Memimpin Diri Meraih Ridho Ilahi
Dari
Abdullah bin Umar (radiyAllaahu 'anhu), bahwasanya Rasulullah
(sallAllaahu 'alayhi wa sallam) bersabda: “Setiap kamu adalah pemimpin
yang akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.
Seorang amir yang mengurus keadaan rakyat adalah pemimpin. Ia akan
dimintai pertanggungjawaban tentang rakyatnya. Seorang laki-laki adalah
pemimpin terhadap keluarganya di rumahnya. Seorang wanita adalah
pemimpin atas rumah suaminya. Ia akan diminta pertanggungjawaban tentang
hal mereka itu. Seorang hamba adalah pemimpin terhadap harta benda
tuannya, ia kan diminta pertanggungjawaban tentang harta tuannya.
Ketahuilah, kamu semua adalah pemimpin dan semua akan diminta
pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya.
(HR Bukhari no. 5188 dan Muslim no. 4828 dengan sedikit ada perbedaan pada versi lafazhnya)
***
Setiap diri adalah PEMIMPIN
Sebelum memimpin yang lain, seorang pemimpin harus memimpin dirinya
sendiri dahulu. Pemimpin memimpin dirinya untuk mengedepankan hati
(ruh)/akal/aktivitas fisik dalam setiap tindakan yang dilakukan. Ruh,
akal dan fisik tubuh, membutuhkan asupan bekal yang berbeda, sesuai
dengan karakteristiknya masing-masing. Hasil dari asupan bekal yang
diberikan inilah yang kemudian tampil ‘unjuk diri’ ketika masalah
muncul.
Seorang muslim yang telah memiliki cukup banyak bekal
bagi ruhnya, tidak akan mudah GALAU ketika problema menyapanya, karena
memiliki keyakinan Allah tidak membebankan hamba-Nya di luar batas
kemampuannya:
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya." [Q.S.2:286]
Seorang ilmuwan dengan bekal ruh yang tinggi takkan bimbang ataupun
sesat ketika ternyata penelitiannya tak mampu dijabarkan dengan logika.
Kesalahpahamanpun tak perlu diselesaikan dengan amarah dan kekuatan
fisik bila diri dipimpin sesuai amanah.
Tugas seorang pemimpin
adalah memberikan keseimbangan asupan bekal sebagai modal, sehingga diri
mampu menghadapi segala situasi dan kondisi. Pemimpin yang mampu
memposisikan diri dengan tepat dalam berbagai situasi dengan mengikuti
contoh Rasulullah (sallAllaahu 'alayhi wa sallam), dialah yang
beruntung, sebagaimana hadits Rasulullah (sallAllaahu 'alayhi wa
sallam):
“Sungguh menakjubkan (luar biasa) urusan seorang
mukmin. Sesungguhnya setiap urusannya akan mendatangkan kebaikan,
apabila dia mendapatkan nikmat, dia bersyukur, dan syukur itu adalah
kebaikan untuknya. Bila ia mendapatkan musibah, dia bersabar dan sabar
itu adalah kebaikan untuknya. Hal yang demikian itu tidaklah diberikan
kecuali untuk orang yang beriman.” (HR. Muslim: 2999)
Sesungguhnya Allah (SubhanAllaahu Wa Ta'alaa) telah memberikan kebebasan
bagi pemimpin diri untuk memilih jalannya sendiri (QS Asy Syams (91):
8): "maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya."
Jalan lurus untuk meraih ridho Allah
(SubhanAllaahu Wa Ta'alaa) yang kelak akan berbuah surga, atau jalan
gelap ditemani musuh yang nyata, yaitu setan dan akan berujung pada
neraka jahannam.Pilihan dengan konsekuensi yang jelas di akhirnya.
Jadilah pemimpin beruntung yang mampu memimpin diri mengalahkan hawa
nafsu dan setan dengan menjalankan semua syariat Allah (SubhanAllaahu Wa
Ta'alaa) dengan keta’atan kepada Sang Pemilik diri yang sesuai teladan
RasulAllah (sallAllaahu 'alayhi wa sallam). Pemimpin yang ikhlas dan
hanya mengharapkan ridho Ilahi.
Lalu bagaimanakah pemimpin diri
harus bersikap, ketika diri belum mampu menjalankan suatu perintah
Allah (SubhanAllaahu Wa Ta'alaa) ataupun mengikuti sunnah RasulAllah
(sallAllaahu 'alayhi wa sallam) dengan baik? Misalkan, belum mampu
sholat tepat waktu, belum mampu menjalankan sholat-sholat sunnah, belum
mampu berpuasa sunnah, belum mampu merutinkan tilawah Al-Qur’an, merasa
belum mampu berhaji walau materi berlimpah, belum mampu menutup aurat,
dan lain-lain.
Maka janganlah kau tutupi ke-belum-mampu-anmu
tersebut dengan dalih BELUM MENDAPATKAN HIDAYAH… Padahal sebagai
pemimpin diri engkau belum cukup berusaha.. dan kau berharap hidayah
akan datang sendiri tanpa usaha untuk mencarinya? Wahai pemimpin diri,
hidayah itu harus dicari, diusahakan untuk didapatkan.
Nyalakan
semangat berusaha dan pimpin diri mendapatkan hidayah itu dengan
keteguhan tekad yang konsisten. Usaha juga adalah proses, dan dalam
proses membutuhkan keshabaran menghadapi diri dengan segala kelebihan
dan kekurangan yang ada didalamnya dalam menuai hasil.
Bersyukurlah selalu atas sekecil apapun hasil dari usaha yang dilakukan.
Tak ada kata PUTUS ASA dalam kamus hidup seorang muslim. SEMANGATlah
terus, PANTANG MENYERAH berusaha, karena ridho Allah (SubhanAllaahu Wa
Ta'alaa) yang indah telah menanti di akhir setiap usaha dan proses yang
ikhlas.
HILANGkan peluang musuh nyata, si setan terkutuk, untuk
melemahkan diri. Ketekunan setan mengintip, membuatnya tahu saat diri
sedang lemah. Tapi tenanglah, setan takkan sanggup mengganggu bila diri
BERLINDUNG selalu kepada ALLAH (SubhanAllaahu Wa Ta'alaa).
Pimpinlah NAFSU diri ke jalan lurus, sehingga ia tidak menjadi nafsu
yang buruk. Sucikan tubuh dengan berwudhu dan shaum, sucikan ruh dengan
sholat dan zakat, sucikan hati dan lisan melalui dzikir yang
berkelanjutan. Agar diri mudah menangkap hidayah Allah (SubhanAllaahu Wa
Ta'alaa), mudah mencontoh perilaku Rasulullah (sallAllaahu 'alayhi wa
sallam).
Ketika diri telah berusaha maksimal, maka pasrahkanlah
hasilnya kepada Rabb Yang Maha Melihat dan Maha Menyaksikan semua usaha
setiap pemimpin diri dengan tawakal.
Semoga setiap diri
seorang mu’min akan berBAHAGIA di akhirat kelak karena telah berhasil
mengalahkan setan dan menaklukan hawa nafsunya. Dan pada akhirnya ber
BAHAGIA karena Allah (SubhanAllaahu Wa Ta'alaa) berkenan menganugerahkan
keridhoan-Nya dan menghadiahkan surga karena rahmat-Nya.
SubhanAllah.. Wahai pemimpin diri, berusahalah terus, dan YAKINlah..
Pertolongan Allah (SubhanAllaahu Wa Ta'alaa) dekat, selama ada usaha dan
evaluasi diri. WAllahu a’lam bishowab.
Yaa Rabbana, Yang
Menguasai diri kami.. Alhamdulillah Engkau berikan cahaya di hati kami,
maka tambahkanlah lagi cahaya itu bagi kami Yaa Nuur.. Sehingga kami
mampu melihat dengan jelas dan menemukan petunjuk-Mu..
Yaa
Rabbana, Yang Maha Kuat..Alhamdulillah Engkau berikan kami kekuatan, Yaa
Qowiyyu.. Mohon tambahkanlah lagi kekuatan tekad kami agar mampu
konsisten memelihara hidayah-Mu.. Yaa Muhaimin..
Yaa Rabbana,
Yaa Rahiim.. Alhamdulillah Engkau berikan kami tak berbilang rahmat
kemudahan.. Mohon tambahkanlah lagi kemudahan-kemudahan dalam diri,
sehingga kami mudah memimpin diri kami untuk beribadah, beramal ma’ruf
dengan lebih baik, lebih khusyu’, lebih bermanfaat bagi Islam dan
saudara-saudara kami umat muslim di mana pun mereka berada.
Yaa
Rabbana.. Yaa Ghafuur.. Yang Maha Pengampun.. Alhamdulillah kami
pantang berputus asa, dan selalu berharap yang terbaik, Engkau akan
mengampuni dosa-dosa kami, walau sebanyak buih di lautan, karena Engkau
memberikan kami hidayah untuk bertaubat..
Yaa Rabbana.. kabulkanlah do’a kami, Yaa Shamad, Engkaulah sebaik-baiknya tempat kami memohon.. Aamiin Yaa Mujiiba Sa-iliin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar