Dalam
kitab Tarikhul-khulafa, Nabi berkata, "Apabila saya menawarkan agama
Islam kepada seseorang, biasanya orang itu menunjukkan keragu-raguannya
sebelum memeluk agama Islam. Tapi Abu Bakar adalah suatu perkecualian.
Dia memeluk agama Islam tanpa sedikitpun keragu-raguan pada dirinya."
Abu Bakar mempunyai 40.000 dirham ketika masuk agama Islam, tapi kemudian
hanya tinggal 5.000 dirham saja pada waktu hijrah. Beliau ikut hijrah
ke Madinah menemani Nabi, dan meninggalkan isteri serta anak-anaknya
pada lindungan Allah.
( Hijrah, kaya raya di Madinah )
Ketika itu Madinah sebagai ibu kota Islam sangat terancam oleh
gerombolan-gerombolan musuh. Abu Bakar sebagai seorang yang kaya raya,
telah menyerahkan seluruh harta kekayaannya untuk digunakan Nabi. Nabi
menghimbau perlunya dana untuk membiayai guna mempertahankan diri dari
bahaya yang akan tiba. Maka Umar yang juga kaya raya seketika itu juga
ingin mengambil kesempatan emas ini, sehingga ia berharap bisa
menandingi Abu Bakar dalam berbakti kepada Islam. Beliau bergegas pulang
ke rumah dan kembali membawa sejumlah besar harta kekayaannya. Nabi
sangat senang melihat tindakan sahabatnya itu, dan bertanya, "Apakah ada
yang anda tinggalkan untuk keturunan Anda?" "Sebagian dari kekayaan
telah saya sisihkan untuk anak-anak saya," jawab Umar. Demikian pula
ketika Abu Bakar membawa pulang hartanya, pertanyaan yang sama juga
diajukan kepadanya. Beliau langsung menjawab, "Yang saya tinggalkan
untuk anak-anak saya hanyalah Allah dan Rasul-Nya." Sangat terkesan akan
ucapan Abu Bakar, Umar berkata, "Tidak akan mungkin bagi saya melebihi
Abu Bakar.
( Masa Kekhalifahan Abu Bakar Shiddiq )
Pada waktu Nabi wafat, Abu Bakar dipilih menjadi khalifah Islam yang
pertama. Setelah terpilih, banyak orang berebut menawarkan bai'at,
khalifah lalu menyampaikan pidatonya yang mengesankan di hadapan para
pemilih.
Abu Bakar berkata: "Saudara-saudara, sekarang aku
telah terpilih sebagai amir meskipun aku tidak lebih baik dari siapa pun
di antara kalian. Bantulah aku apabila aku berada di jalan yang benar,
dan perbaikilah aku apabila aku berada di jalan yang salah. Kebenaran
adalah suatu kepercayaan; kesalahan adalah suatu penghianatan. Orang
yang lemah di antara kalian akan menjadi kuat bersamaku sampai (Insya
Allah) kebenarannya terbukti, dan orang yang kuat di antara kalian akan
menjadi lemah bersamaku sampai (Insya Allah) kuambil apa yang menjadi
haknya. Patuhlah kepadaku sebagaimana aku mematuhi Allah dan Rasul-Nya.
Jika aku tidak mematuhi-Nya dan Rasul-Nya, janganlah sekali-kali kalian
patuh kepadaku."
Abu Bakar dikenal memiliki kebiasaan hidup
sangat sederhana. Pada suatu hari, seorang putra mahkota Yaman dalam
pakaiannya yang mewah tiba di Madinah. Dilihatnya Abu Bakar hanya
mengenakan dua lembar kain warna cokelat, yang selembar menutupi
pinggang dan yang selembar lagi menutupi bagian badan yang lainnya.
Putra mahkota itu begitu terharu melihat kesederhanaan khalifah,
sehingga dia juga membuang pakaiannya yang indah itu. Dia berkata, "Di
dalam Islam, saya tidak menikmati kepalsuan seperti ini."
Abu
Bakar selalu cermat dalam mengambil uang bantuan dari Baitul Mal. Beliau
menggunakan secukupnya saja untuk keperluan hidup minimal setiap hari.
Pernah isterinya minta manisan tapi si suami tidak punya uang lebih
untuk membelinya. Untung, isterinya punya uang tabungan beberapa dirham
selama dua Minggu, yang lalu diberikannya uang itu kepada suaminya untuk
membeli manisan. Melihat uang itu, Abu Bakar bilang terus terang kepada
isterinya bahwa tabungannya itu telah membuatnya mengambil uang
melebihi dari jumlah yang mereka butuhkan. Lalu dikembalikan uang itu
kepada Baitul Mal dan dikurangi pengambilan uangnya di masa mendatang
Abu Bakar adalah sahabat Nabi yang paling terpercaya, Nabi berkata,
"Saya tidak tahu apakah ada orang yang melebihi Abu Bakar dalam
kedermawaannya." Ketika sakit Nabi semakin parah , beliau meminta Abu
Bakar menjadi imam dalam shalat. Abu Bakar mengimami shalat 17 kali
selama Nabi hidup.
Pada akhir perjalanan hidupnya, Abu Bakar
bertanya kepada petugas Baitul Mal, berapa jumlah yang telah ia ambil
sebagai uang tunjangan. Petugas itu memberi tahu bahwa beliau telah
mengambil 6.000 dirham selama dua setengah tahun kekhalifahan. Ia lalu
memerintahkan agar tanah miliknya dijual dan seluruh hasilnya diberikan
kepada Baitul Mal. Amanatnya sebelum mangkat itu telah dilaksanakan. Dan
untuk seekor unta dan sepotong baju seharga seperempat rupee milik
pribadinya, ia amanatkan agar diberikan kepada khalifah baru setelah ia
meninggal dunia. Ketika barang-barang tersebut dibawa kepada yang
berhak, Umar yang baru saja menerima jabatan sebagai khalifah
mengeluarkan air mata dan berkata, "Abu Bakar, engkau telah membuat
tugas penggantimu menjadi sangat sulit."
Pada malam sebelum
meninggal, Abu Bakar bertanya pada putrinya Aisyah, berapa jumlah kain
yang digunakan sebagai kain kafan Nabi. Aisyah menjawab, "Tiga."
Seketika itu juga ia bilang bahwa dua lembar yang masih melekat di
badannya supaya dicuci, sedangkan satu lembar kekurangannya boleh
dibeli. Dengan berurai air mata Aisyah berkata bahwa dia tidaklah
sedemikian miskinnya, sehingga tidak mampu membeli kain kafan untuk
ayahnya. Khalifah menjawab, kain yang baru lebih berguna bagi orang yang
hidup dari pada orang yang sudah meninggal.
( Komentar Ahli Sejarah beragama kristen )
Jurji Zaidan, sejarawan beragama Kristen menulis, "Zaman
khalifah-khalifah yang alim adalah merupakan masa keemasaan Islam.
Khalifah-khalifah itu terkenal karena kesederhanaan, kealiman dan
keadilannya. Ketika Abu Bakar masuk Islam, ia memiliki 40.000 dirham,
jumlah yang sangat besar pada waktu itu, akan tetapi ia habiskan semua,
termasuk uang yang diperolehnya dari perdagangan, demi memajukan agama
Islam. Ketika wafat, tidaklah ia memiliki apa-apa kecuali uang satu
dinar. Ia biasa berjalan kaki ke rumahnya di Sunh, di pinggir kota
Madinah. Ia juga jarang sekali menunggangi kudanya. Ia datang ke Madinah
untuk memimpin sembahyang berjamaah dan kembali ke Sunh di sore hari.
Setiap hari Abu Bakar membeli dan menjual domba, dan mempunyai sedikit
gembalaan yang sesekali harus ia gembalakan sendiri. Sebelum menjadi
khalifah, ia telah terbiasa memerah susu domba milik kabilahnya,
sehingga ketika ia menjadi khalifah, seorang budak anak perempuan
menyesalkan dombanya tidak ada yang memerah lagi. Abu Bakar kemudian
meyakinkan anak perempuan itu bahwa akan tetap memerah susu dombanya.
Sebelum wafat, ia memerintahkan menjual sebidang tanah miliknya dan
hasil penjualannya dikembalikan kepada masyarakat Muslim sebesar
sejumlah uang yang telah ia ambil dari masyarakat sebagai honorarium."
( Lembut dan Tegas )
Dalam sejarahnya, khalifah Abu Bakar adalah seorang yang memegang teguh
pendirian dan integritasnya, berwatak baja. Ia selalu tampil
mempertahankan ajaran dasar agama Islam pada saat-saat yang sangat
kritis.
Semua ekspedisi militer yang ditujukan terhadap
orang-orang yang ingkar kepada agama dan terhadap suku-suku yang
berontak, berakhir dengan sukses menjelang akhir tahun 11 H.
pemberontakan dan perselisihan yang mencekam Arab dapat ditumpas untuk
selama-lamanya.
Di dalam negeri tidak ada pergolakan lagi,
tetapi khalifah harus menghadapi bahaya dari luar yang pada gilirannya
dapat menghancurkan eksistensi Islam. Dua orang raja paling berkuasa di
dunia, Kaisar dan Kisra, sedang mengintai kesempatan untuk menyerang
pusat agama baru itu. Orang-orang Persi selama berabad-abad memerintah
Arab sebagai maharaja, yang tentu saja tidak dapat mentolerir setiap
kekuatan Arab militan untuk bersatu membentuk kekuatan yang besar.
Hurmuz adalah raja lalim yang memerintah Irak atas nama Kisra.
Penganiayaan terhadap orang-orang Arab menimbulkan pemberontakan kecil,
tapi lalu berkembang menjadi peperangan berdarah. Kini, keadaan yang
terjadi malah sebaliknya; orang-orang Persia yang dengan penuh
kecongkakan dan selalu meremehkan kekuatan orang-orang Muslim akhirnya
tidak dapat menahan gelombang maju pasukan Islam, dan mereka harus
mundur dari satu tempat ke tempat lainnya sampai Irak jatuh.
Raja Byzantium, Heraclius, yang menguasai Syria dan Palestina,
benar-benar musuh Islam yang paling besar dan paling perkasa.
Intrik-intrik dan akal bulusnya menimbulkan beberapa kerusuhan yang
dilakukan oleh suku-suku non Islam di Arab. Dialah bahaya laten bagi
Islam. Sejak tahun 9 H, Nabi sendiri telah memimpin tentara melawan
orang Romawi, kemudian pada masa Abu Bakar, sang khalifah mengirimkan
tentaranya untuk menghadang orang-orang Romawi dan membagi kekuatannya
dalam empat pasukan di bawah komando Abu Ubaidah, Syarjil bin Hasanah,
Yazid bin Sofyan dan Amr bin Ash serta menempatkan mereka di beberapa
sektor di Suria. Tentara Islam tanpa persenjataan yang lengkap, tidak
terlatih dan rendah mutunya sedangkan angkatan perang Romawi bersenjata
lengkap dan baik, terlatih dan jumlahnya lebih banyak. Pasukan Islam dan
musuh berhadapan di dataran Yarmuk. Tentara Romawi yang hebat itu
berkekuatan lebih dari 3 lakh serdadu bersenjata lengkap, di antaranya
80.000 orang diikat dengan rantai untuk mencegah kemungkinan mundurnya
mereka. Tentara Muslim seluruhnya berjumlah 46.000 orang. Sesuai dengan
strategi Khalid, mereka dipecah menjadi 40 kontingen untuk memberi kesan
seolah-olah mereka lebih besar dari musuh. Operasi militer yang tak
terlupakan bagi ummat Islam berakhir dengan kemenangan di pihak kaum
Muslimin. Pertempuran Yarmuk, dengan persiapan pendahuluannya yang
dimulai sejak khalifah Abu Bakar, dimenangkan pada masa khalifah Umar.
Abu Bakar meninggal pada 23 Agustus 634 M dalam usia 63 tahun, dan
kekhalifahannya berlangsung selama dua tahun tiga bulan sebelas hari.
Jenazahnya dimakamkan di samping makam Nabi.
Sumber Page FB : Yusuf Mansur Network
Tidak ada komentar:
Posting Komentar