Minggu, 09 Desember 2012

Foto-foto Kronologis EKSEKUSI MATI Imam Kartosuwiryo

oleh INFO Dunia Akhir Zaman pada 3 Desember 2012 pukul 18:30 ·


‎”Sejarawan istana” adalah sejarawan yang mengkampanyeukan suara dan rekayasa penguasa terhadap sejarah. Banyak orang menjadi korban informasi sejarah sejarawan istana ini. Diantaranya adalah misteri sejarah Kartosuwiryo. Pandangan masyarakat Indonesia ttg Kartosuwiryo umumnya buruk. Kesaksian ini perlu dibaca!!

sebelumnya
Tokoh NII ini juga menolak untuk meminta ampun kepada pemerintah, yang sebenarnya akan menghindari hukuman mati baginya. Tetapi Sekarmaji Kartosuwiryo mengatakan, “Saya tidak akan pernah minta ampun kepada manusia yang bernama Soekarno”

menurut Kartosoewirjo, JIHAD harus dirumuskan dan dilakukan secara cermat di semua sektor. Karena jihad adalah menegakkan hukum Tuhan yang sulit, dan bertempur dengan ideologi-ideologi lain, satu-satunya jalan adalah berperang. "Perang menghadapi negara Pancasila menjadi wajib hukumnya," tulisnya dalam Perdjalanan Soetji Isra' dan Mi'raj Rasoeloellah (1953).

perlu di ingat kartosuwiryo & soekarno dulu nya adalah teman dekat

Menurut Sarjono (anak kartosuwiryo), Pada detik-detik terakhir,Ketua Mahkamah Darurat Perang (Mahadper) menyatakan dan menawarkan bahwa ia berhak memenuhi permintaan terakhir Kartosoewiryo sebelum dieksekusi, meskipun permintaan tersebut berupa keinginan pergi keluar negeri atau ke pelosok Amerika asalkan tidak ada unsur persoalan politik, akan Maahadper luluskan.

"Tetapi, bapak hanya meminta ke mereka (Mahadper), Saya ingin segera bertemu Allah, karena saya ingin segera tahu, apakah selama ini kebijakan yang saya jalankan sudah benar dan di terima oleh Allah" jelas Sarjono menirukan perkataan orang tuanya.

Sarjono pun, menaruh kekaguman yang besar kepada ayahandanya tersebut, sebab didetik-detik akhir hidupnya, tetap tegar dan hanya menginginkan suatu hal yang sederhana, segera bertemu dengan Allah. Semoga Allah menerima segala amal ibadah pejuang Islam Imam Kartosoewiryo. Amien.

Wasiat Imam S.M. Kartosuwiryo pada pertemuan dengan para panglima/prajurit (Mujahid) pada tahun 1959 diantaranya bebunyi “Saya (Imam) melihat tanda-tanda bencana angin yang akan menyapu bersih seluruh mujahid kecuali yang tinggal hanya serah/biji mujahid yang benar2 memperjuangkan /mempertahankan tetap tegaknya Negara Islam Indonesia sebagaimana diproklamasikan tanggal 7 Agustus 1949. Disaat terjadinya bencana angin tersebut ingatlah akan semua wasiat saya ini :

1. Kawan akan menjadi lawan, dan lawan akan menjdi kawan.
2. Panglima akan menjadi Prajurit, Prajurit akan menjadi Panglima.
3. Mujahid akan menjadi luar mujahid, luar mujahid akan menjadi mujahid.
4. Jika mujahid telah ingkar, ingatlah !”Itu lebih jahat dari iblis” sebab dia menengetahui strategi rahasia perjuangan kita, sedang musuh tidak mengetahui. Demi kelanjutan tetap berdirinya Negara Islam Indonesia, maka tembaklah dia.
5. Jika Imam berhalangan,dan kalian terputus dengan Panglima, dan yang tertinggal hanya Prajurit petit saja, maka prajurit petit harus sanggup tampil jadi Imam.
6. Jika imam menyerah tembaklah saja, sebab itu berarti iblis jika imam memerintahkan terus berjuang,ikutilah saja sebagai hamba Allah SWT.
7. Jika kalian kehilangan syarat berjuang, teruskanlah perjuangan selama pancasila masih ada, walau gigi tinggal satu, dan gunakan gigi yang satu untuk menggigit.
8. Jika kalian masih dalam keadaan jihad, ingatlah rasa aman itu sebagai racun.

Diakhir wasiat itu beliau mengatakan “Bila kalian ingin Indonesia ini makmur sentosa dan ridho Alloh, maka lawanlah soekarno. Bila kalian ingin Indonesia makmur sentosa tetapi dalam laknat Allah, maka tembaklah saya dan berpihaklah dengan soekarno, mana yang kalian pilih? ketika itu semua perwira dan prajurit yang tersisa menangis haru dan bertekad bulat untuk tetap berdiri di belakang Imam mempertahankaan NII dari serangan militer RIS.
========

Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, Penggagas Negara Islam Indonesia, dijatuhi hukuman mati oleh Presiden--sekaligus mantan teman satu perguruannya--Soekarno. Pelaksanaan hukuman mati dilangsungkan Pada tgl 5 September 1962 di sebuah Pulau di Utara Jakarta bernama Pulau Ubi, Fadli Zon meluncurkan buku yang memuat foto-foto prosesi EKSEKUSI MATI sang Imam.


Kartosuwiryo


Saat-saat terakhir bersama sang istri, Dewi Siti Kalsum





jamuan terakhir.Makan siang dengan menu rendang bersama istri, Dewi Siti Kalsum, dan kelima anaknya.
Dalam jamuan tersebut Kartosuwiryo tidak makan. Hanya merokok dan minum kopi.




Kartosoewirjo kemudian melaksanakan Sholat Taubat.


Kartosuwiryo memasuki ruang tunggu untuk dipindahkan meggunakan kapal.
Tangan diborgol dan dan dikawal tentara dengan senjata lengkap


Kartosuwiryo memasuki kapal

Pindah menuju Kapal LCM


Saat memasuki Kapal LCM menuju pulau UbiGanti baju (mengenakan pakaian serba putih)Menginjakkan kaki di Pulau Ubi Dipapah menuju tiang  eksekusi


Menuju Tiang Eksekusi


Kartosuwiryo diikat di tiang Eksekusi


Kartosuwiryo memanjatkan doa sebelum eksekusi dilaksanakan


Regu tembak bersiap mengeksekusi Kartosuwiryo.  Terlihat seorang oditur memberikan pengarahan


12 Regu tembak mengokang senjata, mengarahkan laras ke jantung Kartosuwiryo5 dari 12 Senjata berisi peluru.Tidak ada yang tahu, siapa yang memegang senjata berisi peluru.


Kartosuwiryo terkulai. 5 peluru bersarang tepat di dada kirinya.


Guna memastikan kematian terpidana, seorang Komandan Regu tembak mendekati Kartosuwiryo
Menggunakan pistol, komandan regu tersebut kemudian menembak Kartosuwiryo dari jarak dekat




Usai peluru terakhir disarangkan, tim dokter kembali melakukan pengecekan memastikan terpidana benar-benar sudah meninggal dunia


Jasad Kartosuwiryo dilepaskan dari tiang eksekusi



Jenazah dimandikan dengan air laut dan dikafani


Jenazah disholatkan


Jenazah Kartosuwiryo ditandu menuju pusara


Jenazah dikuburkan dibawah pohon. Tanpa nisan.


Tiang dan Perlengkapan Eksekusi dibakar

=


Hidayatullah.com–Kejadian menarik ternjadi saat diskusi “Hari-hari terakhir Kartosoewirjo” di TIM, Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat, Rabu (05/09/2012). Kala itu, pengamat sejarah Dr Muhammad Iskandar, mengatakan bila tentara DI/TII Kartosoewirjo diklaim tidak berakhlak dan berperilaku kurang Islami. Menurut Muhammad Iskandar banyak perilaku tentara Kartosoewirjo yang jauh dari akhlak Islam. Mulai dari berperilaku arogan kepada masyarakat hingga membuat air kencing disembarang tempat.

Menurut Muhammad Iskandar, tentara Kartosoewirjo dinilai bertindak sangat kejam. “Saya sebagai salah satu penduduk desa saat itu melihat mereka berlaku arogan bahkan sampai ada kiai-kiai yang sering ditodong dan buang air (besar) di sungai,” jelas pakar sejarah dari Universitas Indonesia ini.
Namun pendapat Dr Muhammad Iskandar ini langsung dibantah seorang peserta seminar bernama Yayan. Yayan yang sengaja datang jauh dari Tasikmalaya Jawa Barat menghadiri acara seminar ini karena ia adalah seorang anggota DI/TII. Secara gamblang ia bahkan mengakui bahwa keluarga besarnya adalah keturunan DI/TII.

Dalam bantahannya, Yayan bercerita bahwa perilaku tentara Kartosoewirjo yang disebut Iskandar sesungguhnya bagian dari operasi inteligen.
Menurut Yayan, Suparjo-lah yang menyusupkan banyak orang PKI kedalam tubuh DI/TII. Sejak dari situlah terbangun image penghalalan segala cara. DI/TII pecah menjadi dua di tanah Jawa. DI/TII Kartosoewirjo dan DI/TII dari operasi inteligen Suparjo. Perilaku yang dikatakan bahwa tentara DI/TII tidak berakhlak sebenarnya bukanlah tentara Kartosoewirjo. Semua itu adalah perilaku para penyusup agen Suparjo yang mengaku-ngaku anggota DI/TII.
Menurut Yaya, TNI secara sengaja mengirimkan Danrem Suparjo. Suparjo sendiri orang TNI yang merupakan kader PKI, ia juga terlibat dalam pemberontakan PKI di Indonesia, jelas Yayan.

“Semua itu dilakukan untuk membangun citra buruk mengenai Kartosoewirjo,” tambah Yayan yang sebelumnya juga memaparkan fakta ini di depan peserta seminar.

Penggembosan terhadap Kartosoewirjo itu sendiri dibenarkan oleh Wibisono. Wibisono adalah seorang yang telah bekerja selama 32 tahun pada Badan Inteligen Negara (BIN). Menurut Wibisono, sosok Kartosoewirjo adalah seorang pahlawan Indonesia. Kepentingan Kartosoewirjo mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) adalah aset dari sejarah Indonesia.

Menurut Wibisono, kala itu negara Indonesia sedang lemah. Indonesia barat, tengah dan timur sedang carut marut. Padahal kondisi Belanda saat itu sedang terdesak. Untuk menjaga beberapa kekuatan teritorial dibeberapa titik vital di Indonesia.
Perjanjian Linggarjati, menurut Wibisono membuat daerah Indonesia hanya tersisa Jawa, Madura dan Sumatera. Sedangkan Perjanjian Renville telah membuat teritorial Indonesia di pulau Jawa hanya sebatas Jogyakarta. Untuk menjaga sisa teritorial Indonesia, maka pemerintah Indonesia berpikir untuk mengirim Lukas Kustario untuk menjaga daerah utara. Sedangkan daerah selatan justru dimandatkan ke Kartosoewirjo oleh pemerintah.
Karenanya, cukup aneh bagi Wibisono, tiba-tiba Kartosoewirjo yang banyak jasa distigmakan seorang yang kurang baik oleh sejarah.
“Hati-hati dalam menjelaskan sejarah, seperti Kahar Muzakar, Daud Beureuh hingga Kartosoewirjo semua itu aslinya pejuang (kemerdekaan) semua,” jelas Wibisono di depan forum seminar secara gamblang terbuka.

Bagi Yayan dan Wibisono, pencitraan buruk yang dibangun terhadap Kartosoewirjo adalah fitnah sejarah yang harus diluruskan.
Sarjono Kartosoewirjo, anak terbungsu Kartosoewirjo juga menguatkan pendapat-pendapat tersebut. Menurutnya, seharusnya orang-orang TNI jangan menyebarkan sejarah sepihak. Sejarah juga harus mengizinkan pihak keluarga Kartosoewirjo dan keturunan DI/TII untuk menjelaskan sudut pandang mereka. Terlebih mereka adalah bagian dari pelaku sejarah tersebut. Mereka tidak menulis dalam kepalsuan apalagi dari sebuah tulisan contekan,ujarnya.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar