Pesan Terakhir Dari Ruang Gawat Darurat
Kemarilah
... Jangan tanya `apa kabar` kepadaku hari ini, hee... karena kau tahu
sendiri semua kabel dan obat- obat ini membuatku pusing.
Kalau
kau tanya apa yang paling aku butuhkan saat ini... pengampunan.
Pengampuan dari Allah dan orang- orang yang aku menyayangi aku, tapi
yang selama ini tidak banyak aku bahagiakan.
Ternyata aku baru
tahu, setiap nafas begitu berharga. Hanya orang yang bodoh yang tidak
menghargai semua itu. Lihatlah aku. Maut sudah didepan mataku, apalagi
yang bisa kuperbuat.
Jika saja sekarang aku masih bisa berlari
dan berjalan, hanya satu keinginanku untuk mengisi setiap nafas dan
langkahku dengan zikir dan doa serta prasangka yang baik kepada sang
maha kuasa.
Uang yang selama ini aku kumpulkan siang dan malam,
ternyata tidak menemaniku kecuali hanya sebentar. Hanya kasih sayang
keluarga dan pengasihan sang maha kuasa yang membuatku masih hidup
sampai sekarang. Ah dunia benar- benar menipuku dan melalaikanku. Kalau
sudah begini ini, aku merasa sangat bodoh dan banyak memaki diri aku
sendiri. Lihatlah ternyata aku bukan pemimpin yang baik atas diri aku
sendiri.
Apa aku akan sanggup menjawab saat nanti aku ditanya malaikat didalam kubur? apa yang harus aku lakukan?
..... (Menangis) ..................
Aku pasrah. Paling tidak sakitnya jarum- jarum suntik ini dan kabel-
kabel mesin- mesin ini mengajarkan aku rasa sakit untuk kemudian memohon
ampun kepada sang maha kuasa. Aku pasrah entah dosaku sudah di delete
atau belum, tapi yang bisa aku lakukan sekarang hanyalah percaya bahwa
Allah tidak akan menyia- nyiakan kepercayaan hambanya kan?
Aku
juga lupa satu hal selama aku hidup, yaitu mengasihi makhluk-
makhluknya. Aku lupa bahwa itu lebih memungkinkan aku untuk lebih
dikasihi Allah Juga. Paling tidak, Mungkin Allah akan memberikan diskon
atas rasa sakit saat nanti nyawaku dicabut. Apa iya ya bakalan sakit?
Tapi paling tidak aku masih beruntung.... anakku pintar sekali mengaji.
Aku pernah mendengar kalau orang tua sudah meninggal, tapi doa sang
anak sholeh tidak akan pernah putus darinya.
Ya Allah, kau tahu
betapa aku kurang perduli selama ini dengannya, tapi ternyata dia
adalah satu- satunya harta yang aku punya bahkan setelah aku meninggal.
Betapa beruntungnya aku memiliki istri yang sholihah yang sudah mendidik
anakku sampai seperti itu.
Ya allah, kalau melihat semua
kebelakang, aku malu, sungguh malu. Ayah macam apa aku ini. Jangankan
jadi imam sholat mereka, mengajari satu doapun aku tidak bisa.
Kau lebih beruntung dari pada aku, aku sudah hampir sampai dititik
nadir. sedangkan kau paling tidak masih mempunyai jatah nafas yang lebih
panjang.
Paling tidak lebih panjang kesempatanmu untuk
melakukan perbaikan atas kesalahan yang kau buat untuk orang- orang yang
menyayangmu.
Kesempatanmu lebih banyak untuk mengangkat tangan
dan belajar bersyukur atas hal- hal lain yang selama ini jarang mampir
dipikiranmu. Jangan sia- siakan itu. Jangan kau pernah mengulangi
kesalahanku.
Hidupmu kita tak akan cukup panjang untuk berbuat
kesalahan itu sendirian dan kemudian menyesali dan memperbaikinya. Cukup
belajarlah dari kesalahanku, dan kau insyaallah akan lebih baik. Tolong
sampaikan betapa aku sangat menyayangi anak dan
istriku..............sampai jumpa didunia yang lain....
(Syahidah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar