Sabtu, 19 Januari 2013

BANDEL

Tak tahunya, kita sendiri mirip atau mungkin bahkan lebih bandel dari mereka (Bani Israel)

ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الأنْهَارُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاءُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ

Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan. (Q.S Al Baqarah[2]: 74)

Bandel; sebuah kata yang sering kita ucapkan dan kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Kata bandel menggambarkan keadaan seseorang yang tidak mau berubah setelah orang lain memberi nasihat kepadanya.

Seorang anak akan disebut bandel ketika dia tidak mau menurti nasehat yang baik dari orang tuanya. Seorang murid diaktakan bandel saat tidak mau berubah lebih baik setelah guru mendidiknya.

Aparat mungkin pula akan mengatakan bandel kepada masyarakatnya yang tidak taat kepada aturan yang telah ditetapkan. Ulama, ustadz, kyai, da’I, atau para mubaligh pun akan mengatakan hal yang sama apabila masyarakat yang dibinanya tidak tunduk pada nasihat yang bersumber dari Al Quran dan as-sunnah.

Sebagaimana kita ketahui bahwa Al Quran telah membimbing kita agar tidak termasuk orang yang bandel, salah satunya adalah melalui kisah-kisah dalam Al Quran. Dihancurkannya generasi-generasi zaman dahulu dikarenakan mereka bandel akan nasihat para NabiNya.

Kaum Nabi Nuh a.s dibinasakanNya karena sikap bandel yang tidak mau menyembah Allah swt. Kaum ‘Ad, kaum Tsamud, Kaum Madyan, Kaum Sodum, dan Firaun; semuanya dibinasakan olehNya karena prilaku bandel yang tidak mau berubah perilaku yang buruk meski Allah swt telah mengirim utusanNya untuk mengatasi kaum membandel tersebut.

Nabi musa as ditugaskan oleh Allah swt untuk menolong bani israil dari penindasan firaun da setelah itu mereka disuruh taat beribadah kepadaNya. Namun apa yang terjadi?Mereka malah terus membandel setelah Allah swt menolong mereka, mengangkat derajat mereka dan membuktikan kebesaranNya kepada mereka.

Saat bani israil ditolong oleh Allah swt melalui nabi Musa a.s mereka menyaksikan dan mengalami sendirikebesaran-Nya. Berbagai mukjizat Nabi Musa a.s., mereka saksikan seperti ketika tongkat berubah menjadi ular besar dan memakan ular-ular tukang sihir Firaun.

Dibelahnya laut merah untuk jalan bagi mereka lari dari kejaran Firaun dan bala tentaranya. Saat di pelarian, mereka dinaungi oleh Allah swt dengan awan serta diberi manna (sejenis madu) dan salwa (sejenis burung puyuh). Lalu, saat mereka melalui batu yang dipukulkan oleh tongkat Nabi Musa a.s kemudian, ke atas mereka gunung Sinai yang hampir menimpa mereka agar mereka melaksanakan janji taat kepadaNya. Subhanallah, begitu banyak kebesaran Allah swt yang ditunjukkan kepada bani Israil.
Namun, apa sikap mereka?

ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَلَوْلا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَكُنْتُمْ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Kemudian kamu berpaling setelah /adanya perjanjian) itu, Maka kalau tidak ada karunia Allah dan rahmatNya atasmu, niscaya kamu tergolong orang yang rugi.” (Q.S. Al Baqarah [2]: 64)

Bahkan, perilaku bandel mereka semakin bertambah ketika mereka membunuh salah seorang hartawan yang tidak punya anak untuk mendapat warisan darinya. Allah swt memerintahkan untuk menyembelih sapi betina.

Namun, seperti dijelasakan dalam surat Al Baqarah ayat 67-73, mereka tetap membandel dan tidak mau melaksanakan perintahNya. Intinya, saat mereka disuruh menyembelih sapi betina mereka malah pura-pura kebingungan dan meminta Nabi Musa a.s., memohon kepada Allah swt, untuk menjelaskan umur, warna, dan criteria sapi betina yang dimaksud. Tentu saja, ini hanyalah alas an yang dibuat-buat.

Begitulah bani Israil dengan kebandelannya kepada Allah swt meski Dian telah memberikan karunia yang berlimpah serta menunjukkan kebesaranNya yang beruntun kepada mereka.

Bagaimana dengan diri kita?

Telah banyak tanda-tanda kebesaran Allah swt meski Dia telah memberikan karunia yang berlimpah serta menunjukan kebesaranNya yang beruntun kepada mereka.

Bagaimana dengan diri kita?
Telah banyak tanda-tanda kebesaran Allah swt ditunjukkan kepada kita. Beberapa diantaranya adalah mengenai tanda-tanda akhir zaman, waktu yang terasa sempit, ulama banyak yang meninggal, merebaknya kebodohan, khamr merajalela, perzinaan dan perbuatan mesum Nampak dimana-mana, banyaknya pembunuhan dan kekacauan, demo dan penggusuran yang terjadi di mana-mana, serta sering terjadinya bencana alam (seperti gempa, longsor, kebakaran hutan, global warming, banjir, serta banyak lagi bencana lainnya).

Lalu, apakah kuantitas dan kualitas iman serta amal shleh kita serta merta semakin meningkat setelah menyaksikan tanda-tanda kebesaran Allah swt tadi?

Ataukah kita semakin membandel??, seperti bandelnya bani Israil yang telah melihat kebesaranNya.

Nampaknya ayat berikut ini harus menjadi renungan bagi kita.

اقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ مُعْرِضُونَ (١)مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ ذِكْرٍ مِنْ رَبِّهِمْ مُحْدَثٍ إِلا اسْتَمَعُوهُ وَهُمْ يَلْعَبُونَ لاهِيَةً قُلُوبُهُمْ وَأَسَرُّوا النَّجْوَى الَّذِينَ ظَلَمُوا هَلْ هَذَا إِلا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ أَفَتَأْتُونَ السِّحْرَ وَأَنْتُمْ تُبْصِرُونَ

“Telah dekat kepada manusia hari menghisab (kiamat) segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya), tidak datang kepada mereka suatu ayat Al Quran pun yang baru (diturunkan) dari Tuhan mereka, melainkan mereka mendengarnya tapi mereka bermain-main (lagi) hati mereka dalam keadaan lalai…” (Q.S Al Anbiya [21]:1-3)

Begitulah kita. Kita sering menuding bani Israil sangat bandel kepada Allah dan RasulNya. Tak tahunya, kita sendiri mirip atau mungkin bahkan lebih bandel dari mereka, padahal kita telah mengaku beriman kepadaNya.

Semoga Allah swt memberikan hidayah dan inayahNya kepada kita agar terhindar dari sikap bandel ini. Amin.

Semoga kita bisa mengambil hikmah dari catatan ini



Oleh : Agus Lukman Muttaqiin, S.Pd.I

Tidak ada komentar:

Posting Komentar