atau melebih-lebihkan sesuatu.
Demikianlah di antara tips-tips yang akan membebaskan kita dari racun
lisan. Mudah-mudahan, Allah menggolongkan kita termasuk orang-orang yang
senantiasa menjaga dan menghiasi lisan dengan dzikir-dzikir cinta,
cinta kepada Allah.
Akhirul kalam, Keselamatan seorang manusia
juga terletak dalam menjaga lidahnya. Allah menyeru umat-Nya agar
menggunakan lidah untuk berzikir dan menyebut nama-Nya.
Nabi
bersabda, "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
hendaklah berkata benar atau diam." (H.R. Bukhari dan Muslim). Dalam
hadits lain ditegaskan, "Simpanlah lidahmu, kecuali untuk perkataan yang
baik. Dengan bersikap seperti itu, engkau dapat mengalahkan setan."
(H.R. Ibnu Hibban)
Pesan Nabi menegaskan agar kita harus
berbicara yang baik dan benar atau lebih baik diam jika tak mampu.
Wallahu ‘alam bis-shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar